Bab 53 - Don't Give Up

1.5K 220 16
                                    

Bab 53 - Don't Give Up

Dera baru saja bangun dari tidurnya sore itu ketika mendapati di rumah itu ada orang lain. Melompat bangun dari tempat tidurnya, Dera pergi ke ruang tamu dan melihat ketiga kakaknya sudah berada di sana. Dera ternganga selama beberapa saat melihat ketiga kakaknya itu.

"Kakak ngapain di sini?" Dera tak dapat menahan keterkejutannya.

Raka menoleh padanya, mengerutkan kening, tampak terganggu, sebelum menghampiri Dera dan menyisir rambutnya yang sepertinya tampak berantakan.

"Kamu habis ngapain aja, sih?" tanya Raka, sedikit kesal. "Kamu kelihatan capek banget, Ra."

"Dera masuk malam, Kak," jawab Dera, sebelum ia berjalan melewati kakaknya dan mengambil tempat di sebelah Angga.

"Bangun tidur tuh mandi dulu, napa?" protes Angga.

Dera merengut, tapi kemudian mencium kaus yang ia kenakan. Tidak terlalu bau.

"Jorok banget nih anak, sumpah," gemas Angga. "Kamu tuh di sini berapa lama sih, udah jorok kayak gitu? Kak, kasih asisten rumah tangga deh, di sini."

Dera mendecak pelan. "Nggak usah. Dera bisa urus semuanya sendiri, kok," tolaknya. "Dera udah biasa juga ngurus semuanya sendiri. Dera juga belajar nyapu sendiri, jadi pas orang yang biasa bersihin rumah hari Minggu itu datang, nggak terlalu kotor pas ngebersihin rumahnya."

Dimas menatap Dera iba.

"Nanti biar Kak Dimas kirimin orang buat nemenin kamu tinggal di sini, dan kali ini, Kakak minta kamu nggak nolak lagi. Kakak cuma minta itu aja, Ra," ucap Dimas. "Selama di sini juga kamu sering pesan fast food, ya? Tadi Kakak lihat di kulkasmu."

Dera berdehem. "Nggak selalu, sih. Ada juga kok, rumah makan biasa yang bisa delivery dekat sini."

Raka mendesah berat ketika mengambil tempat di sofa lain di sebelah Dera. Dera berusaha bersikap sesantai mungkin, ketika ketiga kakaknya itu menatapnya.

Merasa canggung, Dera berusaha mencari topik dan akhirnya,

"Dera udah tahu apa yang pengen Dera lakuin."

Raka mengerutkan kening, Dimas tampak terkejut, sementara Angga mengangkat alis ragu.

"Dera pengen jadi webtoonist," sebut Dera.

"Apa, Ra?" Ketiga kakaknya itu bertanya bersamaan.

Dera berdehem. "Webtoonist," ulang Dera.

"Iya, tadi juga udah dengar," Angga menyahut.

Dera menatap kakaknya itu kesal. "Trus ngapain pakai tanya lagi?"

"Pertama, kaget. Kedua, siapa tahu kamu salah ngomong. Ketiga, mungkin kamu bakal berubah pikiran," balas Angga enteng, membuat Dera mendesis kesal.

"Webtoonist itu yang kerjanya ... bikin cerita bergambar online itu, kan?" tanya Dimas.

Dera mengangguk. "Komik online gitu. Kakak kan juga tahu, Dera suka gambar dari kecil. Dan Kakak juga tahu Dera bagus gambarnya," pamer Dera dengan bangganya.

Raka mendecakkan lidah tak setuju. "Kalau kamu ngelakuin itu sebagai hobi, Kakak bakal cariin sekolah yang bagus buat kamu. Kamu ..."

"Kak," Dera menyela kalimat kakaknya. "Dera pengen serius ngelakuin itu, bukan cuma sekadar hobi. Bisa dibilang, itu impian Dera sekarang. Dera pengen jadi webtoonist yang karyanya disukai banyak orang."

"Apa kamu pikir semudah itu?" Raka berkata. "Dan jangan pernah lagi nyinggung tentang pekerjaan. Kamu nggak perlu kerja, Ra. Kamu bisa ngelakuin apa pun yang kamu suka. Makanya, nanti Kakak bakal cariin sekolah gambar atau sekolah apa pun yang bisa ngebantu kamu ngembangin hobimu itu."

Just Be You (End)Where stories live. Discover now