Chapter 51

2.3K 97 10
                                    

Hi guys, please enjoy this part :)
btw my wi-fi connection is error, so maybe I can't update this story soon...
but please keep reading it :)
Note: ini aku pakai tethring dari handphone :p
enjoy~~
------------------------------------

Charlotte’s POV:

Suara ribut membangunkanku, meskipun hanya samar-samar tapi cukup untuk membuatku terbangun dan seketika itu juga aku terkejut karena aku sedang berbaring di kasur besar yang berada di dalam kamar yang ukurannya cukup besar. Kukejap-kejapkan mataku dan segera bangun dari tempat tidur, aku menuju jendela untuk mengetahui keberadaanku tapi aku tidak menemukan apa-apa, sejauh mataku memandang hanya ada rerumputan dan tanah serta pagar yang terletak di ujung jalan bangunan tempatku berada. Aku masih mendengar suara ribut dari luar, seperti orang sedang berteriak-teriak, aku langsung menuju pintu – yang ternyata terkunci dari luar – dan menempelkan daun telingaku untuk mendengar lebih jelas.

“You fool! Kenapa kau bawa dia kesini?! Kau seharusnya langsung menghabisinya! Cih, dimana kau kurung dia?” ujar pria itu dengan nada suara yang sangat marah.
“Well, I think its better to keep him alive. Don’t worry, dia ada di tempat yang aman, tidak ada yang tahu jalan menuju kesana selain aku,” ujar pria yang satunya lagi, nada suaranya sedikit bergetar, kurasa ia takut dengan pria yang membentak-bentaknya tadi.
“Ok, kalau dia sampai bisa kabur, kau yang akan mati. Sekarang aku akan menengok bunheads, apakah dia sudah sadar atau belum,” ujar pria pertama – yang rupanya adalah Harrold – dengan suara yang cukup lantang.

Aku panik dan segera menjauhi pintu, aku melihat sekeliling, tidak ada tempat untuk bersembunyi, akhirnya aku memutuskan untuk berpura-pura tidur dengan harapan Harrold akan membiarkanku tertidur.  Kubuat diriku setenang mungkin dan memejamkan mataku, aku bisa mendengar pintu terbuka dan kudengar langkah kakinya mendekatiku. Aku bisa mendengar ia naik ke kasur dan medekatiku, jantungku berdegup kencang, aku berusaha mengatur nafasku agar terlihat normal, aku bisa merasakan jari jemarinya menyentuh wajahku kemudian bibirku. Tangannya kemudian membelai rambutku, lalu ia mencium kepalaku dan terus turun mencium pipiku, bisa kurasakan nafasnya yang panas di telingaku, aku berusaha untuk menenangkan diri, lalu  ia melanjutkan dengan mencium leherku dengan begitu agresif dan itu membuatku sedikit berjengit karena rasa sakit yang muncul, aku berdoa dalam hati agar ia tidak menyadarinya. Kemudian ia berhenti dan aku bisa merasakan ia menjauh dariku dan menjauh dari kasur, aku mendengar langkah kakinya menjauh dan semakin pelan, lalu kudengar suara pintu tertutup kembali. Lega rasanya diriku, setidaknya aku aman untuk saat ini, aku masih memejamkan mataku untuk beberapa saat hanya untuk memastikan bahwa aku memang sudah sendirian. Kubuka mataku perlahan dan aku melihat ke sekeliling, ternyata sudah sepi dan tidak ada tanda-tanda dari Harrold. Aku bangun dari tempat tidurku dan berjalan menuju pintu, mencoba mendengar kembali kalau-kalau ada orang di luar, aku menghela nafasku panjang-panjang dan berkata, “Well, he’s gone,” ujarku. Tapi tepat pada saat itu, ada tangan besar yang menarikku dan memelukku dari belakang, lalu bisa kurasakan nafasnya yang hangat di telingaku dan berbisik, “Siapa yang kamu maksud, bunheads?”

Aku terperanjat kaget dan tergagap, tak menyangka ternyata Harrold masih berada di sini.
“Harusnya aku tahu kau tidak akan pergi semudah itu, Harrold,” ujarku berusaha menenangkan diriku.
“Mhhmmm, gadis pintar,” ujarnya sambil menciumi pundak dan leherku.
“Where am I?” tanyaku.
“You’re in the middle of no where babe, no one can find you. You’re mine now,” ujarnya sambil mencium pundakku, dan itu membuatku bergidik.
“Please Harrold, let me go,” ujarku dengan suara sedikit bergetar.
“Ck… No bunheads darling, kita bakalan bisa bersama sekarang dan aku sudah tidak sabar lagi. Ketika melihatmu di tempat tidur tadi, aku sudah sangat menginginkanmu, aku tahu kau hanya berpura-pura tidur bisa kurasakan ketika aku mencium lehermu,” ujarnya lagi sambil membalikkan badanku sehingga sekarang kami saling berhadapan.
“Don’t you dare Harrold! Let me go!!” ujarku dengan setengah berteriak dan melawan agar bisa lepas dari pelukannya.
“Wow, kau sangat bersemangat bunheads,” ujarnya berusaha menciumku.
Aku memberontak dan menahan wajahnya dengan tanganku, ia masih memelukku dan mendorongku ke sudut, tanganku masih berusaha menahan wajahnya agar ia tidak bisa menciumku akan tetapi itu tidak bertahan lama karena tangannya memegangi tanganku dan menyingkirkannya dari wajahnya sehingga ia bisa menciumku. Ia menciumku dengan brutal dan menggigit bibirku agar bisa mendapatkan akses masuk, aku meronta ronta dan memukul punggunggnya, tangannya sibuk meremas bagian belakang tubuhku, ia berhenti sebentar untuk mengambil nafas dan memojokkanku, tubuhnya yang besar mendorongku ke tembok sehingga aku benar-benar terpojok dan tidak bisa bergerak, tangannya memegang tanganku dengan erat.
“You’re so hot bunheads,” ujarnya dengan nafas terengah-engah.
“I can’t move,” ujarku dengan suara tertahan.
“It’s good,” ujarnya dan kembali menciumku.

Ia terus menciumku dan aku hampir kehabisan tenaga ketika kemudian ia menggendongku dan meletakanku di kasur, ia merobek dress yang kukenakan dan aku menjerit karena tidak menyangka ia akan melakukannya, aku berteriak kepadanya dan menendang-nendang dengan keras.
“Damn, look at you bunheads, looks delicious, I wanna taste you so bad,” ujarnya menciumku di bibir. Tangannya yang dingin menyentuh dadaku, aku berteriak tapi tenggelam karena ia masih sibuk menciumku, kakiku sibuk menendang-nendang, tanganku memukulnya tapi itu semua sia-sia. Aku meronta-ronta berusaha melepaskan diri, aku bisa meraskan nafasnya yang terengah-engah, ia kemudian berhenti dan membuka bajunya serta celananya, hanya tinggal boxernya dan bisa kulihat hal buruk akan terjadi. Ia kembali mendekatiku sambil menyeringai, tangannya memegangi tanganku, badannya menempel padaku dan bisa kurasakan hawa panas dari tubuhnya, ia berbisik di telingaku, “Come on babe, am so hard and I want to taste you so bad, it won’t be hurt, I promise,”. “No way Harrold, please don’t, you can’t do this to me!!” teriakku. Ia tidak mendengarkanku, ia langsung menciumku dari bibirku semakin turun kebawah, air mataku mengalir dan aku terus berteriak, namun itu semua tidak menghentikannya. Ketika aku sudah putus harapan dan merasa tidak ada jalan, tiba-tiba kudengar suara pintu diketuk dan kemudian terbuka.
“Oops, I’m sorry Harrold,” ujar pria yang kukenali sebagai Dave.
“Fcuk, Dave! Kau mengganggu! Can you just give me 5 minutes?!” bentak Harrold masih sambil menciumiku.
“I’m so sorry dude, its important Harrold,” ujar Dave lagi.
“Fine! Wait outside, sebaiknya ini benar-benar penting karena kalau tidak, kau akan menanggunggnya,” ancam Harrold dan ia menghentikan kegiatannya. “Hffhh, you’re lucky bunheads. But next time, it will happen, I can’t wait any longer, damn you looks really sexy in your underwear, ugh….” Ujarnya sembari mengenakan pakaiannya kembali.

Setelah berpakaian, ia meninggalkanku begitu saja dan mengunci pintu. Aku terisak dan menutupi diriku dengan selimut yang ada di kasur, aku sangat shock dan bisa kurasakan tubuhku bergetar, bibirku terasa perih dan pergelangan tanganku sakit akibat cengkraman Harrold tadi. Kuraih kembali baju yang dirobek oleh Harrold, aku mencoba mengenakannya kembali meskipun bagian tengah dari bagian atas sampai bawah tidak bisa tertutup, aku menutupinya dengan melingkarkan selimut di seluruh tubuhku, paling tidak tubuhku sedikit lebih hangat. Aku kembali terisak dan teringat akan Niall, aku takut sekali, Harrold pasti akan segera melakukannya padaku, aku benar-benar tidak tahu dimana Niall dan aku tidak bisa memberitahu siapa pun karena tasku yang berisi ponsel tidak ada bersamaku. Aku benar-benar membutuhkan Niall, aku merindukannya, jika ia bersamaku pasti ia akan melindungiku dari Harrold. Aku benar-benar tidak habis pikir mengapa Harrold sangat menginginkanku, sampai-sampai melakukan semua ini padaku dan Niall. Aku meringkuk di kasur itu, masih sambil terisak dan kedinginan, lalu aku mendengar ada suara ribut di luar jendela, aku berjalan kesana untuk melihat, ternyata Harrold sedang marah-marah dan kemudian dengan tergesa-gesa ia naik ke mobil dan memacunya, aku bisa melihatnya pergi dari sini dan beberapa mobil mengikutinya di belakang.

Setelah itu aku kembali ke kasur dan sedikit lega, karena pasti Harrold tidak akan kembali dalam waktu dekat. Tiba-tiba pintu kamarku terbuka dan aku terperanjat kaget, ada wanita yang tidak kukenal masuk, ia tersenyum lemah kepadaku, ia mendekatiku dan berkata bahwa ia disuruh oleh Harrold untuk memandikanku lalu berganti pakaian. Aku menolaknya, tapi wanita itu memaksaku dan memohon agar aku mau menurutinya karena kalau tidak Harrold akan marah padanya, akhirnya aku menyerah. Wanita itu kemudian mengajakku keluar menuju ruangan lain untuk mandi, ia memperingatiku agar jangan coba-coba kabur karena tempat ini dijaga ketat. Ketika sampai, aku mengatakan padanya bahwa aku bisa mandi sendiri dan sebaiknya ia menunggu di luar saja. Setelah selesai mandi dan berpakaian, kami kembali ke kamar tempatku berada, wanita itu keluar sebentar lalu kembali lagi dengan membawa makanan untukku. Setelah memastikan bahwa aku sudah makan dan bersih, ia keluar dan mengunci pintu. Aku kembali sendirian dan ketakutan kembali melandaku, aku takut jika Harrold tiba-tiba datang dan muncul, ia bisa melakukan apa saja untuk memenuhi keinginannya. Aku berusaha sekuat mungkin agar tidak tertidur, aku benar-benar takut, tapi tubuhku mengkhianatiku, mataku terasa sangat berat dan tubuhku letih sekali rasanya, mataku semakin lama semakin terpejam dan aku tidak kuat membukanya, aku hanya bisa berdoa dalam hati agar Harrold tidak cepat kembali.

to be continued...........................................

Fall For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang