Silvia : Way Too Far

6.6K 999 102
                                    


Author's Note :D

Please, don't hate me.


________________________________


"Non, ada yang cari di depan," ujar Mbok Siti sambil berdiri di samping gazebo yang sudah aku jadikan markasku. Aku mengerjapkan mata.

"Siapa? Suruh ke sini aja, Mbok. Males gerak," ujarku sambil meregangkan badanku yang kaku setelah berbaring membaca selama satu jam dalam posisi yang sama.

"Nggak tahu, Non. Temannya Mas Saka, katanya," Mbok Siti mengerutkan kening. Aku terbangun kaget. Teman Saka? Astaga! Jangan-jangan sesuatu terjadi sama Saka!

"Saka kenapa, Mbok?" Aku bergegas beranjak turun dari gazebo. Mbok Siti buru-buru memegangi tanganku.

"Hati-hati, Non! Pelan-pelan!" ujar Mbok Siti panik. Aku memakai sandal bulu-bulu pink-ku, dan berjalan secepat perutku bisa menuju ruang tamu. Mbok Siti mengekor di belakangku.

Langkahku terhenti seketika saat melihat siapa yang sedang berdiri membelakangiku, menatap intens pada foto pernikahanku dan Saka yang terpampang megah di dinding ruang tamu.

"What are you doing here?" ujarku judes. Mbok Siti menatapku kaget saat mendengar nada suaraku.

Pria itu menoleh, dan tersenyum lebar saat melihatku, membuat kerut di wajahnya yang tampan semakin kentara.

"Ah, Princess. It's always nice to see you," ujar pria itu, Ferdinand. Rambutnya yang coklat gelap dan dihiasi sedikit warna perak tersisir rapi. Berbeda sekali dengan saat aku melihatnya di rumah sakit. Saat itu ia tampak berantakan. Rambutnya acak-acakan dan wajahnya penuh gurat kecemasan. Sekarang ia terlihat seperti Christian Bale as Bruce Wayne. Kemeja putih dan celana jeans biru tua membalut erat badan tegapnya. Honestly, he looks incredible. Saingan yang sungguh berat.

"It's NOT nice to see you. What. Are. You. Doing. Here?" tanyaku lagi. Dadaku berdegub kencang.

"May I?" Ferdinand menunjuk sofa putih di ruang tamuku. Aku menyilangkan tanganku sambil menatapnya tajam.

"Come on. I just want to talk," Ferdinand tersenyum ramah. Aku menghela napas, lalu duduk di sofa. Ferdinand ikut duduk di sofa di hadapanku.

"Non, dibuatkan minum?" tanya Mbok Siti.

"Iya, Mbok. Buatin kopi campur sianida," ujarku jutek. Mbok Siti meringis. Ferdinand tertawa.

"Kalau boleh, saya lebih suka sianida dan orange juice. It's more delicious," ujar Ferdinand. Damn. Aku lupa dia bisa Bahasa Indonesia.

"Teh saja Mbok. Peppermint ya. Hangat," ujarku. Aku mengangkat alisku sambil melirik Ferdinand.

"Saya juga. Terima kasih," Ferdinand mengarahkan senyum seribu watt-nya ke arah Mbok Siti, yang langsung tersipu. Biar kata Mbok Siti sudah tua, tapi kan Mbok Siti nggak buta.

"Okay, talk. What do you want?" tanyaku saat Mbok Siti sudah pergi.

"You look so beautiful here," Ferdinand menunjuk foto pernikahanku.

"I know," ujarku angkuh. Ferdinand tertawa.

"I like you, Princess. You are really something."

"Well... I don't. Like you, I mean. You came here all the way just to tell me that you like me?"

"Kind of."

"Thanks. You may go now."

"I'm waiting for my tea, Princess."

SAKA - SILVIA : SELALU BERSAMAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang