21

5.9K 661 77
                                    

Haiiiii selamat pagi, sugeng enjiiing

Gimana kabar kalian? Semoga masih selalu mematuhi anjuran dari pemerintah yaa

Jangan bandel, jangan keluar sering-sering, tahan dulu keinginan jelong-jelong

Rebahan dulu, makan yang banyak, kreasi bikin menu di dapur, or baca buku-buku yang ada di rak. 

Yang terpenting jaga kesehatan, dan juga pola makan sehat.

Yang paling penting lagi, jangan pernah melupakan ibadah. 

So, baru bisa update, karena sayanya nyaman rebahan sambil ngemil setiap hari heheee

Selalu berdoa ya, semoga badai ini cepat berlalu. Aamiin


Kicau burung nan merdu, seketika membangunkan Tara dari tidur lelap. Dia merenggangkan tangan dan tubuhnya, dan menguap beberapa kali. Harum aroma hangat kopi, menguar menggoda indera penciumannya.

Secangkir kopi hitam, dan setangkup roti bakar tampak menggiurkan di meja sofa. Butuh beberapa lama, sebelum Tara menyadari di mana dia berada. Dia beranjak dari kasur, dengan mata mengawasi sekeliling.

Ruangan besar penuh dengan deretan rak buku sepanjang dan setinggi dinding itu, tampak sepi. Tidak terlihat, keberadaan Leon di sana. Sedikit rasa kecewa, menyelip di benak Tara.

Tara menuju ke kamar mandi. Dia membersihkan wajah dan menyikat gigi. Matanya melotot tidak percaya, melihat hasil karya bibir Leon di tubuhnya. Hampir seluruh bagian tubuh atasnya, dipenuhi dengan tanda merah. Tara sungguh tidak percaya, jika Leon dapat melakukan hal segila itu.

Padahal jam 9 nanti, dia sudah harus di toko. Jika Lila melihatnya, pasti dia habis kena bully. Jika dia memakai baju turtle neck pasti akan lebih aneh lagi. Meski sedang musim hujan, sudah beberapa hari ini air tidak tercurah dari langit. Cuaca sedang panas-panasnya, siapa yang akan sudi memakai baju seperti itu.

Setidaknya dia harus membuat perhitungan dengan Leon. Laki-laki itu benar-benar tidak memberi ampun. Hebatnya, dia bisa mengimbangi Leon yang berubah menjadi seperti harimau buas. Tara bahkan dibuat merinding disko, mengingat apa yang telah terjadi di antara mereka.

"Ya Tuhan! Apa yang sedang kamu lakukan?" teriak Tara yang langsung melompat ke belakang. Dia baru membuka pintu kamar mandi, dan menemukan Leon tengah berdiri sambil bersidekap. Lelaki itu sudah rapi dengan pakaian kerja tiga lapis berwarna hitam. Tampan dan semakin bersinar.

Ada senyum kecil di lekukan sudut bibirnya. Entah Tara yang tengah berhalusinasi, atau karena dia merasa sedang sangat jatuh cinta. Leon terlihat berkali lipat lebih muda, dan semakin menarik.

Tatapan membara Leon segera menyadarkan Tara akan sesuatu. Mata Tara kemudian ikut turun, mengamati penampilannya. Sial! Dia lupa jika dibalik kimono tidur kedodoran milik Leon, dia tidak mengenakan apapun lagi di balik sana. Leher dan dada bagian atasnya terbuka, menampilkan kulit seputih susu yang penuh dengan bercak cinta buatan lelaki itu.

"Jangan menganggap dirimu tidak bersalah! Apa kata Lila jika dia melihat semua ini?" semprot Tara sambil mendorong tubuh Leon.

"Bukankah itu bagus? Dia pasti ikut senang, karena akhirnya kita menjadi suami istri sesungguhnya," jawaban enteng itu seketika membuat wajah Tara memerah.

"Tapi tidak harus seperti ini!" kesal hati Tara sambil menunjuk hasil karya sang suami.

"Itu terlihat cantik, haru. Lagipula jika kamu merasa kurang, aku akan menambahkannya dengan senang hati." Leon berbisik begitu dekat di telinga Tara, sementara kedua tangannya entah sejak kapan sudah melingkar di pinggang ramping wanita itu.

Semanis Cinta (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang