XXXIV

4 0 0
                                    


"Mantan kamu?" Helqi mengenakan helmnya sementara Fla mengenakan helmnya sendiri.

"Err... iya. Kok...?" Fla mengernyit sedikit karena heran. Haikal memang tahu kalau Reyhan mantannya, tapi Helqi?

Helqi mendengus sambil menyeringai, bibirnya naik sebelah. Fla menatap pemuda itu sambil berusaha mengunci helmnya, menunggu jawaban. Tapi seperti biasa, Helqi irit bicara, sepertinya dia merasa rugi untuk membuang napasnya. Tapi juga Fla keras kepala, matanya mengikuti gerak-gerik Helqi dengan terang-terangan membuat dirinya sendiri tidak fokus mengancingkan kunci helmnya.

"Lama amat." Helqi menatapnya sambil menyingkirkan tangan Fla dari kancing helmnya dan membungkuk, mengancingkan helm dengan sekali klik. "Apa?" Helqi menatap Fla yang masih menatapnya dengan heran.  "Kenapa aku tahu dia mantan kamu?" Helqi mengangkat motornya untuk menurunkan standar gandanya dan Fla pun mundur, mengizinkan motor itu mundur.

"Haikal pernah cerita?" tanya Fla pelan.

"Ngapain dia nyeritain mantan kamu sama aku?" Helqi berhasil memundurkan motornya dan menaikinya, memindahkan tasnya ke depan dan memberi isyarat Fla untuk naik.

"Teruuuus?????" Fla gemas sekali dengan informasi sepotong-sepotong pemuda itu. Dia pikir misterius itu keren, ya? 

"Yaaa... keliatan, sih! Kalau yang gak tahu mah bego aja." Helqi mendengus lagi.

"Keliatan dari mananya?" Fla sudah duduk nyaman di belakang Helqi dan mereka pun meluncur menelusuri lorong parkiran basement yang remang-remang.

"Keliatan aja." Jawab Helqi sambil menutup kaca helmnya, tanda tidak mau lagi diajak bicara. Percuma juga, Fla cemberut, deru angin dan knalpot kendaraan akan sangat tidak nyaman dan juga pemuda itu sepertinya sih bukan tipe yang bisa dipaksa-paksa. Jadi Fla hanya duduk manis, yang penting pulang dianterin, deh!

Di tengah-tengah perjalanan tiba-tiba sebuah titik air menyapa tangan Fla. Refleks Fla mendongak dan melihat ada guyuran air hujan tipis seperti salju kecil melayang-layang di seputar lampu-lampu jalan yang berwarna kuning hangat. Fla memajukan tubuhnya, ia yakin dengan jaket setebal itu, Helqi bisa saja tidak merasakan hujan. Tetapi belum ia mengetuk bahu pemuda itu, Helqi tiba-tiba membuka kaca helmnya dan menoleh.

"Hujan sedikit begini masih mau terusin pulang?" tanyanya berteriak di dalam deru mesin kendaraan dan angin.

"Aku mah gak masalah!" Fla balas berteriak.

"Oke!" Helqi mengangguk. "Ma.....kin..... ngan.... ku.... ja!"

"HA?" Fla maju lebih dekat karena ketika Helqi bicara bertepatan ketika mereka melewati truk besar.

"....KIN! TA......! ....MU!" Helqi berusaha berteriak lebih keras tapi truk itu terlalu panjang. Helqi menutup kaca helmnya, seperti menyadari akan sia-sia saja dia bicara. Selanjutnya sebelah tangannya meraih tangan Fla yang disimpan di atas lutut di sebelah pinggangnya dan memasukkan tangan itu ke saku jaketnya.

DEG!

Eh? Apa nih?

Fla pelan-pelan memasukan tangan yang satu lagi ke saku jaket Helqi. Wangi pemuda itu menyapa hidungnya membuat ulu hatinya tiba-tiba terasa linu. Perutnya tidak enak. Terbayang lagi sesuatu yang sempat terlupakan hari ini karena semua kejanggalan yang terjadi. Tadi siang pemuda ini kan menyatakan rasa sukanya pada Fla. YA AMPUN! Wajah Fla kembali memanas. Kenapa kejadian aneh semuanya terjadi di satu hari? Fla sepertinya hampir mati memikirkan semuanya.

Lamunan Fla terputus ketika butiran halus hujan yang tadi seperti salju berubah menjadi deras. Seketika Helqi pun menyisi pelan-pelan, mencari tempat berteduh. Ketika menemukan sebuah Ruko terbengkalai dengan kanopi, Helqi tanpa ragu berbelok dan menghentikan motornya di sana. Fla turun dari motor dan mencoba membuka helmnya. Karena hujan yang tiba-tiba deras tentu saja sweatshirtnya sempat basah dan udara Bandung malam ini cukup dingin. Dari pada memakai sweatshirt basah, lebih baik pakai baju kering walau tidak tebal.

"Sini!" Helqi meraih helm Fla dan membuka kancing helm itu dengan mudah. Fla segera membuka helmnya dan sweatshirtnya tanpa pikir panjang. "Hei!" Helqi terbelalak dan menahan tangan Fla yang sudah menarik bagian bawah sweatshirtnya untuk dibuka. Gadis itu kaget dan menatap Helqi dengan heran. "Ada banyak orang." Helqi menunjuk sekitar.

Fla baru sadar kalau sekitar mereka mulai dipenuhi motor-motor yang juga mencari tempat berteduh. Helqi membuka jaket motornya yang seperti jubah sihir dan  melebarkannya di depan Fla sambil mendorong gadis itu ke sudut gerbang ruko. "Takut baju seragam kamu ikut keangkat," gumam Helqi dan ia memejamkan mata.

Fla membuka sweatshirtnya dan benar saja sedikit seragamnya ikut sedikit terangkat, untung saja Helqi menutupinya. Fla menatap Helqi yang menutup matanya. Ah, lihat bulu matanya ternyata lebih panjang dari Haikal. Ada tahi lalat coklat kecil di dekat kelopak mata kirinya, tidak seperti Haikal. Oh, di lehernya juga ada satu titik cokelat...

"Udah?" Helqi bersuara membuat Fla tersentak. Ia menjawab sudah sambil menunduk, merasa malu sendiri karena sudah mengamati wajah Helqi lamat-lamat seakan-akan ia mempertimbangkan pernyataan sukanya tadi siang. Tapi, memang harus dipikirkan, bukan? Atau ia akan menjadi seorang yang brengsek karena mau saja diantar jemput padahal ia tidak akan mempertimbangkan pemuda itu.

"Dingin ya?" Helqi membuka jaket motornya dan membuka sweatshirtnya sendiri.

"Gak... gak usah! Nanti kamu masuk angin!" Fla segera menolak.

"Pake aja, gak apa-apa." Helqi menyodorkan sweatshirtnya ke depan wajah Fla. "Aku kan ada jaket ini."

Fla menatap jaket itu ragu.

"Nerima jaket aku bukan berarti kamu juga suka sama aku, kok," sahutnya pelan. Fla mendongak, kesal. "Masih inget kan kalau tadi siang aku bilang aku suka sama kamu?"

ADUH KENAPA NGOMONGNYA SESANTAI ITU, SIH?!

Way Back to YouWhere stories live. Discover now