I love u princess the last of 1

2.6K 28 7
                                    

--

Laura salah tingkah dan gugup melihat Leo yang tidak melepas senyuman dari wajahnya.

Sehingga tanpa sadar ia telah menggengam tangan Evelyn kuat-kuat.

Evelyn yang mulai menyadari sesuatu melihat keduanya lalu tersenyum ramah. Senyum yang sudah lama tidak terukir di wajahnya.

"Selamat siang tuan...?"

"Leonardo Belsky, itu namanya Evelyn. Ia putra tunggal dari Duke of Klona, salah satu daerah bagian dari kerajaan Nappoly," bisik Laura panik.

"Maafkan kelancangan saya, bila anda tidak keberatan panggil saja saya Leo, Princess" sekali lagi Leo tersenyum karena mendengar bisikan keras Laura. Hal itu membuat laura semakin gugup sehingga kembali mengenggam erat tangan Evelyn.

"Tentu Leo, aku tidak keberatan. Sepertinya anda telah kenal dekat dengan sahabat saya ini. Kalian bertemu dimana?" goda Evelyn.

Wajah Laura memerah mendengarnya.

"Nanti aku ceritakan padamu," bisik Laura panik.

"Benar Princess, ada baiknya Laura saja yang menceritakan tentang kisah pertemuan kami itu, karena aku tidak pandai bercerita. O ya, saya juga pernah bertemu dengan anda dua kali di istana Naple, apa anda mengingatnya?"

Leo kembali tersenyum melihat Evelyn yang nampak berpikir mencoba mengingatnya.

"Maafkan aku Leo, aku sama sekali tidak ingat"

"Tidak apa-apa Princess, saya paham mengapa anda tidak memperhatikan keberadaan saya, karena waktu itu anda terlalu sibuk mencemaskan keadaan paduka raja yang terluka."

"Apa?!"

"Saat pertempuran itu saya ikut berjuang membantu Paduka Raja, dan memperkuat pasukan kerajaan anda untuk menghancurkan pintu benteng istana Naple" kata Leo tenang sambil tersenyum penuh arti.

Evelyn terhenyak mengingatnya, wajahnya memucat karena mengingat sesuatu. Laura yang menyadari perubahan Evelyn cepat-cepat mengajak Leo menuju salah satu balkon di lantai dua.

"kalau kau tidak keberatan, sebaiknya kita mencari tempat yang tenang untuk melanjutkan perbincangan ini"

Leo hanya membalasnya dengan senyuman kemudian mengikuti langkah Laura yang nampak berusaha keras menuntun Evelyn yang tampak seperti patung dengan pandangan menerawang.

Banyak pertanyaan yang bermunculan di kepala Evelyn tentang kedatangan Leo di istananya ini.

"Mungkinkah Alex yang menyuruhnya datang kemari?" kata Evelyn dihati.

"Silahkan duduk" suara Laura berhasil menghempaskan Evelyn ke alam nyatanya lagi.

"Terimakasih."

Leo duduk di hadapan mereka berdua.

Evelyn berusaha mengumpulkan seluruh tenaganya untuk bertanya.

"Kalau boleh tahu, angin apa yang membawa anda datang berkunjung ke negri kami yang lumayan cukup jauh dari tempat tinggal anda."

"Titah paduka Raja yang membawa saya kemari untuk menyampaikan sesuatu pada anda Princess."

Laura tampak bingung melihat wajah Evelyn yang semakin pucat seperti orang kaget setelah mendengar Leo menyebut kata Paduka Raja di hadapannya.

"Raja siapa?" pikir Laura dihati.

"Aku permisi sebentar untuk memanggil pelayan agar membawakan minuman untuk Kita."

Laura pergi setelah melihat Leo dan Evelyn mengangguk. Ia merasa dirinya tidak pantas turut mendengarkan apa yang akan disampaikan Leo pada Evelyn.

"Leo, katakanlah hal apa yang hendak disampaikan itu?" tanya Evelyn dengan suara bergetar.

Leo mengeluarkan sebuah surat dan setangkai bunga mawar putih dari saku dalam jasnya.

"Paduka Raja Alexander Schefield meminta saya untuk menyerahkan ini kepada anda. Paduka juga meminta anda untuh hadir di pestanya yang akan dilaksanakan tiga hari lagi di istana Naple."

"Apa?! Pesta apa?"

Dengan tangan gemetar Evelyn menerima gulungan kertas dan bunga mawar itu.

"Pesta perkenalan Paduka sebagai raja baru dari kerajaan Nappoly, sekaligus pesta pertunangannya."

"Apa?! Pertunangan?" suara Evelyn semakin gemetar, untuk kesekian kalinya dirinya terkejut.

"Benar Princess, rencananya selain di hadapan rakyat, paduka akan bertunangan dihadapan para tamu dari kerajaan tetangga"

"Tidak mungkin, apa dia sudah bertemu dengan wanita itu? Benarkah Alex telah memilihnya? Bagaimana ini?" guman Evelyn tidak jelas.

"Maaf Princess, apa yang anda katakan? Saya tidak mendengarnya dengan jelas" tanya Leo khawatir karena melihat Evelyn yang gelisah.

"A-apa Alex terlihat bahagia?" tanya Evelyn ragu-ragu.

"Tentu, Paduka sangat berbahagia. Selama setahun saya menjadi sahabatnya, baru kali ini saya melihat paduka tertawa ceria karena bahagia."

Sebuah palu seperti menghantam hati Evelyn. Hatinya terus menjerit menuntut kebenaran dari kata-kata Leo.

"Apa Alex terlihat mencintai calon tunangannya itu?" pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Evelyn.

"Tentu, Paduka terlihat...."

Evelyn berlari meninggalkan Leo yang belum menyelesaikan kata-katanya. Dirinya tidak sanggup mendengar semua kenyataan yang disampaikan Leo. Hatinya sakit dan hancur, Evelyn terus berlari melewati Laura yang nampak kaget.

"Evelyn..." panggil Laura sambil hendak mengejarnya.

"Laura, jangan dikejar" cegah Leo.

"Mengapa? Lihat Evelyn menangis. Apa yang kau lakukan padanya?!" Teriak Laura sambil memukuli dada Leo.

"Tenanglah, aku tidak melakukan apa-apa. Mungkin Princess membutuhkan waktu untuk sendiri."

"Bohong!! ayo cepat katakan? Apa yang kau lakukan padanya?!"

"Sungguh, percayalah. Hei, apa kau tidak merindukanku cantik?"

Leo mengenggam kedua tangan Laura. Matanya yang hitam memandang dalam ke mata hijau Laura.

Wajah Laura memerah, Leo tersenyum melihatnya.

"Laura, antarkan aku menemui Yang Mulia Raja Kevin sekarang. Ada hal penting yang harus aku sampaikan kepadanya. O ya, beritahu aku apa Princess sudah memiliki kekasih yang baru? Atau masih tetap mencintai mantan pengawalnya itu?"

--

I love u PrincessWhere stories live. Discover now