Bab 16

1.2K 84 2
                                    

Jack's P.O.V

Jantungku terasa berhenti berdetak saat Luvin menancapkan sebuah pisau ke perut Jehna. Saat itu juga aku langsung menerjang Luvin dan meninjunya secara bertubi-tubi. Aku berteriak frustasi.

"SIALAN KAU LUVIN!!" Makiku dengan kuat.

Luvin bergeming, menerima pukulanku yang bertubi-tubi hingga ia tak sadarkan diri. Aku langsung berlari ke arah Jehna. Pisau itu masih menancap di perutnya. Mulutnya mengeluarkan banyak darah. Nafasnya sangat pelan. Matanya setengah terbuka.

Aku menangkup kedua pipinya. Menepuknya beberapa kali.

"Jehna, Jehna.. Gue mohon tetap buka mata lo..." Gumamku. Air mataku tumpah. Dadaku terasa sangat sakit.

"Jangan tinggalin gue... Jehna... Gue mohon..." Isakku.

Aku mendengar suara sirene ambulan yang semakin mendekat. Kemudian petugas-petugas mulai datang dan memberikan bantuan. Aku masih menangkupkan kedua tanganku di wajahnya dengan erat.

"Berjanjilah untuk tetap berada di sisi gue." Aku mengecup bibirnya pelan. Bibirku menjadi penuh dengan darah karena terkena darah Jehna.

Petugas itu membawa Jehna ke ambulan. Aku mengikuti mereka dari belakang. Saat Jehna sudah masuk ke ambulan, tubuhku ditahan oleh petugas ambulan.

"Maaf, anda tidak bisa ikut." Kemudian mereka menutup pintu ambulan dan mulai berangkat.

Daerah di sekitarku menjadi sangat ramai. Banyak wartawan dan petugas keamanan. Ini tidak masuk akal. Aku tidak menelepon ambulan bahkan polisi! Seingatku tadi di sekitar aku sepi. Tidak ada orang. Jadi, siapa yang memanggil bantuan?

"K-kau mencintai perempuan tadi bukan?" Suara yang halus itu membuatku menoleh ke belakang. "Iya kan?"

Aku hanya menatapnya dalam diam. Aku menghela nafas, "ya." Pria sejati tidak boleh malu dan takut jika ingin mengungkapkan perasaannya bukan?

Aku menangkap raut wajah Bella yang sedih itu. Aku mendekatinya dan dia mengangkat tangannya, menyuruh aku berhenti.

"Aku mengerti. Semua pertanyaanku sudah terjawab sekarang. Mengapa kau selalu memasang senyum palsu setiap kali bertemu denganku. Mengapa kau sering melamun. Mengapa kau tidak pernah menatap mataku setiap kali kau berkata 'aku mencintaimu'... Aku merasa, bahwa diriku hanyalah orang asing bagimu, benar bukan? Aku tau kau tersiksa bila harus menjalin hubungan denganku sedangkan kau mencintai perempuan lain. Untuk itu, aku melepaskanmu. Kita putus."

Aku menundukkan wajahku. Aku malu karena telah mempermainkan perasaannya.

"Kau tidak perlu merasa bersalah." Ujar Bella yang membuatku mengangkat wajahku menatapnya kembali.

"Setiap malam aku selalu bermimpi, dan mimpi itu terasa asli. Aku pernah bermimpi aku berada di pantai bersama seorang laki-laki, besoknya, aku bermimpi sedang berada di restoran bersama seorang laki-laki. Seterusnya aku bermimpi aku bersama seorang laki-laki. Dan kau tau apa? Laki-laki itu sama. Dan laki-laki itu adalah Luvin." Bella tersenyum miris.

Aku menatapnya, tepat di manik matanya yang sedang berusaha untuk tidak menangis. "Bella, kau sudah.."

"Ya, ingatanku sudah kembali, Jack. Dan aku ingin minta maaf karena aku datang ke kehidupanmu, dan menghancurkan harapanmu." Bella menunduk.

Aku mengalihkan tatapanku ke arah lain. Menghela napas dengan pelan, "Bella." Panggilku.

Bella mendongak, "ya?"

"Kau mau menjaga Luvin untukku?" Aku tersenyum penuh arti.

Aku tau Luvin telah bersikap brengsek akhir-akhir ini. Dia hanya ingin mencari kebahagiaan, tapi setiap kali dia sudah hampir menggapai kebahagiaannya, aku datang, menghalanginya, dan dia terdorong jauh dari kebahagiaannya. Aku yang bersalah bukan?

Beautiful in Its Time (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang