Bab 64 - Denganmu

1.5K 206 22
                                    

Bab 64 - Denganmu

"Ini ... kita nggak ke bandara?" tanya Lyra saat Ryan membelokkan mobilnya ke jalan yang bukan ke arah bandara.

"Prita mau ketemu seseorang dulu," Ryan berkata.

Lyra mengerutkan kening. "Prita punya kenalan di sini?"

Ryan tak menjawab. Namun, saat Lyra mengenali jalan yang ia lewati, ia menatap kaget Prita yang duduk di sebelahnya.

"Kamu ..."

"Aku belum pernah ketemu mamamu," Prita berkata. "Aku bangun pagi banget tadi buat dandan serapi mungkin dan beli bunga buat ketemu mamamu."

Lyra tercekat.

"Aku juga hari ini pake one piece dress yang cantik, nih," Dera menimpali.

Lyra mengerjap, tak tahu harus menanggapi bagaimana.

"Tante pasti senang banget, kalau tahu lo udah punya sahabat sekarang," Ryan berkata.

Lyra merasakan matanya panas, tapi ia menarik napas dalam, berusaha meredam emosinya.

"Tapi, kalian nggak perlu ngelakuin ini," tukas Lyra.

"Kalau sama kita," Ryan berkata, "lo nggak perlu pura-pura."

Lyra mendengus pelan. Namun, begitu mobil Ryan memasuki areal pemakaman, Lyra merasakan kerinduan, sekaligus rasa bersalah, menyesaki dadanya. Juga, rasa sakit yang sama seperti sebelumnya setiap kali ia datang ke tempat ini.

Lyra sempat ragu untuk turun ketika yang lainnya sudah turun dari mobil, tapi Erlan membuka pintu di sebelahnya dan berkata,

"Gue di sini, Lyr."

Lyra tahu seharusnya ia mendorong Erlan menjauh, tapi ia juga tahu, di saat seperti ini, ia butuh seseorang untuk memeganginya. Entah kenapa, seringnya orang itu adalah Erlan.

Lyra berdehem saat akhirnya ia turun. Ia melihat Prita dan Dera sudah membawa buket bunga di tangan masing-masing, tapi kemudian Ryan menyodorkan sebuket bunga mawar putih padanya.

"Harusnya lo nyiapin semuanya sendiri, tapi ... ini tadi mendadak, jadi gue bantuin lo," Ryan berkata.

Lyra mendengus. "Bukan cuma mendadak. Tapi, kalian ini nyulik gue, tahu nggak?"

Ryan tersenyum dan mengangguk mengakui.

Biasanya, langkah Lyra akan terasa begitu berat di areal pemakaman itu. Namun, entah kenapa hari ini langkah kakinya terasa lebih ringan. Begitu Lyra tiba di depan makam mamanya, Prita dan Dera satu-persatu memperkenalkan diri pada mamanya.

"Tante nggak perlu khawatir, Prita bakal jadi sahabat yang baik, yang bakal bantuin Lyra dan selalu ada buat Lyra," Prita berkata.

"Iya, Tante. Dera juga bakal bantuin Lyra. Yah, meski sejauh ini Dera lebih sering ngerepotin Lyra, tapi Dera pasti bakal jadi sahabat yang baik buat Lyra," Dera berbicara.

Lyra mendengus pelan, sebelum tersenyum, haru. Ia menarik napas dalam, dan akhirnya melangkah mendekat ke makam mamanya.

"Hai, Ma," Lyra menyapa. Ia berdehem, lalu meletakkan buket bunga di tangannya di atas makam mamanya. "Pagi-pagi udah berisik banget ya, Ma? Salahin mereka deh, Ma."

Lyra mendengar Ryan mendengus pelan, tak setuju. Namun, Lyra tersenyum.

"Ma, Lyra ..." Lyra mengernyit tatkala tenggorokannya tercekat oleh duka yang sama, selalu. Lyra berdehem. Ia menarik napas dalam. "Lyra ..." Lyra kembali menarik napas dalam.

Just Be You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang