chapter 11

6.5K 88 2
                                    

here we go, you guys still enjoy this story?
sorry it took so long for an update, i'm so busy :(
hope you still enjoy this story...
xxx
------------------------------------------

Charlotte's POV :

"I'm in the middle of no where with Harrold. This is bad." I said to myself, mumbling. Sementara Harrold meninggalkanku sendiri di ruang tamu karena ia sedang menerima telepon. Raut wajah Harrold nampak serius dan sesekali ia menimpali lawan bicaranya. Aku melihat ke sekelilingku, ruang tamunya cukup luas dan terdapat perapian kecil yang belum menyala, aku melihat ada televisi dan sofa yang besar dan terlihat nyaman. Aku menjelajahi rumah tersebut, tidak ada lantai dua, kamar pun hanya satu yang lengkap dengan ranjang berukuran besar serta sebuah kamar mandi di dalamnya. Kemudian aku masuk ke dapur dan melihat isi kulkas, ada banyak persediaan makanan, sepertinya memang sudah disiapkan sebelumnya.
Aku masih bingung dan takut dengan semua kejadian yang menimpaku, aku juga sangat mencemaskan Niall. "I hope he's fine." kataku sambil mengambil air putih dan meminumnya. Kuletakkan gelasku di meja makan dan tiba-tiba Harrold memelukku dari belakang. Aku terkejut dan menjerit perlahan, kemudian berusaha melepaskan diri darinya. Ia tidak membiarkanku lepas, ia justru semakin memperkuat pelukannya dan menekan badanku sedemikian rupa ke badannya hingga aku bisa merasakan suhu tubuhnya yang memanas.

"Stop it Harrold, let me go." I said to him. "No bunheads, I like this. Aku suka memelukmu dari belakang karena aku bisa mencium aroma tubuhmu." Harrold berkata sambil mencium rambutku kemudian menyingkirkannya sehingga bibirnya menyentuh tengkukku dan menyebabkan bulu kudukku berdiri. He realized that his move made me uncomfortable and he's teasing me. Aku semakin memberontak ketika ia mencium tengkukku, semakin aku memberontak ia semakin erat memelukku. "Just relax bunheads, aku nggak bakal nyakitin kamu kok." he said try to make me calm. Aku semakin memberontak dan menyebabkan ia sedikit gusar, ia membalikan badanku dan kami saling berhadapan. Aku bisa melihat mata hijaunya yang menatap ke arahku dan ia sedikit menyeringai kepadaku. "Well, you're so pretty bunheads." ia berkata sambil berusaha menciumku. Aku mengelak dan mendorong badannya yang besar akan tetapi itu tidak berhasil. Ia mendorongku ke dinding dan memojokkanku, ia memegang kedua pergelangan tanganku dengan tangannya. Harrold tersenyum dan mulai menelusuri tubuhku dengan matanya, "We will do something fun bunheads." ia berkata sambil menyeringai kepadaku. IHarrold mengenggam perggelangan tanganku dengan kuat dan ia mendekatkan tubuhnya kepadaku sehingga jarak diantara kami hanya tinggal satu sentimeter saja. Keningnya menempel di keningku dan aku bisa merasakan hembusan nafasnya di wajahku.

Aku memejamkan mataku karena kupikir dia akan menciumku, namun ia malah bermain-main denganku. "Aku sangat menikmatinya, bunheads, what about you?" he whispered near my ear and kiss my cheek. "Stop it Harrold." I try to stop him. Ia malah tersenyum dan kembali bermain-main denganku, matanya menatap mataku kemudian beralih ke bagian bawah tubuhku dan ia menyeringai. Aku menyadari arti tatapannya dan aku tidak akan membiarkan ia melakukannya. "Stop Harrold, don't you dare to do that." aku berkata memperingatinya. "Do what bunheads? It will be fun you know." he said smirking at me. "No, I don't know." I replied, harshly. Matanya masih menatapku dan ia semakin merapatkan badannya kepadaku, sehingga membuatku sulit untuk bergerak. "Harrold I can't move." aku berkata demikian. "That's good." he said continuing his action. Aku bisa merasakan suhu tubuhnya meningkat dan wajahnya sangat dekat denganku, hidung kami saling bersentuhan. His lips is about to kiss me and I closed my eyes, instead of kissing me, he kiss my neck. Hal itu membuatku kaget dan menjerit. It makes him more agressive and sucking my skin more hard. "Harrold! It hurts. Stop it." I said. He's not listening to me and I started to moan.

He stop sucking my neck for a while just to warn me. "Bunheads, stop moaning because you make me turn on." he said it and then continue his action. I can handle it because its too hurt, aku berusaha menahannya namun aku tidak tahan lagi dan aku menjerit kesakitan. Harrold menghentikan aksinya, wajahnya sekarang menatap wajahku dan tersenyum sambil berkata, "I marked you bunheads, you're mine."
Aku berusaha melepaskan tanganku dari genggamannya dan berhasil, kemudian aku meraba leherku. Sakit dan kurasa ada sedikit memar. Aku mengaduh kesakitan dan mulai menangis, aku berusaha keluar dari dapur menyelamatkan diriku. Harrold lebih cepat, ia menangkapku dan menggendongku. Aku meronta namun ia tidak mengindahkanku, ia membawaku ke ruang tamu dan menjatuhkanku di atas sofa. "Well bunheads, don't cry. I'm here to make you happy." he said to me. "Just let me go Harrold. What do you want? Aku udah ngikutin semua katamu, sekarang biarkan aku pulang." ujarku sedikit berteriak. Ia berada di atasku, kedua tangannya diletakkan di samping kepalaku, menopang badannya, sekali lagi wajahnya sangat dekat denganku. "No bunheads, you're mine. I marked you. And now we'll do some fun." he said to me. Kemudian ia menciumku dengan paksa dan badannya menempel ke badanku, tanganku bebas tapi aku tidak mampu menggeser tubuhnya yang lebih besar dan berat dariku. Aku memukul punggungnya sebagai tanda protes atas tindakannya, namun ia justru semakin agresif. Ia memaksaku untuk membuka mulutku dan ketika ia tidak berhasil, ia menarik wajahnya kemudian kembali mencium leherku yang masih sakit, aku sedikit menjerit dan ia memanfaatkan kesempatan itu untuk mencium bibirku. Ia menciumku dengan kasar dan aku bisa merasakan nafasnya yang tersengal-sengal. Aku menangis dan memukulnya lebih kencang, but he didn't stop.

Fall For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang