XXII

28 0 0
                                    

Kakak bangun.

Helqi menatap dokter yang sedang bicara dengan ibunya yang kini sedang tersedu-sedu memanjatkan puja dan puji syukur pada Allah SWT. Andah di sebelahnya ikutan terlihat senang sambil memeluk bahu ibunya. Mereka diperbolehkan menjenguk ketika sudah dipindahkan kamarnya, jadi mereka harus menunggu agak lebih lama.

Mereka kembali duduk di kursi tunggu sambil menghela napas lega. Helqi menatap Andah dengan tatapan tidak percaya. Gadis itu sangat beruntung, datang di saat yang tepat ketika kakaknya siuman. Coba saja kakaknya siuman kemarin-kemarin, tidak akan dia menemukan Andah ada di sana menemani ibunya.

Lalu Helqi teringat lagi pada gadis bodoh itu, Flarisia. Tentu saja ia tahu nama lengkapnya, kakaknya sering menceritakannya. Semenjak diputusin Andah, kakaknya selalu menceritakan satu gadis yang selalu ada ketika dia butuh cerita. Namanya Flarisia.

"Korban baru?" Helqi tertawa sambil terus meneruskan laju mobilnya di dalam layar.

"Korban?" Haikal nyureng.

"Ya, lu kan gitu, Kak! Nanti cewek baru, dibaperin, nanti udah ceweknya baper Kakak ilang rasa." Helqi tertawa karena sudah terbiasa dengan sifat kakaknya. Walau mereka memutuskan untuk tidak selalu bersama-sama di sekolah, mereka justru sangat dekat di rumah. Helqi sampai hapal semua mantan kakaknya.

"Gak, gak. Ini dia sama, kok, sama aku." Balas Haikal sambil terkekeh.

"Sama tukang mainin cowok?" Kini Helqi yang menyurengkan keningnya.

"Bukan! Dia baek. Mantannya kayanya cuma satu seumur hidup, dia juga sama kaya aku, susah banget lupain mantan. Apalagi dia pacaran 5 taun."

"Wow! Mana liat, mana anaknya? Gak yakin aku klo lu gak akan jatuh cinta sama nih cewek!" Helqi melirik kakaknya sebentar.

"Ada fotonya di Hape. Tar. Pause."

Mereka menghentikan balap mobil mereka dan Haikal meraih ponselnya yang disimpannya di atas meja. Selagi menunggu Haikal mencari foto yang dimaksud, Helqi mengambil minuman soda di hadapannya dan meraup segenggam keripik kentang. Ia mengunyah sambil bersandar di sofa.

"Nih, Instagramnya aja, deh! Fotonya dari jauh, gak jelas." Haikal ikut bersandar dan mencomot keripik kentang di tangan Helqi.

Dan Helqi langsung tersedak soda. Jelas hidungnya langsung terasa perih sampai ke ubun-ubun. Haikal dengan segera mengambil lap untuk mengelap semburan air soda di sofa. Helqi menenangkan diri dulu sejenak sebelum meneruskan.

"Ngapa sih? Ampe keselek segala!" Haikal tertawa keras. "Cantik ya?"

Helqi tertawa juga. Apa? Apa yang harus ia katakan? Wajah itu tentu saja Helqi tahu, tidak pernah terlupakan. Dia menatap kakaknya masih sambil tertawa, mengulur waktu.

"Yakin gak akan jatuh cinta?" Helqi akhirnya menemukan kata-kata.

"Gak secantik Andah, kok. Amaan." Haikal tersenyum puas dan menjauhkan ponselnya. "Kalau secantik Andah atau lebih cantik, yaaa mungkin tergoda lah!"

Helqi melirik kakaknya yang serius memainkan joysticknya. Kakaknya salah, Flarisia itu wanita tercantik yang pernah ada. Sampai dia tidak bisa melupakan wajahnya sampai sekarang...


"Qi, udah ngasih tau Fla kalau Kakak kamu udah bangun?" Tepukan pelan di bahunya membuat Helqi tersadar dari kenangannya.

"Udah, Mam." Helqi mengangguk dan memeluk bahu ibunya. "Sebentar lagi Papa nyampe?"

"Kayaknya." Ibunya melirik jam tangan kecil di tangan kanannya. "Andah mau pulang? Udah jam setengah 6, nanti kemalaman."

"Gak Tante, Andah mau nunggu sampai Haia bisa ditengok." Andah bibirnya bergetar hampir menangis, membuat ibunya iba dan memeluk gadis itu.

Helqi memalingkan wajahnya dan bangkit dari bangkunya untuk menyembunyikan rasa sebalnya pada Andah. Siapa gadis itu tiba-tiba muncul ketika kakaknya sudah bisa melupakannya?

Way Back to YouWhere stories live. Discover now