Bab 6 - Tuan Putri

2.1K 231 9
                                    

Bab 6 - Tuan Putri

Nadera mengeluh, lagi, setelah menutup telepon dari kakak sulungnya, Raka. Entah bagaimana, ia berakhir di tempat ini, di salah satu rumah millik kakak sulungnya di perbatasan kota Solo ini, sendirian. Namun, satu hal yang pasti, ia tidak akan kembali ke rumah keluarganya, di mana ketiga kakak laki-lakinya tinggal, sampai ia bisa membuktikan pada mereka, bahwa ia bukan gadis manja dan lemah seperti yang mereka pikir.

Dera juga tidak ingin hidup seperti putri tidur yang terkurung dalam tidurnya, ataupun Cinderella yang terkurung di rumahnya sendiri. Bahkan meskipun ia menyukai dongeng-dongeng para putri itu, ia tidak ingin hidupnya menjadi seperti mereka. Terkurung, tak berdaya, dan hanya bisa menunggu, entah siapa pun yang entah kapan, akan datang menyelamatkannya dari rumah itu.

Bukan berarti ketiga kakak lelakinya itu membuatnya menderita. Bahkan mereka sangat menyayangi Dera. Dera tahu, alasan mereka mengurung Dera di rumah, tak mengizinkannya pergi ke mana pun, atau berteman dengan sembarang orang, adalah karena mereka khawatir dan peduli pada Dera.

Namun, tetap saja ... betapa pun manisnya Dera menyebutkan semua itu, itu tetaplah kehidupan yang tak diinginkan Dera. Ia ingin bebas. Melakukan apa pun yang ia inginkan di luar sini dan menghentikan kekhawatiran berlebihan kakak-kakaknya padanya.

Dera juga ingin mempunyai impian, mempunyai bayangan, akan hidup macam apa yang ia inginkan. Bukan kehidupan yang sudah digambarkan ketiga kakaknya itu dengan sempurna. Masalahnya, Dera benar-benar tidak tahu bagaimana dunia luar yang selama ini selalu dijauhkan ketiga kakaknya darinya.

Ia tidak punya sahabat, ataupun teman dekat, untuk dimintai bantuan, –terima kasih pada kakak-kakaknya. Meski begitu, ia nekat pergi keluar sendiri, berkata pada ketiga kakaknya bahwa ia ingin memutuskan hidup untuk dirinya sendiri.

Dua hari lalu, di hari di mana ia seharusnya terbang ke sekolah musik, seperti yang sudah ditentukan kakaknya, ia justru melarikan diri. Sesaat sebelum boarding, ia menyadari satu hal, pesawat yang akan menerbangkannya ke Paris itu tidak akan membawanya ke tempat yang ia inginkan. Betapa pun tingginya, betapa pun indahnya tempat itu, bukan itu yang hati Dera inginkan. Dan ia sadar, selama ini, ia tidak pernah benar-benar menginginkan apa pun. Tidak sempat memiliki keinginan tentang apa pun.

Maka, bermodalkan kenekatan dan tekad bulatnya itulah, ia justru kabur kemari. Kemarin ia sudah memasukkan surat lamaran pekerjaan, ke pabrik yang berada paling dekat dari rumah ini. Pabrik plastik. Namun toh, pekerjaannya tidak terlalu berat saat tadi pagi ia menjalani interview dan praktek langsung untuk tes kerjanya. Dera bisa menjalaninya, tentu saja. Besok, ia sudah mulai bekerja.

Itulah kenapa tadi kakak sulungnya menelepon. Begitu ia tahu bahwa Dera tidak terbang ke Paris, ia langsung terbang dari Kanada, secepat yang ia bisa. Kakaknya itu akan tiba di sini besok pagi karena ini sudah sangat larut, lewat tengah malam.

Karena itulah dalam tiga jam terakhir sejak kakaknya itu mendarat tadi, ini sudah yang keenam atau ketujuh kalinya ia menelepon, memastikan apakah Dera serius ingin bekerja, bahkan menakut-nakuti Dera tentang betapa beratnya pekerjaan di pabrik itu. Sayangnya, Dera sudah lebih dulu tahu, jadi ia sama sekali tak mendengarkan kata-kata kakaknya itu.

Kakak sulungnya itu luar biasa heboh ketika Dera memberitahu bahwa besok ia sudah mulai bekerja. Sepanjang kakaknya menumpahkan kecemasannya, dan ancamannya, Dera nyaris tak mendengarnya. Ia hanya melakukan tugas resminya, mengangkat telepon wajib dari kakaknya dan mendengarkan apa pun yang dikatakannya. Dera selalu berusaha menjadi adik yang baik selama ini. Dan ia mungkin akan bertahan sedikit lebih lama lagi.

Namun, Raka, Angga, ataupun Dimas, bisa menelepon Dera ratusan kali dan itu tak akan mengubah niat Dera untuk bekerja di pabrik itu. Karena hanya dengan begitu, Dera bisa menunjukkan kepada kakak-kakaknya, bahwa ia bisa hidup mandiri, dan tidak perlu menjalani kehidupan bak putri dalam dongeng seperti yang selama ini ia jalani, untuk ketiga kakaknya itu. Dengan begitu, ia akan punya kesempatan untuk menemukan apa yang sebenarnya ingin ia lakukan dengan hidupnya.

Just Be You (End)Where stories live. Discover now