XV

23 0 0
                                    

"Hey!"

Fla menolehkan kepalanya ke kiri lalu berputar ke kanan karena si penyapa berjalan memutar ke hadapannya. Di hadapannya berdiri Reyhan yang tersenyum padanya sambil mengunyah sesuatu, mungkin permen karet atau permen yupi. Fla yang sedang duduk menunggu pesanan makanannya di kantin jelas kaget. Dia belum terbiasa dengan kehadiran Reyhan di bimbelnya.

"Hey! Kok udah dateng aja?" Tanya Fla sambil mendongakan kepalanya menatap Reyhan.

"Sekolahku kan, deket!" Dia nyengir. "Kamu sendiri kok udah dateng aja? Sekolah kamu kan jauh dari sini."

"Aku kan anak IPS, biasanya ada hari-hari anak IPS pulang lebih awal." Fla nyengir balik.

"Cowok kamu enggak nganter?" Reyhan kini duduk di sebelahnya dengan santai.

"Pertama, bukan cowokku. Kedua, dia anak IPA, hari ini pulangnya lebih lama." Fla tergelak.

"Masa bukan cowok kamu? Kalian kayak pacaran waktu itu." Reyhan mengernyitkan keningnya.

"Cieeeee... merhatiin!" Fla menyenggol kaki Reyhan dengan kakinya. Dia kaget sendiri, bisa juga dia bersikap pura-pura tenang padahal hatinya mulai berdebar tidak keruan.

"Yeee keliatan kaliii!" Reyhan balas menyenggol kakinya sambil tertawa. "Aku seneng."

"Apa?" Fla mendongak karena pada saat itu seblak pesanannya sudah datang. Ia segera membalikkan tubuhnya menghadap meja, diikuti Reyhan.

"Duuuh, kamu tuh dari dulu gak berubah, makan pedesnya kaya orang gak punya lambung!" Reyhan tertawa melihat mangkok seblak Fla yang warnanya merah membara. Fla jelas ikutan tertawa juga sambil menyantap makanannya.

"Gak pedes, gak enak." Fla mengambil tissue di atas meja dan mengelap bibirnya. Reyhan dengan sigap membantunya dan sekalian juga dia memesankan air mineral dingin dari penjaga kantin.

"Kebiasaannya masih sama, kan? Abis makan selalu minum air mineral, bukan minuman manis?" Reyhan menerima botol air mineral berembun yang diberikan si penjaga kantin dan membuka tutupnya.

"Masih." Fla berterimakasih ketika Reyhan menyimpan botol minum itu di depannya dan segera menenggaknya puas. "Kamu kenapa recokin aku di sini?"

"Duh, sakit hati dibilang ngerecokin." Reyhan memegang dadanya seakan-akan baru titembah busur panah.

"Abisnya tumben, biasanya kan kamu suka bareng temen. Minimal satu." Fla tertawa sambil terus melanjutkan makannya. Fla tidak begitu lapar, bahkan perutnya mulai mulas ketika Reyhan mulai bergabung dengannya. Tetapi ini adalah caranya untuk tidak salah tingkah, menyalurkan kegrogiannya dengan menggerakkan tangannya menyuap makanan. Sudah lebih dari enam bulan mereka tidak bertemu atau mengobrol.

"Yang ikut bimbel di sekolah aku emang ada satu lagi, tapi dia kelas reguler. Gak begitu deket juga." Reyhan menopang dagunya di atas tangan.

"Am I the last resort?" Fla memicingkan matanya.

"Nope. You're the first. Tapi kemarin kan lagi sama cowoknya." Goda Reyhan.

Lalu mereka berbincang seru, membahas ini dan itu. Kecanggungan mulai sirna dan Fla mulai nyaman berbicara lagi dengannya tanpa harus menyalurkan rasa groginya pada objek lain. Sampai kantin tak terasa mulai penuh dan tanpa sadar ternyata bel masuk mulai berbunyi. Mereka berdiri, mengambil botol minum di meja, lalu berjalan menuju kelas masing-masing. Sebelum Reyhan masuk ke kelasnya, dia menoleh dan tersenyum menatap Fla.

"Aku beneran seneng kita bisa ketemu dan ngobrol lagi kayak biasa. Jangan jadi orang asing ya, La."

Fla tersenyum manis.

Way Back to YouWhere stories live. Discover now