chapter 13

5.7K 85 5
                                    

hi sorry, I was sick so I can't update :(
now I'll try to make an update..
is Josh a good man? hahaha
don't forget to vote me,, thanks guys..
oh don't be hesitate to write down ur comment or opinion..
hope you enjoy this chapter :)

-----------------------------------------------

Author's POV :

Ketika menerima sms dari nomor tidak dikenal yang berisi pesan minta tolong, Niall langsung memberi tahu Oom Bruce. Kemudian, Oom Bruce menghubungi temannya di kepolisian untuk melacak lokasi nomor tersebut. Pihak kepolisian mengatakan bahwa hasilnya akan segera diketahui dan nanti akan diberi tahu. Selagi menunggu, Niall dan Oom Bruce berbincang mengenai Charlotte. Sedikit demi sedikit Niall mengetahui lebih banyak mengenai Charlotte dan alasan mengapa Charlotte seakan begitu rapuh dan terluka, hal itu disebabkan karena Charlotte sangat terpukul dengan kematian mamanya. Charlotte merupakan anak satu-satunya dan sangat dekat dengan mamanya. Niall juga bercerita kepada Oom Bruce bahwa ia baru mengetahui sedikit tentang Charlotte karena selama ini Charlotte terlalu menutup diri, ia juga mengatakan bahwa ia benar-benar ingin membuat Charlotte bahagia.

Niall masih berada di rumah sakit dan baru diizinkan pulang esok harinya. Dokter datang untuk memeriksa kondisi Niall dan mengatakan bahwa perbannya semua sudah bisa dilepas. Ketika dokter pergi meninggalkan kamar Niall, teman Oom Bruce datang dan menyampaikan berita gembira. Ternyata nomor ponsel tersebut terdaftar atas nama Josh McCalvin dan ketika pesan tersebut dikirimkan, Josh sedang berada di perbatasan kota di daerah dekat hutan. Pihak kepoilsian juga sudah mengecek di peta dan memang disana ada semacam pondok yang tidak terdaftar milik siapa. Niall dan Oom Bruce sangat senang mendengar kabar gembira tersebut, Niall sudah sangat ingin pergi kesana dan mencari Charlotte akan tetapi Oom Bruce melarangnya karena kondisinya belum pulih benar dan hari sudah terlalu larut. Oom Bruce mengatakan kalau ia dan temannya yang akan mengecek kesana esok hari.

Niall hanya bisa menyetujui saran dari Oom Bruce karena memang kondisinya belum pulih benar. Ia kemudian memeberi kabar kepada Ann tentang semua informasi baru mengenai Charlotte.


Niall's POV :

"Hey Ann, ada berita gembira mengenai Charlotte. Pihak kepolisian sudah berhasil melacak pemilik ponsel dan berhasil mengetahui lokasinya." ujarku melalui ponsel. Ann terdengar sangat gembira, aku hendak mengatakan detailnya tapi ia menolaknya, ia memintaku menceritakannya besok ketika ia datang berkunjung ke rumah sakit. Aku menyetujuinya dan mengakhiri pembicaraan kami. Tak lama kemudian Oom Bruce dan temannya pamit pulang dan menyuruhku untuk tidak terlalu khawatir. Aku hanya tersenyum kepada mereka dan mengucapkan terimakasih sudah menjenguk dan membawa kabar gembira.
Aku tidak bisa tidur dan tidak sabar menunggu hari esok. Aku juga membayangkan Charlotte, apakah ia baik-baik saja. "Ah, seandainya aku tidak selemah kemarin, Charlotte pasti aman sekarang bersamaku." gumamku pelan sambil menatap foto Charlotte di layar ponselku.
Aku sangat merindukan Charlotte, 2 hari terasa sangat lama bagiku, ditambah kondisiku yang tidak menyenangkan. Aku merasa sangat bersalah dan merasa hampa, aku merindukan tangan mungilnya yang selalu mencubit pipiku, aku rindu senyumnya, aku rindu wajahnya yang menggemaskan, aku sangat merindukan kehadiran Charlotte. Aku tidak bisa membayangkan jika hal buruk terjadi pada Charlotte, Harrold mampu melakukan apa saja, jika Charlotte sampai terluka, aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri.

Waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari ketika perawat datang ke kamarku untuk memberiku suntikan antibiotik terakhir. Setelah itu, aku mengantuk dan kemudian tertidur.

***

Paginya aku terbangun oleh kehadiran dokter yang mengecek kondisiku, ia mengatakan kondisiku sudah jauh lebih baik dan boleh pulang hari ini juga. Perawat melepeaskan selang infusku ketika Ann datang ke ruanganku. Ia menunggu hingga perawat selesai denganku.
"So, ready to hear the story, Ann?" I ask her. Ia menganggukkan kepalanya dan tersenyum gembira, kemudian duduk di kursi yang ada di samping ranjangku. "Quick Niall, tell me. Lotty dimana?" ia bertanya penuh semangat. "Well, jadi semalam teman Oom Bruce yang dari kepolisian berhasil melacak nomor tersebut. Nomor itu terdaftar atas nama Josh McCalvin dan ketika sms itu dikirim, Josh sedang berada di perbatasan kota. Oom Bruce hari ini akan pergi kesana dan mengecek" jelasku panjang lebar. Raut wajah Ann sedikit berubah ketika aku menjelaskan padanya, seperti ada yang tidak beres. "Kenapa Ann? Adakah yang aneh?" tanyaku. "Kamu tadi bilang Josh McCalvin?" ia bertanya padaku. Aku hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban dan raut mukanya gelisah. Aku semakin penasaran dibuatnya. Ia bangkit dari kursi dan pergi menuju jendela di sudut ruangan.

"Niall, Josh is my ex boyfriend." ujarnya singkat.

Setelah mendengar pernyataannya aku terdiam sejenak. "What? You mean, you know this guy?" aku bertanya. "Yes Niall, he's my ex. Duh, kenapa aku sebodoh itu tidak mengenali nomor ponselnya? Dan kenapa Charlotte bisa menghubungimu melalui ponselnya?" ia menjelaskan padaku. Aku terdiam lagi dan tidak tahu harus berkomentar apa, aku sangat kaget. Kemudian ia kembali ke kursi di samping tempat tidurku, "I think I should see him at his apartment." ujarnya sambil menatapku. "Wait, I'm coming with you." buru-buru aku menimpalinya. Ia hendak melarangku pergi tapi aku dengan segera mengatakan kalau aku sudah boleh keluar dari sini dan aku harus mengecek dengan mata kepalaku sendiri. "Lagipula, aku tidak mau ambil resiko kamu terluka Ann." tambahku sambil memberesi barangku. Ia menyerah dan akhirnya membolehkan aku ikut dengannya.

***

Ann mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi sementara aku hanya bisa duduk diam di kursi penumpang. Aku tidak mengajaknya bicara karena aku terlalu tegang dengan kondisi yang mendadak ini. Sesekali Ann terlihat melirik cemas ke arahku, aku tahu ia juga sama cemas dan kagetnya sepertiku.  Akhirnya kami sampai di apartemen tempat Josh tinggal.
"Ann, are you sure?" tanyaku sambil berjalan di sisinya. "Yeah I'm sure this is his place." jawabnya tergesa-gesa. Kami masuk dan naik lift menuju lantai 10. Kemudian kami menuju kamar nomor 5 dan Ann mengetuk pintu. Aku hanya menahan nafasku dan menyiapkan diriku untuk berjaga-jaga jika Josh ternyata tidak terlalus senang dengan kehadiran kami yang mendadak.

5 menit telah berlalu dan tidak ada tanda mengenai keberadaan Josh. Aku menyuruh Ann mundur karena aku akan mendobrak pintunya. Tepat ketika aku sedang mengambil ancang-ancang, pintunya terbuka lebar dan muncul sosok Josh. Ia sedikit kaget, namun setelah menyadari bahwa aku dan Ann yang datang, ia tersenyum simpul, sepertinya ia sudah mengira akan kedatangan kami. Ann maju mendahuluiku dan berbicara dengan Josh, "Josh, can we come in? We need to talk with you."
Josh tersenyum lebar dan mempersilahkan kami masuk. Aku menatap ke sekeliling dengan curiga, Josh hanya tertawa melihat sikapku. "Relax dude, aku nggak akan menyakiti kalian. Aku tahu kalian pasti akan datang kesini." ujarnya sambil menuntun kami ke ruang tamu. Ia mempersilahkan kami duduk dan menyuguhkan minuman. Tanpa basa-basi lagi aku langsung menanyakan padanya tentang Charlotte, "Jadi gimana kamu bisa ketemu Charlotte? Is she with Harrold?" cecarku. "Whoa, easy Niall. Aku tahu kamu mencemaskan dia, tapi aku bisa bilang kalau ia masih baik-baik saja." jawab Josh enteng. Aku mulai naik darah medengar jawabannya, ia sama sekali tidak menjawab pertanyaanku. Ann emnyadari amarahku mulai naik langsung menegahi dan bertanya kepada Josh. Ann bertanya sangat mendetail dan Josh menjawab semua pertanyaan Ann, sedangkan aku hanya diam saja sambil mengepalkan tanganku ketika mendengar Harrold mabuk dan mencium paksa Charlotte.

"Jadi, ngapain kamu bantuin Charlotte, Josh? Kenapa kamu nggak memberi tahu kami kalau kamu mengetahui keberadaan Charlotte?" tanya Ann bertubi-tubi. "Relax babe, slow down. Aku awalnya tidak berniat memberi tahu kalian, tapi kemudian aku mendengar apa yang Harrold perbuat terhadap Niall dan aku segera mengecek kondisi Charlotte, memastikan bahwa ia selamat. Aku sempat berpikir ingin "bermain" dengan Charlotte...."ujar Josh sebelum akhirnya kupotong kalimatnya. "Don't you dare Josh. She's my girl. You will regret it." ujarku sambil menahan amarahku. "Haha, easy Niall, aku belum selesai bercerita. Sampai dimana tadi? Oh iya, awalnya aku memang memiliki niat seperti itu tapi setelah melihat sendiri kondisinya, aku iba dan tidak tega. Meskipun harrold tidak menyakitinya, tapi sepertinya Harrold cukup membuat Charlotte menderita. Charlotte sangat ketakutan dan lemah, dan ketika kusebut namamu Niall, ia seperti hendak menangis. Aku yakin ia sangat merindukanmu." lanjut Josh panjang lebar.

Aku terenyuk mendengar cerita Josh dan kurasakan amarahku mereda. Ann masih menginterogasi Josh, aku tidak mampu berpikir apa-apa selain segera menyelamatkan Charlotte. Tiba-tiba ponselku berdering, Oom Bruce meneleponku, aku berjalan menjauhi Josh dan Ann agar bisa mendengar dengan jelas. Apa yang kudengar membuatku shock dan tertegun, kemudian Oom Bruce mengakhiri pembicaraan kami dan aku kembali ke ruang tamu.
Aku hanya berdiri tertegun di samping sofa, kemudian Ann bertanya padaku, "What's wrong Niall? Apa kata Oom Bruce?"
Aku menjawabnya sambil menatap matanya dengan nanar, "Harrold dan Charlotte sudah tidak ada disana. Pondok yang di pinggir hutan itu kosong."


to be continued!
-------------------------

taaa--daaa what do you think? hihi
things get more intensed here.
where is Harrold and Charlotte?
will Niall finally find Charlotte? :)
how about Josh and Ann??

oh I will not post anything about sexual things anymore :)
so don't worry.. hehe

I really like all the comments, thanks for supporting me.
I'm so excited about the next chapter, what about u?
Tell me your opinion, your thoughts, anything!
Keep reading, promote, vote me.
Much love,cens.
xxx 

Fall For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang