Silvia : Young and Reckless

22K 3.9K 186
                                    

Author's Note :D

Malam ini lagi baik hati dan tidak sombong, jadi aku kasih update dua kali. Bahahahaha... Semoga masih sabar menanti yang ini. Masih poanjaaangg... Kira-kira tamatnya tahun depan. Itupun kalau sempat. Wakakakaka...

Enjoy!

_____________________________


Aku bengong menatap Saka yang sedang sibuk menyiapkan sarapan untukku. Dari baunya siiih, kayanya cheese omelette ala Chef Saka yang terkenal itu. Belum-belum ilerku sudah nyaris menetes. Apalagi lihat Chef-nya yang hanya memakai celana piama kaos abu-abu yang menggoda iman itu dan... Bertelanjang dada. Astaga, kesambet setan dari mana si Saka, tumbenan amat dia eksibisionis ginih! Tidakkah dia menyadari apa pengaruhnya padaku. Aku jadi curiga sebenarnya ilerku nyaris menetes bukan karena bau omelette...

"Laksmi?"

"Eh?" Aku tersadar. Saka sedang berdiri di depanku sambil menatapku heran.

"Itu dimakan omelet-nya. Kok malah bengong?" Tanya Saka.

"Eeeng... Hehehe..." Aku tertawa salah tingkah. Maalluuuu! Ketauan banget aku mupeng...

"Sorry, cuma bisa siapin omelet. Tadi keasyikan berenang, lupa kalau belum bikinin sarapan," ujar Saka lagi.

Aku cuma bisa manggut-manggut. Oooh, habis berenang. Panteesss... Aku baru mengamati, rambut Saka yang acak-acakan memang masih basah. Berenang aja tiap hariii, Kaa... Biar aku dapet pemandangan perut indah tiap pagi...

"Nggak apa-apa, aku suka omelet..." ujarku cepat. Suka yang masak juga...

"Ya udah, aku mandi dulu ya. Enjoy," Saka beranjak pergi.

Sekali lagi aku melongo. Menatap ke arah Saka yang berjalan meninggalkan dapur. Lha! Tumben amat dia nggak nemenin aku makan! Saka selalu menemani aku sarapan pagi. Ribut mengingatkan aku untuk minum susu dan menjejalkan ini-itu. Takut banget aku kurus dan kelaparan. Aku menggigit sendok, berpikir. Mengingat-ingat. Sikap Saka memang sedikit aneh. Sejak semalam. Dia tidak banyak bicara dan terlihat sangat serius. Ada apa? Huuuft. Tiba-tiba selera makanku melayang.

Aku menghela napas dan menyendok omelet-ku malas-malasan. Mau nggak mau aku harus makan karena aku harus minum obat dan vitamin yang seabrek. Kata Mbak Padmi, aku masih terlalu kurus. Berat badan si baby juga masih di bawah rata-rata.

Saat aku akhirnya berhasil menyelesaikan makanku, Saka keluar dari kamarnya. Sudah rapi dan nggak kalah menggiurkan dari penampilannya tadi.

"Aku berangkat dulu ya, Laksmi. Take care," Saka mencium pipiku sekilas, lalu langsung cabut sebelum aku sempat mengucapkan apapun.

Aku melongo untuk kesekian kalinya. Manaaa jatah ciuman pagikuuu! Masa cuman pipi? Saka kenapa?

"Saka!" Aku berdiri dan berlari menyusulnya.

"Kamu... Kenapa?" Tanyaku. Saka menatapku.

"Mmm, nggak apa-apa. Kenapa?"

"Kamu... Beda. Sakit ya?" Aku menempelkan tanganku ke dahi Saka. Saka menepis tanganku pelan.

"I'm fine. Sudah ya, aku sudah telat banget," ujar Saka.

Lalu dia pergi. Meninggalkan aku yang masih terpaku di samping rak buku. Mengamati punggungnya yang menjauh. Dan aku menyadari satu hal.

Saka sama sekali tidak tersenyum pagi ini.


***

SAKA - SILVIA : SELALU BERSAMAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang