Silvia : Rose Garden Filled with Thorns

27K 3.8K 277
                                    


Author's Note :D

Ndak usah berpanjang-panjang, batere leptop udah tinggal ekstraknya.

Selamat menikmati! 


________________________________



Aku menata bunga lily cantik yang dikirim Opa Ben di atas meja di samping tempat tidur Saka. Sesekali aku menatap Saka yang sedang tertidur. Tidak pulas sepertinya, tapi sudah tidak gelisah seperti semalam. Aku sempat ketakutan saat semalam Saka bangun dengan napas terengah-engah. Setelah itu, dia menggenggam tanganku erat-erat, dan tidak melepaskannya sampai dia jatuh tertidur.

"Laksmi..." Saka membuka mata dan membisikkan namaku.

"Hei, Ka..." Aku bergegas menghampirinya dan menggenggam tangan Saka. Saka balas menggenggamnya, erat.

"Jam berapa?" Tanyanya pelan. Aku melirik jam di dinding.

"Jam 8.16. Mau sarapan? Tadi diantarkan sarapan sama suster," ujarku. Saka menggeleng lemah.

"Nanti aja. Kamu... Udah makan?" Saka menatapku dengan matanya yang masih terlihat bengkak.

"Belum. Mau mandi dulu. Dari kemarin aku nggak mandi," ujarku sambil nyengir. Saka membalas senyumku, walau hanya sebatas menarik sudut bibirnya sedikit. Wajah Saka... Hmm. Let's say, ini jelas bukan penampilan terbaiknya. Tapi di mataku, dia tetap paling ganteng sejagat raya. Hahahaha. Lebaaayy, Sil...

"Kamu nggak mandi juga tetap cantik," ujar Saka lirih sambil menatapku lekat.

"Emang sih, cantikku kan paripurna. Tapi bau. Aku aja mau pingsan bau badanku sendiri," aku bergidik. Saka tertawa pelan, lalu terbatuk-batuk heboh.

"Saka!" Aku mengelus pelan dadanya dengan panik.

"Aku kangen sekali sama kamu, Laksmi..." bisik Saka setelah batuk-batuknya mereda.

Aku tersenyum.

"Aku juga kangen banget sama kamu, Ka..." Aku menatapnya lekat. Iya, aku kangen banget sama Saka. Kangen banget.

"Kalau aku Bima, pasti di sini aku udah minta cium," bisik Saka. Aku tertawa terbahak-bahak mendengar ucapannya. Songongnya Bima ituuuuuh yaaa! Nular!

"Kok malah ketawa..."

Secepat kilat aku mencium bibir Saka. Mengulumnya pelan. Saka meringis.

"Perih..."

Aku tertawa, semakin keras.

"Masih sakit nggak usah banyak gaya!"

"Tapi mau lagi..."

Aku mendelik.

"Iiih! Jangan lebay kaya Bima ah, Kaaa! Geliii tau nggak!"

Saka tertawa pelan. Aku mengelus jemari Saka sambil membaringkan kepalaku di sampingnya.

"Makanya, cepet sembuh ya, Ka... Nanti aku kasih semua yang kamu mau. Yang lebih dari cium juga boleh..." Aku terkikik.

"Kamu tuh..." Saka mengelus kepalaku. Aku memejamkan mata. Merasakan lembutnya tangan Saka. Terlena. Entah untuk berapa lama.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan membuatku terjaga. Aku menegakkan badan, lalu dengan super enggan berdiri untuk membukakan pintu. Uuugh, siapa sih! Ganggu aja orang lagi enak-enak!

SAKA - SILVIA : SELALU BERSAMAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang