Bab 67 - Another War

1.4K 203 18
                                    

Bab 67 - Another War

Suara ketukan di pintu ruang kerjanya membuat Dhika mendongak dari layar komputernya. Saat pintu itu terbuka, Thalia muncul seraya meringis.

"Dera," sebutnya.

Dhika kontan berdiri dan mengikuti Thalia keluar. Dhika mendesah berat ketika melihat Dera lagi-lagi tertidur di kursinya, di depan komputernya.

"Kalian masuk malam, ya? Kayaknya Dera capek banget," Thalia berkata.

Dhika mengangguk.

"Kenapa sih, dia nggak keluar aja dari pabrik?" Thalia terdengar kesal. "Kamu nggak kasihan ngelihat dia kayak gini? Dia kelihatan capek banget, Ka."

Dhika tahu itu, tapi Dera berkeras bertahan di pabrik itu setidaknya sampai bulan depan untuk menggenapi enam bulannya. Lyra bahkan akhirnya memutuskan untuk tetap bekerja di pabrik sambil mengurus Fond Mode karena mengkhawatirkan Dera. Meski Dera juga tak tahu itu. Lyra beralasan jika dia masih perlu mencari tahu lebih banyak tentang para karyawan pabrik.

"Satu bulan lagi," Dhika berkata. "Dia bakal keluar dari pabrik itu satu bulan lagi."

"Satu bulan lagi?" dengus Thalia. "Kalau gini, dia bisa benar-benar drop, Ka. Kamu sendiri yang bilang kalau sebelumnya dia nggak terbiasa kerja. Tapi, bisa-bisanya kamu ngebiarin dia ngelakuin hal kayak gini?"

"Ini yang dia pengen," Dhika membalas.

"Kamu harusnya lebih tahu, apa yang boleh dia lakuin dan apa yang enggak," ucap Thalia tajam. "Kalau dia sakit, dia nggak bakal bisa apa-apa. Dan kayaknya dia demam, tuh. Tadi dia ngeluh kepalanya pusing, trus pas aku ngecek lagi, dia udah tidur."

Dhika tak bisa untuk tak cemas mendengarnya. Ia mengecek kening Dera, dan dadanya terasa sakit merasakan hangat keningnya. Sial, apa yang Dhika lakukan hingga ia tak memperhatikan jika Dera sakit seperti ini?

"Bujuk dia buat keluar dari pabrik itu, Ka," Thalia meminta. "Dia toh nggak harus kerja di sana buat ngebiayain hidup. Kalaupun dia butuh uang, dia bakal digaji di sini nanti. Dia bisa gambar, aku udah lihat itu. Dan aku pengen dia total sama ini, konsen sama kerjaan ini sepenuhnya. Tapi, kalau kayak gini ..."

"Kasih dia waktu satu bulan itu, Li," sela Dhika. "Please."

"Dia sekarang lagi sakit," ketus Thalia. "Satu bulan lagi buat bikin dia lebih sakit?"

Jika menuruti inginnya, Dhika juga tak ingin Dera melewati hari-hari berat seperti ini. Namun ...

"Selama ini, dia nggak pernah bisa ngelakuin apa pun yang dia pengen. Jadi tolong ... satu bulan aja," pinta Dhika. "Aku bakal mastiin dia kerja nggak terlalu keras dan banyak istirahat. Aku janji."

Thalia mendecak kesal. "Mulai hari ini, waktu kerjanya di sini cuma dua jam, nggak lebih."

Dhika tak yakin apa Dera akan bisa menerima itu. Berbeda dengan anggota tim lainnya yang bekerja dengan jam kerja normal, Dera hanya bekerja selama lima jam. Jika Thalia mengurangi jam kerja Dera lagi, Dhika tak yakin bagaimana Dera akan bereaksi. Dera begitu bersemangat belajar di sini. Namun, Dhika sendiri tidak bisa menolak tawaran Thalia. Lebih dari siapa pun, ia mengkhawatirkan Dera.

"Nanti aku coba ngomong sama dia," Dhika membalas.

Ia pun dengan hati-hati, berusaha agar tak membangunkan Dera, mengangkat gadis itu dalam gendongan dan membawanya ke ruang kerjanya.

Dhika membaringkan Dera di sofa di sisi ruang kerjanya. Setelah memastikan Dera berbaring dengan nyaman, Dhika tidak segera pergi dan malah duduk di lantai dan menatap wajah tidur Dera.

Just Be You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang