Bab 32 - Manusia Es

1.6K 210 5
                                    

Bab 32 - Manusia Es

Setelah melewatkan satu minggu yang terasa sangat panjang dengan shift sore, besok Dera bisa masuk kerja dengan jam kerja normal, jam tujuh pagi, sampai jam tiga sore. Ia akan punya cukup banyak waktu untuk istirahat. Dan Minggu pagi ini, sebelum ia masuk sihft sore terakhirnya minggu ini nanti, ia merengek ikut jalan-jalan dengan Prita dan Damar. Ia juga ingin jalan-jalan. Ia sudah cukup penat karena tempat kerjanya, dan karena pria menyebalkan bernama Dhika itu.

Namun, begitu mereka tiba di Manahan dan ia turun dari mobil Lyra, ia sudah menguap. Meski Lyra juga masuk kerja dengan shift yang sama dengannya, tapi gadis itu tak sedikit pun tampak lelah atau mengantuk. Seolah dia sudah terbiasa bekerja sekeras ini. Padahal Dera tahu, Lyra tidak pernah bekerja sekeras ini sebelumnya. Mengingat bahwa keluarganya bahkan punya perusahaan sendiri.

Meski begitu, sepertinya Lyra tidak tumbuh dalam lingkungan yang sama dengan Dera. Ia tidak dikurung dan dilarang melakukan apa pun. Dia tidak diharuskan melakukan hal-hal yang tidak dia suka. Dia bahkan diberi kesempatan untuk berusaha melakukan apa yang dia inginkan, dan masuk ke perusahaannya.

Sementara Dera .... Dera kembali menguap dan matanya terasa berat pagi itu. Semalam ia baru pulang jam sebelas malam, dan ia baru tidur jam setengah satu malam. Ia hanya tidur selama ... empat setengah jam. Karena Lyra semalam berkata bahwa dia akan meninggalkan Dera jika Dera terlambat. Terima kasih pada Lyra, Dera harus bangun jam lima pagi dan mandi ... ehm, mencuci muka maksudnya. Namun, meski hanya mencuci muka pun, itu sudah hal besar. Setidaknya bagi Dera.

Dera tersentak kaget ketika tiba-tiba seseorang menariknya dengan keras, hingga ia menabrak orang yang menariknya tadi. Dera membuka matanya yang setengah terpejam dan mendongak, melotot kesal melihat Dhikalah pelakunya. Refleks, tangannya mendorong Dhika menjauh darinya.

"Kamu tuh ngapain, sih? Senang banget bikin aku kesal, ya?!" tuduh Dera.

Dhika mendengus. "Kalau emang masih ngantuk, mending tidur aja di rumah daripada jalan dengan mata tertutup dan ngerepotin orang lain," ucap pria itu kasar.

Dera mendengus tak percaya. Apa katanya? Merepotkan orang lain?

"Ngerepotin?" sengitnya. "Aku nggak bakal minta tolong sama kamu bahkan meski aku hampir mati sekalipun, jadi kamu nggak perlu ngerasa takut bakal direpotin sama aku."

Setelah melemparkan kata-kata itu, Dera kembali berjalan dengan langkah lebar, ke arah Lyra, Ryan, Prita dan Damar yang sudah ada di depan sana, dan mereka semua menatap Dera lekat.

"Kalian jahat deh, ninggalin aku sama cowok nyebelin itu," tuduh Dera. "Siapa sih, yang ngundang dia ke sini?"

Ryan meringis. "Aku, sih. Soalnya dia kan hari ini libur, makanya aku ajak jalan-jalan sekalian. Dia biasanya nggak pernah ke mana-mana meski libur. Kamu nggak kasihan, kalau dia ngurung diri di rumah sendirian dan..."

"Kenapa juga aku mesti peduli?" sela Dera tajam. "Lain kali, kalau ada aku, jangan ngundang dia juga. Ngerusak mood banget, tahu," kesalnya.

Dera sudah akan berjalan lebih dulu ketika Lyra berkata,

"Tadi kamu hampir aja keserempet motor kalau nggak ada Dhika."

Dera kontan menoleh pada Lyra. "Apa ... kamu bilang tadi?"

"Pas aku nggak dengar ocehan nggak jelasmu, aku berhenti dan noleh tapi kamu udah nggak ada, dan di sana tadi, kamu nyaris aja keserempet kalau Dhika nggak narik kamu minggir tadi," urai Lyra. "Bahkan meski dia udah nyelamatin nyawamu, dia masih jadi cowok yang nyebelin?"

Just Be You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang