Saka : Rumor's Fly

37.8K 4.7K 237
                                    

Author's Note :D


Huft. Semoga berkenan.


Selamat Menikmati! :D


___________________________


"Menikah??? Sama Silvia???" teriak Nania sambil membanting gelas berisi juice apel yang menjadi salah satu menu sarapannya. Aku meringis.

"Iya..." ujarku.

"Kok bisaaa???" Nania menatapku horor. "Kamu kan... Kamu kan..."

"Gay?" aku menyelesaikan ucapan Nania. Nania meringis juga.

"Mmm... Iya..." ujar Nania pelan. Aku tersenyum.

"Yaaa... Gitu deh," ujarku. Nania mendelik. Lalu ia menoleh ke arah Bima, yang tersenyum-senyum sambil menatapku. Aku balas tersenyum padanya.

"Good job, bro..." ujar Bima sambil mengacungkan kedua jempolnya. Aku nyengir.

"Wait, wait. Kamu tahu soal ini, Bim?" Nania menyipitkan mata, menatap suaminya.

"Tahu. Tapi aku belum cerita sama kamu, karena aku pikir, biar Saka aja yang cerita. This is his story, anyway..." jawab Bima diplomatis sambil mengelus lengan Nania. Nania mendengus. Ngambek.

"Ya udah, cerita! Tunggu apa lagi!" Nania mendelik ke arahku. Yaelah. Dasar titisan Mak Lampir! Galak amat!

Tapi berhubung memang untuk itulah aku datang sepagi ini ke rumah Nania, akhirnya aku bercerita padanya. Selengkap-lengkapnya. Yaaah, kecuali soal detil posisi yang aku pakai di lavatory itu. Itu sih rahasia negara. Meskipun Bima dengan keponya tetap memaksa ingin tahu. Buat referensi, katanya. Dasar mesum! You wish, Bim!

"Waw..." Nania menatapku. Kehilangan kata-kata.

"Jadiii... Yah. Aku sudah bilang sama Mama semalam, saat aku pulang dari Lembang. Beliau memang kelihatannya marah, tapi aku sih lihatnya Mama seneng juga. Mau punya cucu..." aku tersenyum.

"Tapi, Ka... Mmm. Kamu yakin? Maksud aku... Soal... Yah. Itu deh," racau Nania tidak jelas. Tapi aku paham maksudnya. Aku terdiam. Yakin nggak ya?

"Gampangnya, lo yakin, bakalan bisa nananana sama Silvia, kalau kalian nikah nanti?" tanya Bima lebih blak-blakan. Nania mencubit lengan suaminya keras-keras sampai Bima menjerit.

"Apaan sih, Nan! Kan aku bener!" Bima mengelus-ngelus lengannya yang memerah.

"Hiiiihhh!!" Nania mencubit Bima lebih keras. Aku tertawa melihat mereka berdua.

"Kalian tuh ya. Inget dong, udah mau jadi orang tua..." ujarku geli.

"Bima nih!" omel Nania.

"Nggak apa-apa kok, Nan. Jawaban dari pertanyaan kalian, belum. Aku belum yakin sih, jujur aja. Pas aku melakukan itu sama Laksmi, aku dalam kondisi mabuk. Mmm, tapi aku memutukan untuk konsultasi, Nan. Yaaah, better late than never, right? Semalam aku udah hubungin Maya, dan sama dia dikasih rekomendasi ke psikolog. Yah semoga saja, itu bisa membantu aku mengatasi apapun itu yang bikin aku kaya' gini..." ujarku pelan.  Nania menatapku, lalu dia berdiri dari sofa yang ia duduki, dan menghampiriku. Kemudian Nania memelukku erat.

"I'm so proud of you, Ka... Semoga kamu bahagia ya..." bisiknya dengan suara basah. Aku mengelus rambut pendek Nania.

"Thanks. Rasa terima kasihku nggak akan cukup untuk membalas apa yang sudah kamu lakukan selama ini buat aku, Nan... It means a lot," ujarku. Aku bisa merasakan, air mata Nania membasahi kemejaku.

SAKA - SILVIA : SELALU BERSAMAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang