XXVIII

18 0 0
                                    

Cita dan Wia berdiri di kejauhan sambil memandangi dua insan yang sedang duduk bersebelahan dengan canggung. Mereka berdua bisa melihat bahwa pasangan di depan sana itu tidak hanya mengundang rasa penasaran mereka saja, tapi juga hampir satu angkatan. Bisa dilihat dengan kelompok-kelompok lain yang sedang sama-sama mengintip seperti mereka.

Bagaimana tidak mengundang perhatian publik? Selama bersekolah, Haikal tidak pernah mengatakan bahwa dirinya punya saudara kembar. Hanya segelintir orang yang tahu, itu pun hanya sahabat paling dekat Haikal dan mereka juga tidak punya urusan untuk menyebar-nyebarkan fakta itu. Buat apa?

Lalu, saudara kembar identik Haikal itu datang ke sekolah untuk menghampiri Fla, cewek yang sudah digadang-gadangkan akan menjadi pacar Haikal sejak beberapa bulan lalu. Jelas semua drama sinetron ini akan menarik perhatian banyak orang. Beberapa bahkan mulai bergosip, membuat teori-teori konspirasi apa yang terjadi di antara Fla-Haikal-kembaran Haikal.

Tetapi sepertinya pemuda itu tidak ambil pusing. Dia dengan tenang duduk di sebelah Fla tanpa melihat keadaan sekitar. Fla yang tentu saja mengamati keadaan sekitar jadi rikuh. Ia bisa merasakan aura-aura bergosip di setiap sudut sekolah yang terekspos.

"Kamu gak akan ke rumah sakit lagi, ya?" Helqi mulai bicara.

"Mmm... ya... mungkin." Fla menghela napas panjang. Bukannya sudah jelas?

"Ternyata sama aja ya, cewek sama cowok. Kalau ada maunya baru baik?" Helqi menyeringai.

Fla wajahnya memerah, marah. Berani-beraninya cowok ini!

"Kalau kamu enggak tau, gak usah sok tau." Fla menyentak sambil berdiri dari duduknya. Ia tahu pemuda ini memang suka ngomong yang menyakitkan hati. Tapi ia tidak tahu bisa setidakpunyahati ini Helqi padanya.

"Kasih tau aku." Helqi menangkap tangan Fla.

"Buat apa? Kamu udah menghakimi aku duluan!" Fla berusaha menepis tangan Helqi yang menahannya. Tetapi pemuda itu tidak mau melepaskan tangannya.

"Aku pingin ngerti kamu." Helqi menatap Fla dengan wajahnya yang dingin dan datar. "Maaf. Tapi aku pingin ngerti."

Fla menatap heran pemuda itu. Kenapa sih, dia?

"Dia punya pacar."

"Terus?"

"Kalau aku terus ke sana, apa pacarnya enggak akan ngamuk?"

"Sebelumnya kamu ke sana terus."

"Sebelumnya, Andah bukan pacar Haikal lagi." Fla membuang muka ke arah lain. "Aku males bikin drama. Ambil aja Haikal. Dari awal dia memang bukan punya aku, kan?"

Helqi memiringkan kepalanya, senyumnya menyungging sedikit dan hanya sepersekian detik. Perlahan pemuda itu menarik Fla kembali duduk di sebelahnya, dan gadis itu pun dengan ragu duduk di sana. Matanya menatap ke tangannya yang tidak dilepas oleh Helqi.

"Nah. Cewek pinter." Helqi menyeringai. "Gak usah mikirin kakak aku yang bego itu lagi, deh!"

Fla yang tadinya mau marah-marah karena kedatangan Helqi yang cuma mau mengejeknya malah jadi tertawa. Cowok ini memang gak beres kayaknya. Aneh banget. Dan entah kenapa Fla juga semakin merasa setuju bahwa Haikal bodoh. Atau dia yang bodoh? Kalau Haikal memang menyukainya, bukankah tidak perlu waktu lama untuk langsung menyatakan cinta?

"Aku deh, kayaknya yang bego." Fla berhenti tertawa dan menunduk lemas. Gerakan mengguncang pelang tangannya yang masih digenggam Helqi membuatnya menoleh pada pemuda itu, agak mendongak karena pemuda itu sama-sama jerapahnya dengan Haikal.

"Kayaknya, siapa pun bakal ge-er kalau diperlakukan kayak gitu." Helqi menatap biji mata Fla tanpa ragu.

"Tapi aku tetep bodoh juga, sih." Fla memalingkan wajahnya karena mendadak ia grogi dilihat begitu oleh Helqi. Ia menggoyang-goyangkan kakinya yang sedikit menggantung di kursi batu itu. "Kalau memang suka, bukannya dia bakal nyatain? Kalau memang suka, harusnya dia udah bikin aku jadi pacarnya. Kalau  aku bukan cadangannya, harusnya dia langsung minta aku jadi pacarnya sejak awal. Kenapa harus nunggu lama? Kenapa aku harus sampai bertanya-tanya apa Haikal suka sama aku juga atau enggak?"

Fla menoleh, dan tersenyum lemah.

"Harusnya aku yang ngejauh duluan, kan. Kalau suka gak akan bikin bingung."

Mendadak ia merasakan jemarinya digerakkan oleh Helqi, yang tadinya pemuda itu hanya menggenggam tanganya, kini jemari pemuda itu menyusup mengisi sela-sela jemarinya dengan erat. Desiran halus mendadak menghampiri Fla.

"Kalau aku gimana?" Pemuda itu menatapnya, kini dengan tatapan lembut yang belum pernah Fla lihat sebelumnya. "Apa aku bikin bingung kamu?"

Eh...

"... em... maksudnya?" Fla tergagap kaget.

"Aku gak mau bikin kamu bingung," jawab Helqi. "Aku suka kamu."

Way Back to YouWhere stories live. Discover now