Chapter 45

2.8K 92 6
                                    

---

Charlotte’s POV:

Betapa bahagianya aku ketika Niall mengeluarkan cincin dan melamarku di pantai kala itu, sungguh aku sangat bahagia dan terharu. Aku tidak percaya bahwa ia sungguh-sungguh melamarku, tapi aku bahagia karena ia telah melakukannya. Keesokan harinya aku dan Niall menceritakan peristiwa bahagia ini kepada Papa yang dengan sangat antusias menyambut baik hal ini. Mata Papa terlihat berkaca-kaca ketika ia melihatku memamerkan cincin pemberian Niall dan kemudian ia memelukku erat-erat, aku terbawa suasana dan sedikit terisak, isak tangis bahagia tentu saja. Niall pun tersenyum terharu dengan peristiwa ini, ia berjanji kepada Papa akan selalu menjagaku dan melindungiku, Papa memeluk Niall dan menepuk pundaknya. Kami bertiga sangat bahagia dan aku juga tak lupa memberi kabar kepada sahabatku Ann yang sangat antusias dengan berita bahagia ini, ia tak henti-hentinya mengucapkan selamat kepadaku via telepon.

Kemudian aku, Papa dan Niall memutuskan untuk sarapan – dengan aku sebagai juru masaknya – di rumah. Aku menuju dapur untuk menyiapkan semuanya sementara Niall dan Papa masih berada di ruang tamu guna membahas hal-hal terkait pernikahanku dengan Niall. Di dapur aku begitu semangat menyiapkan masakan, hatiku begitu gembira dan aku bersenandung kecil. Kuputuskan untuk membuat mashed potato dan daging asap untuk sarapan kami – ini merupakan menu favorit Niall – dan menyiapkan jus strawberry. Aku memandang keluar jendela untuk melihat cuaca di luar, ternyata cukup cerah dan sangat sesuai dengan suasana hatiku yang sedang gembira. Kemudian  tiba-tiba mataku menangkap sosok yang tidak asing sedang mengamatiku dari seberang jalan, meskipun agak jauh jarak antara jendela dapur dengan jalanan rumahku, aku bisa melihatnya, Harrold sedang bersandar di samping mobilnya dan melihat kearahku. Dengan tergesa-gesa aku menyelesaikan masakanku dan sedapat mungkin menjauh dari jendela dapurku.

“What the hell is he doing here,” gumamku pelan sembari menumbuk kentang yang sudah kurebus.
“Who is he?” tiba-tiba Niall bertanya padaku, ia melingkarkan tangannya di pinggangku dan mencium rambutku.
“Uhm, nothing babe,” sahutku berbohong, aku tidak mau menimbulkan drama di pagi hariku yang indah ini. Aku berharap Harrold hanya sekedar lewat dan kemudian pergi dari sini.
“Hmm, ok. Btw this is smells so good. Kamu lagi buat apa?” Niall bertanya padaku, masih sambil melingkarkan tangannya di pinggangku.
“Your favourite one, mashed potato with bacon,” jawabku.
“Whoaa, you’re the best darling! What can I do for you?” ujarnya menawarkan diri.
“Uhm, you can move your hands from my waist so I can work,” jawabku sambil terkikik.
“Ouh, ok then, sorry but you look so damn good while cooking babe,” ujarnya sambil melepaskan tangannya dari pinggangku.
“Thanks darling, can you just sit there and help me put this bacon into the plate?” tanyaku.
“Ok ma’am, hmmm this bacon smells really good, can I try this one?” pintanya.
“Oh gees Niall, no you can’t. Ini kan buat sarapan kita bertiga, nanti bagianmu paling banyak deh, tapi please jangan kamu comot satu,” sahutku menghampirinya ke meja sambil membawa kentang yang sudah kutumbuk.
“Ugh pelit,” ujarnya protes.
“No I am not, kalo aku pelit bagianmu cuman sedikit, bahkan ada kemungkinan kamu cuman minum jus,” godaku.
“Aww, you’re mean girl,” sahutnya sambil membantuku menata makanan kami.
“Biarin, hahaha. Well, this is the last and this is for you,” ujarku menaruh potongan terakhir daging asap ke piring Niall.
“Woow that’s big, thank you love!” ujar Niall girang.
“See, I told you, aku nggak pelit,” sahutku.

Aku menuju tempat cuci piring dan meletakkan mangkuk dan peralatan kotor untuk memasak dan mencuci tanganku. Kemudian tiba-tiba Niall kembali memelukku dari belakang, menyandarkan dagunya di pundakku, mencium pipiku dan kemudian membalikkan badanku.

“Thank you babe, dan karena aku tadi gak boleh minta dagingnya, aku makan ini aja,” ujarnya sambil mencium bibirku. Aku terkesiap kaget namun menyambut ciumannya, ia melumat bibirku dan nafasku mulai terengah-engah. Ia mendudukkanku di pinggir meja dekat tempat cuci piring dan terus menciumku, ia mencium leherku yang membuatku mengeluarkan erangan pelan, kuremas rambutnya dan membawanya kembali ke hadapanku dan aku menciumnya kembali. Kurasakan ia mulai terengah-engah dan wajahnya merah.

“Oh damn Charlotte, you’re too way sexy this morning, I want you so bad,” ujarnya.
“Yeah Niall, you too,” sahutku tak mampu berkata-kata, wajahnya sangat dekat denganku.
“Oh please sweet heart, I just can fcuk you here right now,” ujarnya lagi sambil kembali mencium bibirku kemudian leherku, tangannya memegang pahaku.
“I would like to but I got my period,” ujarku pelan. Kali ini ia berhenti menciumku, namun aku kembali menariknya dan menciumnya, kali ini aku mencium lehernya dan meninggalkan bekas di sana, ia tampak terengah-engah dan kemudian tersenyum padaku.
“Bad girl, kamu gak negbiarin aku ninggalin apa-apa tapi kamu malah ninggalin bekas ini di aku,” ujarnya memelukku.
“Hahahaa biarin, that’s why I love you Niall,” sahutku.
“Well, lets do that next time and I hope your period is over soon, you know I can hold it any longer,” ujarnya berbisik di telingaku dan itu membuatku bergidik kemudian terkikik pelan.

Lalu, kami memanggil Papa untuk menyantap sarapan kami yang untungnya masih lumayan hangat karena diselingi oleh “kesibukan” kami.

to be continued
---------------------------

hi!
I know its short ><" sorry but i have to go so yea this part is shorter....
But I will update the next part when I get back home.
Oh and I really appreciated your ccomments (meskipun ada yang sempet bikin aku down but it doesn't matter anyway because I write this for all of you), thanks for your support guys and please keep doing that. I love you all my readers.. and sorry if this part is vulgar or something :p
be patient for the next chapter...

P.S : i can only update on weekend because i got internship during my weekday! :) xxx cens

Fall For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang