XLI

3 0 0
                                    

"Ini adalah kisah cinta paling ajaib yang pernah kudenger sepanjang hidup."

Reyhan menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mengaduk-aduk mi goreng di hadapannya, lengkap dengan dua telur ceplok. Fla hanya tertawa mendengar Reyhan. Pemuda itu tidak sadar bahwa dirinya sendiri juga termasuk keajaiban dalam cerita. Mantan pacar yang sudah lima tahun berhubungan, dan hampir setahun tidak berhubungan setelah putus, kini menjadi tempat curhat.

"Jadi sejak kapan dia suka sama kamu?" Reyhan meneguk air minumnya.

"Gak tahu." Fla tertawa lagi. "Katanya kalau aku udah sering mikirin dia baru dia bakal kasih tau."

"Idiiih! Percaya diri banget!" Reyhan terbahak. "Emang kamu bakal suka sama dia? Bukannya dia galak, jutek, dingin... apalagi?"

"Songong." Fla menelan seblaknya sebelum bicara. Tapi alih-alih menjawab pertanyaan Reyhan, ia terus melahap semangkuk seblak di hadapannya dengan semangat.

Reyhan menghentikan acara makannya dan menatap Fla dengan alis mengangkat sebelah... atau setidaknya Reyhan mencoba mengangkat sebelah alisnya walau gagal. Fla sibuk melap bibir dan puncak hidungnya dengan tissue karena seblak itu membuatnya berkeringat. Di bawah meja Reyhan dengan gemas menyenggol kaki Fla.

"Apa?" Fla sibuk mengelap hidungnya dengan tissue tanpa menatap Reyhan.

"Emang kamu bakal suka sama dia?" Reyhan mengulang.

Fla menyedot ingusnya sambil tertawa.

"Re, tolong dong kalau nanya tuh liat sikon... hueeehh!" Fla mengibas-ngibaskan tangan di depan wajahnya. "Seblaknya kepedesan banget, deh! Kayanya si A Mono salah denger tadi. Level 3 bukan level iblis."

Reyhan segera menyodorkan minumnya setelah Fla menenggak minumannya sendiri sampai habis. Setelah Fla menghabiskan minumnya juga Reyhan masih tetap diam, menunggu jawaban Fla. Gadis itu menghentikan makannya, dan dengan hidung merah ia menatap Reyhan. Malu? Biarin, deh! Reyhan sudah bersamanya selama lima tahun, hidung merah berair itu bukan apa-apa. Sudah berapa kali Reyhan melihatnya menangis dari mulai menangis cantik sampai menangis sampai lendir di hidungnya belepotan.

"Gak tahu, Re..." Fla akhirnya menjawab. Ia memang sedikit kepikiran. Entah karena penasaran atau memang Helqi sudah mulai merasuki pikirannya. Yang jelas, setelah ia sembuh dari sakit ia belum bertemu lagi dengan Helqi. Dan hari ini beredar berita Haikal dan Andah lagi-lagi putus. Sepulang sekolah, Fla menghindari Haikal karena ia tidak ingin lagi ikut campur urusannya dengan Andah.

"Inget ya, La. Kalau bikin bingung..."

"Dia kan gak bikin aku bingung, Re." Fla memotong. "Maksudnya, aku bukan bingung dia suka gak sama aku. Aku malah bingung, gak yakin apa aku emang suka sama dia, atau..."

"Atau kamu suka sama dia cuma karena kamu suka sama Haikal?" Reyhan melengkapi kalimat Fla dengan cepat. "Nah... maksudnya, kalau kamu bingung ya udah tinggalin aja."

***

"KETANGKEP!"

"KYAH!"

Fla menjerit kaget ketika ia tiba-tiba dihadang di depan cermin di koridor piket sekolah. Jantungnya berdetak kencang sementara yang bikin onar tertawa terpingkal-pingkal. Fla dengan segera memburunya dengan serangan cubitan. Yang dicubit kesakitan dan minta ampun tapi tetap tertawa.

"Apaan?" Fla bertanya galak sambil terus berjalan menelusuri selasar ruang guru.

"Dih! Kok galak? Tapi bagus, deh! Udah bener-bener sembuh berarti." Haikal mengikuti langkah Fla sambil menenteng helmnya. "Kemarin kok udah ngilang dari kelas? Mana aku chat gak dibales-bales."

"Aku kan les," jawab Fla sambil berbelok ke arah kelasnya.

"Kan biasanya juga aku anter." Haikal mulai mengeluarkan nada bicara yang sedikit merajuk.

"Aku gak mau ya, dituduh pelakor! Sana, sana! Jangan deket, deket!" Fla menjulurkan lidahnya. Pura-pura tidak tahu adalah jalan ninjanya.

"Ih! Aku udah putus yaaa!" Haikal mengejek balik.

"Halah! Palingan juga nanti balik." Fla mendecak sambil tertawa sinis.

"Gak akan!" Haikal tertawa.

"Hm. Iya aja." Fla meneruskan langkah melewati perpustakaan tetapi tiba-tiba Haikal memotong langkahnya. Fla kaget dan menghentikan langkahnya, ia mendongak menatap Haikal yang kini nyaris tanpa jarak. Otomatis ia mundur tapi Haikal menangkap lengannya dengan cepat.

"Aku gak akan balik sama dia." Haikal berucap lembut sambil menatap mata Fla. "Gak akan pernah balikan lagi."

Fla tertegun. Tatapan mata Haikal mantap dan terlihat penuh tekad. Ia tidak tahu apa yang terjadi di antara Haikal dan Helqi setelah mereka berdua pulang ke rumah di hari Fla sakit. Apakah pada akhirnya mereka berdua membicarakan Fla? Apakah Helqi mengatakan pada Haikal kalau dia menyukai Fla? Atau malah sebaliknya? Makanya Haikal bisa dengan tanpa ragu terus mendekatinya?

"Fla..." Haikal berdeham pelan. "Cuma kamu di hati aku."

Way Back to YouWhere stories live. Discover now