chapter 3

7.5K 107 1
                                    

Charlotte POV

Aku sedang bersiap mandi ketika ponselku berdering. "Nialler", layar ponsel menunjukkan namanya. "yeah, Niall?", aku mengangkat teleponnya. "oh Charlotte, wake up! are you ready?", jawab Niall. "Aku baru aja mau mandi nih, kamu udah siap?", aku balas bertanya. Jawaban yang kudengar dari Niall membuatku terkejut, "I'm in your living room. Alone.", he replied. "Oh gosh!! cepet banget sih kamu? Oke wait there, tunggu aku 15 menit.", ujarku buru-buru. Aku begitu kaget, ternyata dia sudah ada di rumahku bersama papa. Kemudian aku segera mandi dan siap-siap. Setelah siap, aku menuju ruang tamu dan voila, Niall sedang menungguku sambil minum cokelat panas bersama papa. Mereka mengobrol layaknya kawan lama, aku benar-benar heran di buatnya. Aku mengambil sepotong roti sebagai sarapanku dan menyeret Niall untuk segera ke kampus. Tak lupa kami berpamitan kepada papaku.

Kami sampai di kampus dan aku hampir terlambat masuk ke kelas. Hari ini tidak ada insiden menyebalkan dengan lokerku. Niall mengantarku sampai ke kelas. Sejujurnya aku agak sedikit jengah dengan perlakuannya. Semua orang menatap kami, menatapku lebih tepatnya. Mereka tidak percaya bahwa murid baru - Niall - bibsa cepat akrab denganku. Akhirnya kami berpisah dan Niall pun menuju kelasnya. Oh ya, aku belum bertemu dengan Ann hari ini. Biasanya kami bertemu di parkiran, tapi tidak hari ini. Kelasku dimulai dengan sejarah dari seni itu sendiri.

--- skip selesai kuliah, jam 3 PM ---

Niall POV

Aku sedang menunggu Charlotte di depan kelasnya ketika aku melihat sosok pria bermata hijau, berambut keriting dan memiliki lesung pipi. Aku baru pertama melihatnya, ia pun nampak seperti murid baru. Pria tersebut keluar dari kelas yang sama dengan Charlotte dan aku sedikit memperhatikan bahwa pria itu seperti sedang mengamati Charlotte. "Ah, never mind. Maybe he's just curious and maybe he's a new guy too like me.", I talk to my self. Then Charlotte came to me with smile in her face. Oh so cute! Aku mengobrol sebentar dengannya dan kami menuju parkiran. Di dalam mobil dalam perjalanan menuju supermarket, aku bertanya kepadanya mengenai pria yang kulihat tadi. "Oh, I recognized him. But I don't know his name. Why you asking me?", ia balas bertanya padaku. "Nope. Just curious. Kayaknya sih, dia murid baru juga kayak aku. Ah udahlah, never mind.", aku menjawab sambil mengemudi. Kami sampai di supermarket yang ternyata letaknya tidak begitu jauh dari kampus.

Sesampainya di sana, aku membeli semua barang dan bahan makanan yang kuperlukan. Charlotte terlihat heran dengan isi keranjangku karena penuh dengan makanan! "Whoa Niall, you eat a lot. Look at your cart, no more room for this cheese. Hahaha", she laugh at me. "Don't worry. Masih ada kok. Dan, yeah aku memang suka makan!" I replied to her. Kami melanjutkan "perburuan" kami di sana. Charlotte hanya membeli bahan-bahan untuk makan malam dan sarapan. Setelah membayar, aku pun mengajaknya makan malam setelah sebelumnya ia menelepon papanya dan meminta izin. Aku mengajaknya ke restoran yang ku kenal di sini, sebuah restoran yang cukup menyenangkan menurutku. Kami berada di sana cukup lama, sekitar 2 jam. Selama 2 jam itu, kami saling bertukar cerita dan Charlotte merupakan pribadi dan sosok yang menyenangkan. Aku semakin tertarik dengannya dan begitu mengetahui fakta bahwa ia adalah seorang korban bullying, aku benar-benar ingin menjaganya. Tapi aku terlalu malu menyatakan perasaanku, karena menurutku Charlotte tidak memiliki rasa yang sama. Aku menahan diriku dan menikmati hubungan kami yang seperti ini. Kemudian, aku mengantarnya pulang, ku ucapkan terimakasih karena telah bersedia menemaniku hari ini.

Author's POV

Hubungan Niall dan Charlotte terus berkembang akan tetapi Niall masih enggan menyatakan perasaanya. Ia belum merasa yakin seratus persen. Annabeth yang mengetahui perasaan Niall pun terus mengatakan bahwa sebenarnya Charlotte juga merasakan hal yang sama, ia tahu benar apa yang dirasakan sahabatnya meskipun Charlotte tidak pernah mengatakannya secara langsung. 3 bulan telah berlalu, terkadang mereka bertiga berpergian bersama atau memasak bersama yang tentu saja menjadi acara favorit Niall. Ketika mereka bertiga sedang berbahagia menikmati pertemanan mereka, pria yang sebelumnya dilihat Niall mulai menunjukkan siapa dirinya.

Fall For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang