⁰³¹ bab tiga puluh satu

2.8K 501 29
                                    

━━━━━━━

031

━━━━━━━

 Ketika akhirnya Canda merasa tenang, tanpa terasa setengah jam telah terlewati dan jalanan di sekitarnya sudah mulai dipadati kendaraan. Cewek itu mengambil sehelai tisu, melipatnya menjadi dua, sebelum akhirnya membuang ingusnya yang sebenarnya sudah meler sejak tadi. Lalu, dimasukkannya tisu tersebut ke dalam tempat sampah yang terletak di bagian kaki kursi belakangnya.

Setelahnya, Canda terdiam. Dia baru tersadar kalau dia nggak punya tujuan! Mobilnya terparkir di pinggir jalan, bensin sudah sedikit menipis akibat nyalanya AC, dan perutnya sejak tadi meronta-ronta minta diisi. Satu-satunya pilihan yang dia punya cuma pergi ke restoran cepat saji, mungkin memesan lewat layanan drive thru sehingga nggak ada yang bisa melihat matanya yang bengkak seperti baru kena sengat lebah.

Hingga tiba-tiba saja, ponselnya bergetar dari atas dashboard.

Canda memang nggak mengharapkan mamanya untuk menjadi seseorang yang akan pertama kali mengiriminya pesan di saat suasana lagi panas-panasnya begini, tapi dia juga nggak menyangka kalau Ariq-lah yang barusan menambah notifikasi ponselnya.

Dari balik bulu matanya yang masih terasa basah, Canda membuka kolom obrolannya dengan Ariq.

Ariq : maaf karena gue lupa ngabarin.

Ariq : tapi, airshow-nya hari ini dan kalau lo nggak bisa dateng, nggak apa-apa, kok, karena gue yang lupa ngasih tahu HAHA.

Ariq : gue share location, ya.

Ariq : acaranya dari pagi sampai sore.

Ariq : sumpah, jangan dijadiin beban. kalau nggak bisa, nggak apa-apa. oke?

Bola matanya bergerak cepat, berusaha mencerna kata demi kata yang Ariq kirimkan. Alisnya bertaut begitu ia sudah mencapai kata terakhir, dan pandangannya pun kembali dilemparkan ke kata pertama. Semakin sering Canda membaca pesan yang dikirimkan Ariq itu, semakin Canda merasa panik.

Refleks, Canda menunduk untuk mengarahkan pandangannya pada pakaian yang tengah dikenakannya. Kemeja lengan pendek dan celana jins. Nggak buruk-buruk amat, sih ... tapi, Canda nggak dandan! Dan mata Canda bengkak!

Canda tahu penampilan bukan segalanya, tapi kalau Canda datang, artinya ini adalah kencan pertama dia dengan Ariq dan memberikan penampilan seolah-olah dia baru jadi korban perampokan dengan baju lusuh tanpa tas bukanlah cara memulai kencan pertama yang baik. Untungnya dia pakai sepatu, bukan sandal jepit!

Sembari menggigit bibir, Canda membuka tautan lokasi yang dikirim Ariq. Lokasinya nggak jauh-jauh amat. Datang nggak, ya?

Canda : lo di mana?

Sambil menunggu balasan Ariq, Canda pun buru-buru melempar ponselnya ke jok sebelah dan segera menyalakan lampu indikasi. Lalu, mobilnya pun mulai melaju cepat meninggalkan lokasi parkirnya tadi dengan tujuan untuk menemukan restoran atau pom bensin terdekat. Atau ... tempat apapun yang punya westafel berfungsi yang bisa digunakan Canda untuk mencuci muka.

Mata Canda bersinar lega begitu lambang pom bensin familiar tertangkap netranya beberapa menit kemudian. Dengan lincah, dibelokkannya mobil untuk diparkirkan di sebelah minimarket pom bensin tersebut, sebelum akhirnya cewek itu mematikan mesin mobilnya.

Impulsif (on revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang