Bab 23 - Rahasia Lyra

1.6K 227 12
                                    

Bab 23 - Rahasia Lyra

Entah sudah berapa hari Prita berada di rumah Lyra. Bahkan setelah tahu bahwa Lyra selama ini mengawasinya, entah dengan alasan apa, ia tidak bisa menolak bantuan gadis itu. Dari biaya rumah sakit Tasya, mengurus Damar, sampai tinggal di rumah ini juga. Prita tidak bisa seperti ini terus, ia tahu.

Maka siang itu, Prita memberesi barang-barangnya. Pun dengan barang-barang Damar. Sebenarnya, ia ti.dak yakin ia akan bisa kembali ke kosnya yang dulu, mengingat tempat itu membuatnya teringat akan Tasya, setiap detiknya, dan itu menyiksanya. Namun sepertinya, ia harus tinggal di sana untuk sementara waktu sembari mencari tempat tinggal baru lagi.

Mungkin, dia juga akan mencari pekerjaan baru. Karena melihat Ryan dan Lyra di tempat kerjanya hanya akan menambah rasa sakitnya. Meski ia tidak tahu lagi, apa ia bisa merasa lebih sakit lagi dari ini. Bahkan, belakangan ia merasakan kekosongan yang membuat hidupnya mendadak terasa hampa. Tak berarti.

Jika bukan karena Damar, ia pasti sudah ....

"Kak!" Seruan dari pintu kamar yang ditempatinya itu membuatnya mendongak dari tumpukan baju-baju Damar yang baru diambilnya dari kamar yang ditempati adiknya itu tadi.

Senyum lebar Damar seketika berganti kerutan kening bingung.

"Kakak ngapain?" tanya Damar seraya menghampiri Prita.

"Beresin barang-barang kita. Kita harus pulang, Mar. Nggak enak ngerepotin Kak Lyra terus," Prita menjawab.

Damar mengangguk, tapi ia menatap Prita cemas. "Kita ... pulang ke kos kita ... nggak pa-pa?"

"Emangnya kenapa? Buat sementara juga. Nanti Kakak cari tempat kos lainnya. Kakak juga udah nggak betah lagi di sana," Prita berkata seraya menunduk, menghindari menatap Damar dengan berpura-pura merapikan tumpukan baju Damar.

"Kamu ngapain, Ta?" Suara kaget Ryan dari arah pintu kamar itu membuat Prita mencelos.

Ia tak segera menoleh pada pria itu, dan ia mendengar Ryan meminta Damar ke kamarnya untuk mandi dan beristirahat dulu. Namun, bahkan setelah hanya tinggal dirinya dan Ryan di kamar itu, Prita masih tak menatap Ryan.

"Kamu mau ke mana?" tuntut Ryan.

"Pulang. Tolong sampaiin ke Lyra, aku bakal lunasin biaya rumah sakit Tasya kemarin, tapi aku mungkin butuh waktu. Jadi ..."

"Lyra nggak butuh itu," sela Ryan tajam.

"Aku tahu," balas Prita. "Tapi, aku nggak ..."

"Kamu pengen lihat Lyra gila gara-gara terus ngerasa bersalah sama kamu?"

Kata-kata Ryan itu seketika membuat Prita menatapnya. "Apa ...?"

"Lyra ngelakuin semua itu buat kamu, minta aku ngawasin kamu, sampai bawa kamu tinggal di rumah ini, bukannya tanpa alasan," tukas Ryan. "Kalau kamu pergi kayak gini, nolak semua bantuan dia, dia bisa benar-benar gila, Ta. Bahkan pas ... Tasya pergi juga ... dia ..."

"Lyra kenapa?" Prita tak bisa menahan cemasnya. "Dia baik-baik aja, kan?"

Ryan tersenyum kecut. "Kalau aku ceritain semuanya, apa kamu mau tinggal di sini?"

Prita mengerutkan kening, tak lantas setuju.

"Aku rencananya mau nyari kos baru, dan kerjaan baru juga," ia mengaku.

Ryan menghela napas berat. "Ada dua hal yang kamu perlu tahu. Pertama, aku nggak bakal ngebiarin kamu ngelakuin itu. Kedua, Lyra yang bakal terluka karena keputusanmu itu."

Prita menatap Ryan bingung. "Sebenarnya ... apa alasan Lyra ngelakuin semua ini ke aku?"

Ryan menatap Prita. "Kalau kamu ntar marah atau benci ke Lyra, kamu bisa ngeluapin itu ke aku. Tapi, jangan dia."

Just Be You (End)Where stories live. Discover now