43. USG

8.2K 405 56
                                    

••• Bismillahirrahmanirrahim •••

Selamat membaca.

••|||••

*****

Pagi hari Adzkiya yang hanya memakai daster semata kaki dan rambut di cepol, sedang bergulat dengan peralatan dapur untuk sarapan pagi, sedangkan sang suami dari tadi belum pulang-pulang dari sholat subuh sampai sekarang yang jam sudah menunjukkan jam enam lewat.

"Mas Zidan kok lama banget yah pulangnya" pikirnya.

"Pasti kalo gak ngobrol sama ustadz-ustadz, pasti sama santrinya yang nanya gak tau waktu itu" kesalnya.

Mulut wanita itu memang ngedumel tapi tangannya tetap kerja.

Wanita itu sudah selesai dengan urusannya di dapur tapi sang suami belum ada tanda-tanda ingin pulang, membuatnya sedikit kesal.

Adzkiya memutuskan naik keatas untuk berganti pakaian sebelum sang suami pulang, bisa-bisa jika suaminya melihat keadaannya yang sekarang hanya mengenakan daster dan tanpa kerudung pasti akan langsung dapat kultum dari suami tercintanya, pernah tuh dia lupa pakai kaos kaki terus keluar kamar langsung dapat ceramah dari A sampai Z. Padahalkan ia cuman keluar kamar bukan keluar rumah. Sungguh Posisef sekali suaminya itu.

Wanita itu sudah berganti pakaian menjadi abaya hitam dengan dipadukan kerudung instan yang berwarna cream. Ia saat ini sedang duduk di sofa kamar dengan ditemani benda pipih miliknya.

"Assalamualaikum" ucap seseorang memasuki kamar.

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh" balasnya dengan wajah sinis.

"Kamu lagi apa sayang" tanyanya belum menyadari wajah dari sang istri.

"Lagi makan mas" ucapnya ketus.

Gus Zidan langsung meringis mendapat jawaban ketus dari sang istri. Dan ia sekarang paham istrinya sedang marah.

"Maaf yah sayang, mas khilaf" ucapnya sambil mengambil posisi duduk disamping sang istri.

"Habis dari mana"

"Dari pesantren sayang"

"Bohong"

"Beneran sayang, mas tadi setelah sholat subuh niatnya mau langsung pulang tapi ustadz Fikri memerlukan bantuan mas"

"Emang ngga bisa dilakuin sendiri"

"Tau tuh emang ustadz Fikri, ngapain gak lakuin sendiri yah sayang"

"Kiya lagi ngga mau becanda mas"

"Hehe maaf sayang, dimaafin yah"

"Kenapa ngga nelpon buat ngasih tau Kiya, Kiya itu khawatir tau"

"Iya sayang maaf yah, mas mau nelpon kamu tapi handphone mas ketinggalan"

"Bukannya mas bawa"

"Gak ada sayang, kamu tau gak dimana"

"Ngga tau tuh"

Janji Sakral ZiyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang