44. Empatpuluh empat

3.6K 369 15
                                    

"Cara pakek nya gimana?"

"Berat nya berapa kilo?"

"Kenapa ukurannya besar, panjang lagi,"

Marvel memegang mantap senapan laras panjang kesayangan Wilder, hari ini bungsunya James meminta sebuah permintaan kepada kakak sepupunya itu untuk merasakan bagaimana menembak menggunakan senapan laras kesayangan pemuda itu. Dan berakhir dengan berat hati putra tunggal Jacob itu hanya menyetujui saja. Karena memang dirinya langsung yang turun untuk mengawasi setan kecil itu. Sang tuan anak tak lain adalah James juga ikut mengawasi anak nya namun pria itu hanya duduk di teras belakang Mansion sembari menyesap cocktail nya, itung itung bersantai sembari menikmati suasana pagi menjelang siang.

"Luruskan pandangan mu ke arah objek yang akan kau tembak," Wilder mengarahkan arah badan si bungsu tepat ke arah hutan rimbun di belakang Mansion. Anak itu mengangguk tangan nya juga mulai menggenggam mantap badan laras panjang itu.

"Tarik pelatuk nya perlahan dengan pandangan terus bergerak berfokus pada titik yang akan kau tembak. Ingat fokus," Marvel tak menyahut anak itu mulai fokus pada titik objek yang akan ia tembak, tak muluk muluk. Objek nya hanya sebuah pohon besar tepat di hutan. Matanya menyipit guna melihat apakah arah senapan nya sudah benar dan pas.

Dorr...

Tembakan satu peluru tepat sasaran mengenal sebuah dahan pohon itu hingga dahan itu terjatuh ke tanah. Nampaknya juga anak itu masih belum usai bermain dengan benda kesayangan kakaknya itu. Anak itu kembali mencoba menembak ke arah lain, Wilder sendiri hanya diam memperhatikan.

Dorr...

"Arghhh..." Pendengaran tajam Wilder menangkap suara yang begitu kecil dan teredam tepat saat Marvel melepaskan peluru keduanya. Wilder segera merampas senapan nya di tangan Marvel, tak mengucapkan apa apa pemuda itu langsung berlari ke arah tempat di mana dia menembak tadi. Marvel terkesiap karena tingkah tiba-tiba Wilder, anak itu menatap penasaran punggung tegap Wilder yang mulai menjauh dari nya.

Suara grusuh di hutan itu membuat Marvel tak tenang, sebenarnya ada apa dengan kakaknya itu, langkah nya ia bawa mendekati hutan itu namun badannya lebih dulu di angkat seseorang. "Daddy turun, aku mau liat kakak." Berusaha menjauhkan tangan besar James yang menutup mata nya.

"Diam! Sekarang waktunya istirahat," James berkata sedikit membentak membuat Marvel terdiam, berusaha mencari celah untuk mengintip apa yang Wilder lakukan di semak semak rumput yang tingginya sebatas pinggang orang dewasa itu.

"Daddy apa aku tadi salah tembak?" pertanyaannya tidak James jawab sama sekali, pada akhirnya Marvel hanya memilih bungkam menaruh kepala nya di bahu lebar James. Helaan nafas berat ia keluarkan tanda jika dirinya belum puas karena pertanyaannya tak dijawab sang Daddy sama sekali.

"Tidur," Marvel menggeleng kuat mendengar titahan James. Anak itu tidak ingin tidur semarang, ia masih penasaran dengan Wilder. Mencoba bangkit dari atas kasur namun lengan James kembali menahan badan nya lalu dengan paksa pria itu membaringkan badan si bungsu.

"Tidak Dad! Aku ingin melihat kakak~" Rengeknya, Anak itu memberontak berusaha menyingkirkan lengan James. Marvel sangat geram dengan Daddy nya itu, anak itu membelakangi James berusaha memberikan jarak antara dirinya dan sang Ayah. Namun James dengan santai menarik pinggang ramping sang anak hingga pria itu kembali mendekap erat badan si bungsu.

"Berhenti menangis dan tidur," James menyembunyikan wajah anak nya di dada nya, hingga dadanya semakin terasa basah karena sang empunya menangis. James membuka matanya saat di rasa isakan kecil itu tidak terdengar lagi. Pria itu mengganti posisi nya menjadi duduk, di usapnya lembut peluh keringat sang anak.

MARVELO ANDROMEDESWhere stories live. Discover now