Bab 34 - Hold You Tight

1.5K 217 18
                                    

Bab 34 - Hold You Tight

Dera tidak tahu satu minggu bisa terasa begitu panjang. Dan melelahkan. Sepanjang minggu kemarin, ia mendapati dirinya begitu mudah kesal. Setelah ia bertengkar dengan Ita hari itu, hampir setiap hari Ita menyindir tentang kerjanya. Bahkan, tentang pakaiannya.

Padahal, lihat dia sendiri. Berdandan seperti itu di dalam pabrik yang panas seperti ini. Dan dia masih bisa menyindir jika Dera terlalu bergaya dengan pakaiannya. Dera hanya memakai kaus, kadang kemeja yang tidak dikancingkan di atas tank top dan jeans. Pakaian yang normal. Karena ia memang belum punya seragam. Baru kali ini ada yang menyebut jeans dan kaus atau kemeja itu berlebihan.

Di mana dia tinggal selama ini? Apa Dera harus memakai baby doll lengkap dengan roll rambut untuk berangkat bekerja setiap hari? Terkadang, Dera tak bisa mengikuti logika orang-orang itu. Kenyataannya, bukan hanya Ita, tapi juga gengnya, yeah, geng, yang berpikiran seperti itu tentang Dera.

Rasanya Dera ingin sekalian berangkat bekerja dengan salah satu gaun pesta dan high heels cantik kesayangannya. Sekalian ia berangkat naik mobil kakaknya. Namun, Dera segera mengusir pikiran gilanya itu. Hanya orang gila yang menanggapi pikiran gila orang-orang di sekitarnya.

Setidaknya, begitu ia pulang nanti sore, ia masih bisa beristirahat panjang karena besok akan mulai shift malam, jam sebelas malam. Bahkan nanti malam ia sudah berencana untuk jalan-jalan bersama Lyra dan Prita. Dengan Ryan dan Damar juga.

Dera menyambar roti tawar dari kulkas dan sekotak susu cokelat untuk bekal sarapannya. Ia melahapnya cepat dalam perjalanan ke pabrik. Begitu ia menghabiskan sarapannya, ia mempercepat langkah karena tahu ia sudah akan terlambat. Keluar ke jalan raya di depan pabrik, Dera berlari.

Namun, tak jauh dari pabrik, Dera merasakan sesuatu menghantam lengannya dengan keras, mengejutkannya, membuatnya jatuh dengan keras. Dera menoleh ke arah jalan dengan kesal dan mendapati sebuah motor berhenti. Pengendaranya turun dari motor, seorang murid SMA.

"Maaf, Mbak, maaf. Saya buru-buru," anak itu berkata.

"Aku juga buru-buru, tahu!" kesal Dera. "Kalau aku mati, kamu masuk penjara, tahu!"

Anak itu tampak pucat dan Dera mendesah pelan. Kasihan juga. "Udah sana, keburu telat ke sekolahnya," katanya.

Anak itu sudah hendak membantu Dera, tapi Dera menolak dan mengusirnya. Anak itu kembali meminta maaf, sebelum naik ke motornya dan melajukan motornya. Dera menarik kakinya dan mendecak kesal melihat jeans-nya robek di bagian lutut dan lututnya berdarah.

Sebelum Dera sempat berdiri, ia mendapati sebuah tangan terulur di depannya. Dera mendongak dan ia melihat Dhika di sana. Dera melengos kasar, lalu berdiri sendiri tanpa bantuan Dhika. Ia sudah akan berjalan pergi, tapi ia nyaris terjatuh lagi ketika kakinya yang terluka terasa nyeri.

Dera menggigit bibir, mendadak teringat ketiga kakaknya. Belakangan, semuanya terasa begitu berat dan Dera tak bisa mengelak, ia merindukan rumahnya, ketiga kakaknya. Namun kemudian, Dera menarik napas dalam, mengusir pikiran itu dan menguatkan diri.

Ia melanjutkan langkah dengan terpincang. Jelas ia akan terlambat nanti. Ia tersentak pelan ketika merasakan sepasang tangan memegangi lengannya. Dera menoleh dan mendapati Dhika memeganginya.

"Kalau kamu sakit, nggak perlu maksain buat masuk kerja. Nanti kamu bakal berdiri seharian, yakin kakimu kuat berdiri seharian?" pria itu berkata.

Dera tak menjawab dan malah menepis tangan Dhika. Ia kembali berjalan, meski terpincang. Dera terlambat tiga menit saat melakukan absensi. Ia mempercepat langkah ke arah pabrik, tapi kemudian, ketika rombongan karyawan yang pulang menyerbu ke arahnya, Dera nyaris terjatuh lagi.

Just Be You (End)Where stories live. Discover now