6

5.8K 772 21
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Update lagiiiii, dah selamat menikmati 


Sinar matahari yang masuk lewat celah jendela, membuat gadis itu menggeliat. Beberapa saat kemudian, tampak kedua mata indahnya terbuka. Sambil menguap, dia mengawasi langit-langit kamar dan sekelilingnya.

Ini bukan kamarnya. Namun, ada sesuatu di kamar itu yang mengingatkannya pada malam sialan beberapa bulan yang lalu. Jangan-jangan....

Seketika Tara duduk dengan waspada. Kepalanya masih sedikit berdenyut. Tenggorokannya juga terasa sedikit kering. Dia merasa kehausan. Akan tetapi, sesuatu yang lebih buruk kini menakutkan dirinya.

Dia berteriak kencang, sebelum menangis keras. Tara menemukan tubuhnya sudah polos, dibalik selimut tebal yang tadi menutupinya. Siapa yang tega melakukan hal keji kepadanya? Siapa yang sudah tega menggagahinya?

Tunggu dulu! Tara menghentikan tangisannya. Beberapa kali dia menggeser pantatnya, bahkan memeriksa kain sprei di ranjang itu. Tidak ada yang terjadi. Tidak ada rasa sakit yang mendera selangkangannya. Tidak ada bercak darah di kain sprei berwarna putih itu.

Tapi.....

"Kamu sudah bangun?" Tara seketika menarik selimut itu untuk menutupi seluruh tubuhnya. Tidak salah lagi, itu adalah Leon.

Harum aroma sabun berbaur dengan after save lelaki itu memenuhi ruangan. Tara mengintip sejenak, kemudian menutup wajahnya kembali. Leon baru saja keluar dari kamar mandi. Tubuhnya yang berotot tampak segar. Gilanya lelaki itu hanya memakai handuk yang cuma menutupi bagian pinggang hingga paha.

Beberapa tetes air tampak membasahi dada bidang dan perutnya yang seperti roti sobek. Leon tampak sangat menggiurkan untuk disentuh. Tidak! Tara berusaha membuang jauh pemikirannya.

"Cepat basuh tubuhmu yang bau itu! Tidak usah kegeeran aku melakukan hal tidak senonoh pada tubuhmu yang tidak seberapa itu!" Leon menutup pintu walk in closet, hingga membuat Tara dapat menarik napas lega.

Dengan buru-buru, Tara segera berlari ke kamar mandi masih berbalut selimut. Dia langsung membasuh tubuhnya dengan air hangat, hingga otot-ototnya yang tegang terasa rileks kembali.

Tara tidak menyangka jika dirinya akan berakhir kembali di kamar itu. Dia memutar kran air dengan setelan paling deras, berharap denyutan di kepalanya akan segera menghilang.

Bukankah hanya dia yang lebih bodoh dari keledai? Bahkan menangis meraung-raungpun sepertinya tidak ada gunanya. Dia malu, maluuuuuuu. Kedua sahabat yang dia percaya sepenuh hati, rupanya tidak berperipersahabatan sama sekali. Bahkan Karna tidak mencegahnya minum sumber mala petaka itu.

Tidak ada minuman beralkohol? Mungkin kadar alkohol dalam minuman yang diteguknya memang dalam ambang batas rendah. Namun mungkin pertahanan Tara terhadap minuman itu memang tidak baik. Lebih dari buruk. Sangat buruk.

Semanis Cinta (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang