18

4.8K 627 36
                                    

UPDAAAAAATEEEEEEE


Hujan.

Tara masih berbaring dengan kelopak mata tertutup erat. Tubuhnya bergelung di dalam selimut yang hangat. Sementara suara hujan di luar sana, seperti buaian yang kian melenakan. Hangat dan menyenangkan. Rasanya seperti tengah diayun di tengah awang-awang.

Sepertinya ada yang salah. Sebuah kerutan tampak menghias bagian tengah antara kedua alis. Menyisakan jejak samar di atas kulitnya yang halus. Perlahan, dan dengan keengganan seekor harimau meninggalkan sarang nyamannya, Tara membuka mata.

Hal pertama yang dia lihat adalah langit-langit tinggi, dengan lampu decore. Seperti kamarnya. Ranjang king size tempatnya kini berbaring, juga miliknya. Sekali lagi dia mengedarkan pandangan, dan menemukan bahwa dirinya memang berada di dalam kamar.

"Masuk!" seru Tara begitu mendengar seseorang mengetuk pintu kamar. Rina, salah satu pelayan datang dengan membawa nampan yang tampaknya berisi sarapan.

"Selamat pagi, Nyonya. Maaf jika saya mengganggu anda. Tadi tuan berpesan, agar membawakan sarapan anda ke kamar tepat jam 9," ujar Rina dengan sopan.

"Taruh saja dulu di meja," ucap Tara sambil menunjuk meja kecil di dekat jendela dengan dagunya. Rina berjalan pelan, meletakkan nampan yang dibawanya di atas meja itu.

"Apa anda memerlukan yang lain, nyonya?"

Tara menggeleng pelan. Tidurnya begitu nyenyak semalam. Tapi hal terakhir yang dia ingat, dirinya tengah berada di Paviliun taman. Apa mungkin dia tidur sambil berjalan?

"Tunggu sebentar!" tahan Tara ketika Rina telah berada di ambang pintu kamar. Tara mengenakan sandalnya, sebelum beranjak mendekati gadis muda itu.

"Apa ada yang harus saya kerjakan lagi, nyonya?"

"Jam berapa tuan pulang ke rumah tadi malam?"

Rina tampak berpikir sejenak, "Kira-kira jam sembilanan. Sepertinya ada yang ketinggalan. Karena setelah itu, tidak lama kemudian beliau pergi lagi."

"Apa—dia yang membawaku ke kamar?"

Rina menatap Tara dengan sorot mengandung kebingungan, "Maaf, nyonya. Saya tidak paham dengan maksud anda. Bukannya nyonya tidak keluar kamar sejak sore?"

Tara sudah hendak menyahut, ketika dia menyadari satu hal. Dia keluar dari rumah, tepat ketika semua orang sudah masuk kamar. Dia pergi menyelinap. Hanya dari cctv, seseorang dapat mengetahui keberadaannya.

"Apa Tuan sudah pulang?"

Rina tampak mengerti dengan hal yang berkecamuk di hati nyonya mudanya, "Tuan pulang dini hari, tapi pergi lagi pagi-pagi. Beliau hanya berpesan agar jangan menganggu tidur anda. Saya diperintahkan untuk masuk kamar dan membawakan sarapan, jika sudah jam sembilan."

"Baiklah, kamu boleh pergi."

Tara kembali menutup pintu kamar, dengan perasaan yang tiba-tiba saja terasa hambar. Leon bahkan tidak repot-repot membangunkan dirinya. Lelaki itu muncul dan menghilang dengan tiba-tiba. Seakan dia memang menghindari Tara.

Setidaknya Leon masih peduli padanya. Sedikit rasa hangat menjalari dadanya, ketika membayangkan Leon mencari dirinya ke dalam hutan. Lelaki itu mungkin menemukan dirinya tertidur di Paviliun, dan menggendongnya ke dalam kamar.

Tara kembali menghela napas, begitu tidak menemukan satupun notifikasi pesan dari lelaki itu. Apakah tidak sepenting itu dirinya di mata Leon? Apa yang lelaki itu lakukan dengan Angela, hingga pulang sudah dini hari?

Semanis Cinta (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang