14

5K 644 99
                                    

Makasih untuk kalian semuaaaa

Seneng deh ada yang respon cerita ini heheee

Mumpung ada ide, aku upload lagi buat kalian


Jangan lupa vomentnya yaa, biar tambah semangat lagi buat lanjutin cerita ini


Satu kata, cantik!

Apakah tidak apa-apa jika aku mencium keningnya? hidungnya? sedikit dari bibir mungil yang menggoda itu?

"Hmmm, sangat manis!" gumam Leon setelah menjauhkan kepala, menarik diri dari Tara. Gadis itu tidur dengan posisi miring, menghadap ke arahnya.

Leon tiduran bertopang satu tangan, dengan mata tak pernah lepas menatap wajah yang lelap itu. Bibir itu terlihat begitu menggoda, hingga seakan membuyarkan semua akal lelaki itu.

Satu kecupan. Dua kecupan. Empat kecupan. Leon menjauh begitu Tara menggumam tidak jelas. Leon tidak bergerak. Tara menggeser posisi, dan kini menempel erat pada dirinya. Mungkin gadis itu mengira, sekarang sedang memeluk guling besar yang hangat.

Tubuh Tara terasa hangat, dan lembut. Leon dapat menghidu aroma wangi dari rambut Tara, yang kini sudah berantakan. Beberapa kali Leon mengatur napas, yang terasa mulai sesak. Bagaimana tidak. Tara kian erat memeluk tubuhnya. Dia seperti seekor anak kucing yang sedang mencari kehangatan, di tengah tubuh sang induk.

Leon masih ingat jelas bagaimana Tara membuat batas wilayah tidurnya. Dua guling dijejerkan di tengah ranjang. Dengan galak, dia berkali-kali mengingatkan Leon agar tidak memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Sungguh sebuah lelucon yang membuat Leon hanya bisa menggeleng tidak percaya.

Leon menatap kedua guling tidak berdosa itu. Kedua benda itu kini teronggok di kaki ranjang, karena Tara menendangnya tanpa sadar ketika tidur. Dia benar-benar bukan seorang wanita anggun. Seakan dia ingin menegaskan, jika ranjang itu hanya miliknya seorang.

Leon terbangun dengan kaget, ketika satu tangan Tara mendarat keras di atas wajahnya. Dia hampir memiting dan membanting tubuh Tara. Namun kulit halus itu menyadarkan dirinya, jika Taralah yang tidur bersamanya.

"Kamu yang memulainya, bukan aku. Jika aku akhirnya memanfaatkanmu, itu adalah murni kesalahanmu." Tangan Leon membelai sisi wajah Tara. Kulit gadis itu terasa begitu lembut dan kenyal, seperti kulit bayi.

Tentu saja Tara terlihat begitu sempurna. Karena dia sedang berada di puncak kecantikannya. Ibarat bunga, Tara sekarang sedang mekar-mekarnya. Begitu indah, dan menyenangkan mata.

"Kamu begitu cantik dan polos. Tapi terkadang lidahmu begitu tajam dan tidak berguna. Sayangnya, aku menyukai itu semua. Kamu satu-satunya wanita yang tidak tertarik dengan uangku. Bagaimana mungkin ada orang dengan pemikiran sesederhana dirimu?"

Jari telunjuk Leon menyusuri alis tebal Tara, kemudian turun ke ujung hidung. Lama Leon menatap wajah terlelap itu. "Mungkin kamu akan menganggapku lelaki paling jahat, karena tidak mau melepaskanmu. Percayalah, semua aku lakukan karena aku tidak bisa menjauhkan diriku darimu."

Leon mendesah. Dia sudah lebih dari dewasa untuk memahami perasaannya. Tapi bagaimana dengan wanita dalam dekapannnya itu? Leon menarik selimut, sebelum menutup tubuh mereka. Kepala Tara dia letakkan di atas salah satu lengannya. Setelah itu, Tara semakin dalam masuk ke dalam pelukan Leon.

"Lain kali, kendali diriku tidak akan sebaik ini. Nanti kamu harus membayarnya dengan sangat mahal," gerutu Leon yang mencoba kembali memejamkan mata.

Tara kembali bergumam tidak jelas. Mimpinya malam itu terlalu indah. Dia menikah dengan seorang pangeran tampan. Sang pangeran memberikannya ciuman sehangat mentari pagi. Mereka berpelukan erat, sambil menikmati pemandangan indah dari atas menara.

Semanis Cinta (Selesai)Where stories live. Discover now