chapter 15

5.6K 89 12
                                    

HI GUYS SORRY FOR LONG UPDATE :(
I'm kinda busy and I don't have the internet connection so I can't write..
still enjoy this story??
PLEASE I wanna ask you something about this story,, should I make a sad ending? or happy?
and uhm, what do you REALLY think about this story?
and what if I want to make another story after I finish this one? would you read it?
I'm thinking about another Niall story (because I'm a huge fan of him) or should I make another band member to become the  character??
PLEASE PLEASE PLEASE give me your thought! It means a lot...
thank you for following me, fans, comments, vote. I really appreciate that.
I love you guys so much and thank you!!
xxx -cens-

------------------------------------------------------------------

NIALL's POV :

Aku menginap di rumah Oom Bruce bersama dengan Josh kalau-kalau ada kabar mengenai Charlotte. Ann pulang ke rumah karena besok ia harus kuliah. Oh ngomong-ngomong, aku sudah 3 hari lebih tidak masuk kuliah, begitu pula dengan Charlotte dan Harrold. Aku tidak tahu apakah para dosen, terutama Mrs.Evans mencari mereka, mungkin aku besok akan ke kampus, siapa tahu aku mendapat informasi mengenai Harrold. Oom Bruce dan Josh sedang mengobrol sambil menonton TV, sepertinya Oom Bruce sedang menginterogasi Josh mengenai Harrold. Aku minta izin kepada Oom Bruce untuk tidur di kamar Charlotte, aku sangat rindu kepadanya, mungkin dengan tidur di kamarnya kerinduanku dapat terobati.

Aku masuk ke kamar Charlotte dan tidak ada yang berubah sejak ia meninggalkannya. Aku masih bisa mencium aroma khas dari kamar ini, aroma khas dari Charlotte dan itu membuatku merasa pilu, karena aku tahu ia di luar sana dan aku tidak ada bersamanya. Aku berjalan menelusuri kamarnya dan melihat meja riasnya, disana terdapat beberapa foto. Kulihat di kaca riasnya tertempel fotoku yang sedang berpose mengenakan topi pantai miliknya ketika kami sedang berlibur ke pantai. Kemudian foto dirinya dengan Ann di suatu pesta, ia tampak sangat menawan di foto tersebut, lalu ada foto kami bertiga sedang berjalan-jalan di danau, dan yang terakhir dan terletak di dekat kaca rias, di sebuah pigura, kulihat foto Charlotte bersama Oom Bruce dan seorang wanita yang tidak kukenal. Wanita itu tampak masih cukup muda dan memiliki senyum menawan seperti Charlotte, rambut ikalnya yang lebat seperti Charlotte dan ia merangkul Charlotte yang terlihat sangat bahagia. Di pojok foto itu ada tulisan "Love you Mom" yang ditulis oleh Charlotte.

"Jadi ini mamanya Charlotte. Wait, kurasa aku pernah melihat wanita ini sebelumnya." ujarku pelan sambil terus melihat foto itu dan mencoba mengingat-ingat memoriku.
"Brak!" aku menjatuhkan pigura tersebut. Aku cepat-cepat memebetulkan letaknya dan berharap tidak pecah. Aku sudah ingat siapa wanita ini, ternyata mamanya Charlotte adalah wanita yang kutabrak ketika aku sedang mabuk dan mengemudikan mobil bersama temanku yang juga sedang mabuk kala itu.
Aku langsung duduk di lantai dan meninju tembok, aku begitu shock dengan kenyataan ini. Ternyata aku yang menyebabkan mamanya Charlotte meninggal. Waktu itu kupikir ia tidak tertabrak  olehku.

*** flashback ***

"Yo mate, I'm going home, you come with me or not?" I said to my friend.
Aku sudah cukup mabuk, bahkan berjalan saja tidak lurus, temanku yang mengundangku ke pestanya terlihat khawatir. "You sure you wanna go home and driving in this conditiion, Niall? You drunk." said Ali to me. "Relax mate, I can drive home safely, mwhahaaha.... So, George, you coming or not?" ujarku kepada George yang hendak pulang bersamaku. Ia juga sudah terlalu mabuk untuk bisa menjawab dan langsung masuk ke mobil. Aku pamit kepada Ali dan segera menuju flat milik George. Yeah aku mengemudi dengan kesadaran yang hampir hilang, kami memutar musik keras-keras dan bernyanyi bagaikan sedang konser. Aku menerobos beberapa lampu merah dan ketika hampir sampai di flat milik George, aku melihat ada seorang wanita yang hendak menyebrang dari mini market. Aku sudah membunyikan klaksonku dari jauh ketika ia sedang berada di tengah jalan, aku juga berteriak menyuruhnya menjauh tapi kurasa teriakanku lebih seperti racauan tidak jelas. Aku tidak mengurangi kecepatan mobilku dan terus melaju menuju wanita tersebut. Wanita itu berteriak kaget ketika melihat mobilku, ia membelalakkan matanya dan berusaha menepi, namun sayangnya ia kurang cepat. Ia terserempet mobilku, dan dikarenakan lajunya yang sangat kencang, ia terpental ke samping jalan. Aku mendengar teriakan orang-orang dan aku menoleh untuk melihat kondisi wanita itu, ia tergeletak di jalanan. Karena sedang mabuk, kupikir wanita itu tidak apa-apa dan hanya terluka ringan, jadi aku tidak berhenti dan malah semakin memacu mobilku.

Fall For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang