Bab 7

1.7K 118 1
                                    

Pulang sekolah itu merupakan hal terindah bagi kita semua. Kecuali Jehna. Dia lebih betah di sekolah daripada di rumah. Faktor pertama ya itu, bakal ada trainernya, Jack. Faktor kedua ya itu, ada adeknya yang super nyebelin, John.

Baru saja pulang dari sekolah, Jehna sudah langsung bertemu dengan trainernya yang super dingin itu. Tanpa mandi, jehna langsung mengganti baju dengan t-shirt biasa dan celana train.

"Hari ini-" ucapannya terputus saat melihat Jehna. "Lo belum mandi?"

"Lom." Ujar Jehna singkat, padat dan jelas.

"kita hari ini lari keliling komplek 5 kali." Ujar Jack dengan jelas.

"Apa?!" Jehna terperangah. 5 kali?! Gila aja! Komplek perumahan Jehna sangat luas! Jangan kan 1 kali, setengah komplek aja belum tentu Jehna sanggup.

"lo dengar jelas apa yang gue bilang tadi." Ujar Jack datar.

Jehna mengangkat bahunya menyerah. Mereka mulai berlari bersama-sama. Jehna sudah tertinggal jauh di belakang Jack. Nafas Jehna sudah tak beraturan. Kakinya terasa sangat berat. Dadanya sesak. Dalam keadaan seperti ini, ide licik untuk kabur ke rumah muncul di kepala Jehna.

Baru saja ingin memutarkan badan, suara berat familiar milik Jack menghentikan aksi Jehna.

"mau kemana lo?" tanya Jack.

"erm.. gue mau.." Jehna sedang mencari-cari alasan sampai akhirnya dia menemukan cincin perak polos yang indah tergeletak di jalan. Jehna mengambilnya, "ambil ini!"

"cincin siapa?" tanya Jack sambil mengernyitkan dahinya. Jack ingin mengambilnya, tapi Jehna menepis tangan Jack.

"eits, ini punya gue." Kata Jehna sambil memakai cincin itu di jari manisnya. cincin itu tampak cantik di jari Jehna. Cocok sekali. Jehna tersenyum dan kembali berlari. Dia sudah melupakan ide licik untuk kabur kembali ke rumahnya.

Jack yang kini tertinggal jauh di belakang Jehna hanya menatap punggung Jehna yang sudah menjauh. Jack tersenyum. Tapi sedetik kemudian, wajahnya kembali memasang tampang dingin. Dia kembali berlari mengejar Jehna.

Jack menghentikan larinya. Jack tidak dapat menemukan Jehna. Perasaan panik menyergapnya. Tiba-tiba sebuah motor melewatinya. Jehna duduk di belakang motor itu. Jehna tengah menjulurkan lidahnya ke arah Jack.

Kampret! Main naik ojek aja! Jack mengejar ojek itu.

Jehna terkejut saat melihat Jack mengejarnya. Jehna menepuk pundak oom ojek itu dengan panik, "om om cepetan dikit! Tuh ada yang ngejar kita!!"

"iya adek, ini udah paling cepat kok!" ujar oom ojek itu. Jehna gelisah. Jack semakin mendekat. Mendingan lari deh!

"om stop!" motor itu berhenti. Jehna memberikan selembar uang sepuluh ribuan. "makasih om!" oom ojek itu hanya menatap Jehna dengan bingung tapi tetap mengangguk.

Jehna berlari dengan cepat. Untuk saat ini, dia takut untuk menemui Jack. Aduh! Aku emang bodoh deh! Ntar kalau dia marah gimana? Ntar dia ngadu lagi ke mama! Seharusnya...

"Aw!" Jehna meringis kesakitan sambil mengelus kepalanya yang menjadi bahan jitakan oleh Jack.

"Ha! Kena juga lo!" Jack berdiri menjulang tinggi di depan Jehna sambil berkacak pinggang. "Males banget sih! Disuruh lari aja susah! Lo mau turunin berat badan lo gak sih?" Jack menatap Jehna garang. Jehna ketakutan.

"Eh iya, gue mau. S-sorry deh. Lain kali gak gi-" ucapan Jehna putus saat dia menatap Jack.

Baju jack basah sehingga melekat di tubuh Jack yang memperlihatkan bentuk tubuh Jack. Dadanya bidang, perutnya berbentuk kotak-kotak. Sixpack. Keringat meluncur dari pelipis Jack. Nafasnya terengah-engah. Dua kata. Hot banget.

Beautiful in Its Time (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang