chapter 23

4.8K 79 13
                                    

hola guys!
sorry it took so long, i'm sick (until now) huhu
how's the pevious part? :D
thank you so much guys, i can't make it without you.
please keep vote me, read my fanfic, gimme your opinion and tell everybody about thiss story..
i love you all, please enjoy this chapter.. mwah
--------------------------------------------------------

Niall’s POV :

“Okay Capt. Johnson. I promise. I won’t run away, I just wanna see Oom Bruce then I will go back to the jail.” ujarku kepada Capt. Johnson di ruang kerjanya.
“Good. Now, you can go, Niall. Titipkan salamku untuknya, I can’t go there now.” Balas Capt. Johnson kepadaku sembari menganggukkan kepalanya kepada sipir yang mengantarku.

Setelah berganti pakaian ala kadarnya, aku langsung naik bus yang berhenti di depan penjara dan segera menuju rumah sakit tempat Oom Bruce dirawat. Di dalam bus aku gelisah bukan main, aku sama sekali tidak tahu apa yang telah menimpa Oom Bruce, aku juga tidak tahu apakah Charlotte mengetahui hal ini atau tidak. Kupandangi jendela bus dan aku terus gelisah karena rasanya bus ini berjalan bagaikan siput. Setelah dua puluh menit berlalu, akhirnya aku sampai juga di rumah sakit yang dibicarakan oleh Ann dan aku segera masuk ke dalam untuk mencari Ann. Ternyata ia sudah menungguku di lobi sehingga aku tidak usah repot mencarinya.

“Oh thank God Niall you’re here.” Sapa Ann sambil memelukku.
“Whoa Ann, you look horrible. Calm down, you good? How’s Oom Bruce? What happen to him?” tanyaku kepada Ann.
“I’m good Niall. But Oom Bruce. Oh men. Look, listen to me, you can’t tell Lotty about what happen to Oom Bruce, ok. She’ll get panic and wanna go home, you know her.” Ujar Ann.
“Yeah Ann, I know her and I won’t tell her. Just tell me what happen.” Jawabku dengan sedikit tidak sabar.
“Jadi, Oom Bruce mengalami kecelakaan. Aku juga nggak tau gimana pastinya karena aku nggak disana, tapi menurut dokter, Oom Bruce mengalami patah leher dan kaki serta beberapa luka lainnya yang cukup serius. Seluruh badannya penuh perban dan dia sekarang belum sadarkan diri. Dokter juga berkata jika tulang kakinya tidak kembali setelah diperban, Oom Bruce harus menjalani amputasi kaki. Oh Niall poor him. I can imagine that.” Jelas Ann sambil terisak.
“Oh my Lord. But, how could this happen to him? I want to go to see him, Ann.” Kataku pelan.
“Oh we are not allowed, Niall. Not yet. Kita harus nunggu dia sadar dulu, begitu kata dokter. Kita berdoa aja semoga Oom Bruce cepat sadar.” Jawab Ann.
“Yeah. Aku nggak bisa lama-lama Ann. Capt. Johnson hanya memberiku satu hari ini saja untuk keluar. Selebihnya aku tidak diperbolehkan lagi keluar. Apa kau ingat nama dokter yang menangani Oom Bruce? I think I should talk to him.” Jelasku pada Ann.

Ann memberitahuku nama dokternya dan aku segera menuju meja resepsionis dan berbicara pada suster yang berjaga. Suster itu memberitahuku ruangan dimana aku bisa menemukan dokter yang merawat Oom Bruce. Aku berjalan melewati lorong dan akhirnya berhenti di pintu yang bertuliskan nama dokter yang merawat Oom Bruce, dr. Tomy. Aku mengetuk pintunya perlahan dan kudengar suara yang mempersilahkan masuk. Dr.Tomy terlihat seperti dokter yang baik, ia masih cukup muda untuk ukuran seorang dokter dan ia sangat ramah.

“Hello Doc, nice to meet you. I’m Niall Horan. Saya kerabat Oom Bruce, pasien yang mengalami patah leher dan tulang.” Ujarku memperkenalkan diri.
“Oh ya, that poor man. Are you his son or something? Please have a seat.” Balas dr.Tomy ramah.
“Uhm actually, I’m his daughter boyfriend, doc. Tapi karena anaknya sedang belajar di luar negeri, maka saya yang datang.” Jelasku.
“oh ok, I see.” Ucap dokter.
“So, how is it? Is he goo doc?” tanyaku.
“Well. Yeah he’s good. Pria itu memiliki daya juang dan keinginan hidup yang kuat. Luka yang dialami cukup serius, ia tidak akan bisa bergerak selama 3 hari. Perban di lehernya baru bisa dicopot setelah seminggu, itu pun jika ia menunjukkan tanda-tanda kesembuhan. Kemudian untuk kakinya, kami akan mencopotnya setelah 3 hari dan mengeceknya, semoga tulangnya sudah kembali ke posisi semula karena jika tidak, ia harus menjalani amputasi.” Jelas dr.Tomy panjang lebar.
“Wait, so if he do that, dia bakal pakai kursi roda? But why doc? Haruskah Oom Bruce diamputasi?” ujarku sedikit bingung.
“Jadi begini, tadi kami melakukan test dan ternyata Pak Bruce memiliki kadar gula darah yang tinggi dan hal tersebut menyebabkan perbaikan sel-sel dalam tubuhnya sedikit terlambat. Jika luka di kakinya tidak kering dan tidak sembuh dalam waktu 3 hari, saya takut akan terjadi pembusukan dan akan menyebar ke bagian tubuh yang lain. Untuk mengantisipasi hal itu, jalan yang harus diambil adalah melakukan amputasi. Tapi jika sembuh, maka Pak Bruce tidak perlu melakukan amputasi.” Jelas dr.Tomy kepadaku.
“Apakah kedua kakinya harus diamputasi?” kembali aku bertanya kepada dr.Tomy.
“Tidak, Niall. Hanya kaki kanannya yang mengalami kerusakan parah di bagian luar dan dalam, kaki kirinya tidak separah yang kanan. Kita berdoa saja agar Pak Bruce tidak perlu melakukan amputasi.” Ujar dr.Tomy menabahkan hatiku.
“Well, ok then. Thank you so much doc. Kapan saya bisa menemuinya dok?” tanyaku lagi.
“Ehm we have to wait until he wake up, Niall. I can’t tell you. Please be patient.” Jawab dr.Tomy.

Aku pamit keluar dan kembali menghampiri Ann yang masih menungguku di lobi. Aku pun menjelaskan semua yang dikatakan oleh dokter. Ann langsung menghela nafas begitu mendengar penjelasan dariku.

“Thank God. Aku berharap dan berdoa semoga Oom Bruce segera sadar dan tidak perlu melakukan amputasi. I’m so scared Niall.” Ujar Ann.
“Yeah Ann, kuharap juga demikian. Now we have to wait until he wake up.” Kataku pelan.

Tidak banyak yang kami lakukan sambil menunggu Oom Bruce sadar. Ann tampak gelisah, antara ingin memberitahu Charlotte atau tidak. Aku gelisah melihat jam yang terus berdetak maju, aku hanya diberi waktu hingga jam 9 malam, jika Oom Bruce belum juga sadar sampai jam tersebut, maka aku tidak akan bisa bertemu lagi dengannya hingga nanti aku bebas. Waktu menunjukkan pukul 4 sore ketika ada seorang suster yang menghampiriku dan Ann. Suster tersebut mengatakan bahwa Oom Bruce sudah sadarkan diri dan kami boleh menjenguknya. Ann menjerit bahagia dan aku juga merasakan hal yang sama kemudian kami segera menuju kamar tempat Oom Bruce berada.

Hatiku sedih melihat kondisi Oom Bruce yang tergolek lemah dengan banyak perban di seluruh tubuhnya. Oom Bruc e tersenyum lirih ketika melihat kami datang. Ann langsung menyapanya dan menangis. Aku hanya terpaku di pintu dan berjalan lemah menuju kursi di samping tempat tidur. Oom Bruce tidak banyak berinteraksi dengan kami, mungkin karena pengaruh obat bius dan obat penghilang rasa sakit yang diberikan oleh suster. Aku senang karena Oom Bruce terlihat sehat meskipun perban melilit leher dan kakinya. Kami tidak diperkenankan bertanya yang terlalu berat karena kondisi Oom Bruce masih lemah, kami juga tidak boleh lama-lama berada disana karena Oom Bruce harus beristirahat.

Ketika suster datang untuk memberikan antibiotic, aku dan Ann keluar dan membiarkan Oom Bruce beristirahat. Aku mengajak Ann makan malam di kafetaria rumah sakit sebelum aku kembali ke penjara.

“So Ann, apakah kita perlu menceritakan hal ini kepada Charlotte?” tanyaku.
“I don’t know Niall, I’m confused.” Ucap Ann, ia terlihat frustasi.
“I think we should tell her, Ann. Dia bakalan ngamuk dan marah kalau kita tidak memberitahunya.” Ujarku.
“Well, ok. We will tell her. Tapi mungkin setelah kondisi Oom Bruce baikan ya, jadi kita bisa member kabar bagus dan Lotty nggak perlu terlalu khawatir.” Terang Ann.
“ok, kupikir itu juga ide yang bagus, Ann.” Kataku menyetujui idenya.

Makanan kami datang dan kami pun melahapnya dalam keheningan. Setelah selesai, aku segera pamit kepada Ann, aku harus segera kembali ke penjara. Aku juga menyarankan kepada Ann agar ia pulang ke rumah, Oom Bruce pasti akan ditangani dengan baik di rumah sakit ini. Ann akhirnya pulang dan kami berpisah di lobi rumah sakit. Tadinya ia menawarkan ingin mengantarku kembali ke penjara, tapi ia terlihat begitu letih dan aku tidak tega, sehingga aku kembali dengan menggunakan bus.

to be continued

-----------------------

yeay, how is it going?
gimme your opinion.. please tell me about your feeling..
tell me anything! hehe..
i hope you like this chapter as well like the other chapter~
vote, comment and spread this story.
recommend this story to your friends..
thanks guys, be patient for the next chapter.. love y'all
xxx
 

Fall For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang