40. ฅ⁠^⁠•⁠ﻌ⁠•⁠^⁠ฅ not okay

1.6K 293 35
                                    

•﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀•

Kio benar-benar tak ingin mimpi buruknya terjadi lagi. Ia menahan semua rasa sakitnya, meyakinkan diri untuk bisa melakukan perlawanan, setidaknya sekali saja. Kio sudah banyak kehabisan waktu untuk mengumpulkan sisa-sisa tenaganya. Kembali meyakinkan diri bahwa Kio adalah anak laki-laki yang sudah besar, yang harus bisa menjaga diri.

Cowok bertubuh kecil itu berusaha memberontak hingga tangan pria yang menekan punggungnya terlepas. Sosok itu menggeram dan membalik tubuh Kio hingga telentang, ia juga mengangkat kaki kecil itu berposisi mengangkang. Kio seolah mendapat dorongan dalam dirinya untuk melakukan tujuannya. Sepasang kaki kecil itu tiba-tiba menendang bagian sensitif pria di hadapannya. Kemudian Kio berteriak lebih kencang dari sebelumnya. "MAMAAAA!" Meski setelahnya ia kembali sesak nafas dan terasa tercekik,

Kio menutup matanya sembari memposisikan tubuhnya meringkuk dan memeluk ekornya. Tangannya pun meremat ujung bajunya sendiri, berharap pria itu segera pergi. Sesaat kemudian ia mendengar pintu kamar terbuka dengan kencang. Terlihat seorang pria dewasa yang baru saja pulang kerja pun berjalan mendekat. Raut panik pun tercetak jelas di wajahnya. Bahkan jas kerja yang ia bawa pun terlempar begitu saja. "Kio, kamu kenapa, nak?" Ia duduk di tepi ranjang sembari mengangkat Kio yang bergetar tubuhnya.

Anak itu hanya bisa menangis. Mengungkapkan sepatah kata pun rasanya menyakitkan. Semua anggota tubuhnya terasa sakit. Rasanya dipukul, ditampar, dan dicekik masih begitu membekas. Namun setidaknya ia sudah cukup lega, penjahat itu telah pergi sebelum berhasil menyakitinya lebih buruk lagi, meski nafas dan degup jantungnya belum normal. Tangan mungil itu meremat kemeja sang ayah untuk menetralkan rasa takutnya.

Ayah Gaza dapat merasakan suhu tubuh Kio yang dingin namun berkeringat sekaligus. Lalu ia menyadari adanya luka di leher dan pergelangan tangan bocah malang itu, juga sebuah tablet dalam rekaman aktif. Ia langsung mengambilnya, menyimpan, dan mengeceknya sebentar. Kemudian beralih pada jendela yang terbuka kuncinya. Dewa langsung paham bahwa Kio kedatangan sosok pria berpakaian hitam itu lagi. Tanpa berlama-lama pun ia langsung berdiri dan membawa Kio keluar kamar.

Pria itu menatap wajah Kio yang terlihat pucat dan ketakutan. "Ayah bawa kamu ke dokter ya?" Kio langsung menggeleng heboh dengan tawaran tersebut. Sang ayah pun mengulang kembali ucapannya. "Nurut sama ayah, Kio!" Tangisan Kio malah semakin keras hingga nafasnya tersendat. Pria itu juga dibuat panik ketika Kio mulai memberontak agar diturunkan dari gendongannya.

Terpaksa Dewa harus mengurungkan tawarannya untuk kesehatan Kio juga. Ia melangkahkan kakinya menuju kamarnya sendiri yang mana ada Renata yang tengah beristirahat. Sontak wanita itu langsung terbangun dari baringnya ketika mendengar suara tangis Kio. Ia terduduk di tepi ranjang dan mengulurkan tangannya. "Kio, kamu kenapa, sayang?" Ia mendadak panik ketika menyentuh kulit Kio yang terasa dingin.

Tanpa berlama-lama, Dewa yang masih berdiri disana pun segera menghubungi dokter. Sedangkan Renata pun membaringkan Kio di sebelahnya. Kio terus menangis tanpa suara. Perutnya naik turun dengan cepat. Mulutnya terbuka sedari tadi untuk memaksa oksigen memasukinya. "Kio, nda bisa, napas." Ia berkata dengan suara yang sangat kecil dan kesulitan. Tangan mungil itu menyentuh lehernya yang terasa sakit. "Mama," Salah satu tangannya menggenggam erat tangan sang mama.

"Iya, sayang?" Renata juga bertanya dengan kesulitan. Suaranya bergetar, hati kecilnya pun terasa sakit melihat kondisi bocah mungil ini.

"Kio," Cowok mungil itu menutup matanya untuk mengumpulkan tenaga berbicara lebih lagi. "Kio, nda meninggal, kan, mama?"

Air mata wanita itu langsung mengalir begitu saja. "Sayang, Kio ga boleh ngomong gitu." Renata menggeleng dengan wajah tidak suka. Ia pun mendekatkan wajahnya di samping anak mungil itu. "Kio, sayang, tahan dulu ya, sebentar lagi dokter dateng buat obatin Kio, ya? Mama temani disini." Wanita itu mengucapkan berbagai kata penenang sembari mengusap rambut Kio dengan sayang. Hatinya sakit, degup jantungnya pun berpacu dengan cepat, ia tak sanggup melihatnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 05 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ADORABLE KITTENWhere stories live. Discover now