I love u princess the last of 3

2.5K 23 2
                                    

--

"Ya, pasti Laura yang melakukannya. Tapi...."

Berbagai bayangan kembali muncul di benak Evelyn. Bukankah Laura telah menceritakan semua perasaannya terhadap Alex? Bukankah Laura mengatakan sudah merelakan Alex untuk kebahagiaannya? Bukankah tadi Laura dan Leo terlihat seperti dua orang yang saling jatuh cinta?

Dendam. Bukankah rasa dendam bisa membuat orang melakukan apa saja?

"Aku harus bertanya langsung pada Laura, harus" Evelyn memaksakan dirinya untuk berdiri kemudian berlari menuju pintu kamarnya.

Setiap orang yang dilewatinya terkejut memandang penampilan Evelyn. Wajahnya basah oleh airmata, tatanan rambunya sedikit berantakan.

Langkahnya terhenti didepan tangga utama yang langsung mengarah ke pintu hall istana. Ternyata hari sudah sore, Evelyn baru menyadarinya. Kakak laki-lakinya yang berambut hitam keunguan nampak tengah berdiri sambil melambaikan tangannya ke arah luar. Alvin terus tersenyum memandang sebuah kereta kuda berlambang negri Klona yang mulai meninggalkan halaman istana Venella.

Evelyn menuruni tangga dengan tergesa-gesa kemudian menghampiri Alvin yang masih memunggunginya. Matanya yang agak bengkak mengikuti arah pandangan Alvin yang masih melihat ke arah luar.

"Alvin apa kau melihat Laura?" tanya Evelyn sambil menghapus airmatanya kasar.

"Ya" jawab Alvin tenang, matanya masih terus mengawasi kepergian kereta itu.

"Dimana dia?"

"Didalam kereta itu, mereka akan menemui ayah Laura. Evelyn aku tidak menyangka Leo bisa jatuh cinta pada Laura yang genit itu. Huh... Cinta memang aneh. Kau mau tahu apa pendapat Leo tentang Laura? Menurutnya Laura itu gadis tercantik, termanja dan genit, yang membuatnya setia. Aneh bukan?"

Alvin membalikan badannya kemudian terkejut melihat wajah Evelyn.

"Hei ada apa denganmu? Kau habis menangis?" tanyanya panik.

Evelyn mundur selangkah karena kaget. Sejak tahu Laura ada di dalam kereta itu, Evelyn sama sekali tidak mendengarkan celotehan Alvin.

"Laura sudah pergi pada siapa aku harus bertanya?" Air mata tidak tertahankan lagi.

Alvin segera menarik Evelyn ke dalam pelukannya.

"Apa maksudmu? Ceritakan padaku mengapa kau menangis?"

Katanya lembut. Tangan Alvin sibuk menyeka airmata Evelyn.

"Dimana surat-surat itu?"

"Apa?"

"Apa kau tahu dimana surat-surat itu?" ulang Evelyn kesal.

"Aku tidak mengerti Evelyn. Apa maksudmu? Surat apa?"

Evelyn berpikir sejenak kemudian tiba-tiba sebuah prasangka kembali datang mengganggunya.

"Mungkinkah Alvin yang melakukannya? Ya, tidak salah pasti Alvin yang melakukannya. Bukankah dulu ia yang memaksa aku pulang untuk menjauhkan diri dari Alex?" teriak batin Evelyn.

"Tidak usah pura-pura. Ayo, mengaku saja?!"

"Apa yang harus ku akui Evelyn?"

"Kau jahat, kenapa kau lakukan itu padaku? Kenapa kau tidak memberikan surat-surat itu padaku?!" Evelyn menjauhi Alvin, matanya mendelik marah.

"Apa? aku tidak mengerti dengan apa yang kau katakan itu" kata Alvin tidak terima.

"Bohong!! Pasti kau bohong. Lalu kenapa dahulu kau memintaku untuk meninggalkan Alex?!"

"Apa? Kau sangat aneh apa hubunganya surat-surat yang kau tanyakan itu dengan pertanyaanmu barusan?"

"Jawab saja, kenapa Alvin? Kenapa?! Kau tau aku menderita!"

Alvin terdiam sejenak memandang adiknya yang histeris.

"Maafkan aku Evelyn, aku tidak bermaksud membuatmu menderita. Dan tolong diingat Aku tidak memintamu untuk meninggalkannya, aku hanya ingin kau tidak terlalu dekat dengannya mengingat isi dari surat wasiat itu. Aku hanya tidak ingin Alex jadi anak durhaka dan aku tidak ingin melihatmu sedih bila dia tidak memilihmu. Sudahlah, Lagi pula ini semua sudah tidak penting lagi Evelyn. Surat wasiat itu telah di temukan. Seharusnya kau ikut bahagia, tiga hari lagi Alex akan bertunangan dengan...."

"Hentikan!!! Aku tidak mau mendengarnya Kau jahat Alvin, kau membuat aku jauh dengannya, kau membuat semuanya terlambat dengan menyembunyikan surat-surat darinya, aku membencimu Alvin, aku membencimu!"

"Evelyn...tunggu kenapa kau menuduhku?"

Alvin mencoba mengejar Evelyn yang berlari menaiki tangga sambil menutup telinganya.

"Alvin, apa yang terjadi nak?"

Ratu Nesha heran melihat Alvin berlari melewatinya.

"Ibu, Evelyn..." Alvin mengatur napasnya.

"Ada apa dengannya?"

"Dia tiba-tiba marah padaku. Aku tidak mengerti apa salahku?" Alvin mengacak-ngacak rambutnya frustasi.

"kau mengodanya?" tanya Ratu Nesha karena menganggap biasa pertengkaran diantara mereka.

"Tidak bu, sungguh. Ibu apa ayah sudah memberitahu Evelyn tentang alasan mengenai mengapa Evelyn harus pulang meninggalkan Alex di istana Naple setahun yang lalu?"

"Sepertinya belum" kata Ratu Nesha setelah beberapa saat berpikir. Alvin gelisah mendengarnya lalu berkata, "pantas Evelyn jadi menyalahkanku sekarang".

"Apa? Ceritakan pada ibu, apa yang telah terjadi tadi?"

Ratu Nesha kaget, lalu menyisipkan tangannya di lengan Alvin sambil berjalan cepat. Mereka berjalan menuju kamar Evelyn dilantai tiga. Alvin menceritakan kejadian tadi pada ibunya termasuk keheranan dirinya pada tuduhan Evelyn. Alvin juga bertanya pada ibunya perihal surat yang tadi ditanyakan oleh Evelyn. Akan tetapi ibunya juga tidak mengerti surat apa yang dimaksud oleh putrinya itu.

Diam-diam ada yang mengikuti dan turut mendengar pembicaraan mereka berdua. Evan yang tidak sengaja akan keluar dari kamarnya dilantai dua merasa tertarik dengan topik yang dibahas oleh ibu dan anak itu. Evan segera masuk kembali ke kamarnya setelah mendengar semua perkataan Alvin.

Kakinya terus melangkah ke arah jendela kamarnya. Rasa penasaran membangkitkan berbagai pertanyaan di kepalanya.

--

I love u PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang