22. Duapuluh dua

8.6K 812 26
                                    

Hari ini juga Archie kembali dari rumah sakit. Namun bukan nya merasa tenang dan baikan, gadis itu justru selalu menahan amarah saat melihat Marvel yang tampak sangat di manja oleh James dan ketiga putra nya. Apalagi saat ini mereka tengah berkumpul di ruang tengah. Marvel duduk di pangkuan James sedangkan dirinya duduk sendirian di sofa single, dan lagi saat dari rumah sakit dirinya malah di gendong oleh Kim, bukan James ataupun ketiga kakaknya.

"Daddy," Panggil Archie, namun James hanya berdehem singkat menanggapi ucapan gadis itu. Pria itu sibuk dengan laptopnya dengan tangan kanannya yang sibuk mengelus punggung sempit si bungsu. Tak menyerah, Archie terus berusaha memanggil James. "Dad, Chie mau di pangku juga," ucap gadis dengan tatapan sesendu mungkin.

"Daddy!!" Pekik anak itu terus menerus, hingga dengan kasar James menutup kasar laptopnya. Netra legam milik pria itu menajam saat itu juga, aura penekanan yang begitu terasa di sekitar mereka kian menyatu membuat Archie bergetar ketakutan tanpa sadar.

"Dad, mau itu." Cicit si bungsu dengan tangan yang menunjuk ke arah secangkir kopi susu milik sang Ayah. James langsung memberikan cangkir itu pada si bungsu. Tangan nya tak langsung terlepas dari gelas itu, namun telapak tangannya menahan ujung gelas itu agar tak terjatuh saat si bungsu memegang nya. "Enak!" Seru si bungsu. James mengambil tissue basah di atas meja, lalu mengelap bibir si bungsu dengan lembut.

"Urus dia," James berujar ke arah tiga putra nya dengan tatapan menuntun ke arah Archie. Namun justru Enigma lebih dulu meninggalkan ruang tengah dengan menenteng laptop milik nya, lalu tak lama Imanuel juga ikut menyusul, dan terakhir Alpha yang pergi ke luar Mansion entah kemana. Meninggalkan Archie dan Kim di ruang tengah.

"Permisi Nona, tapi saya harus mengambil kan Susu Tuan kecil," Kim berujar enteng dengan muka datar nya. Pria datar itu segera pergi ke dapur. Archie yang melihat kepergian mereka semua tampak langsung mengepalkan tangannya, gadis itu membanting tongkat nya ke sembarangan arah. Gadis itu juga menjambak rambutnya sendiri karena merasa sungguh kesal. Mata nya memanas dan terus menerus membuat rasa kebencian di hati nya. Hingga rasa benci itu menumpuk hingga gadis itu memiliki pikiran untuk menyingkirkan Marvel yang selalu saja menghalangi jalan nya.

Marvel memeluk erat perut kotak-kotak sang Ayah. Kepalanya ia taruh di atas paha James. James, pria itu sendiri kembali sibuk dengan laptopnya. Bukan karena apa, namun karena penjualan sengaja ilegal nya kini hilang di tengah jalan menuju tempat klien. Namun walau sedang sibuk, pria itu selalu melirik ke arah si bungsu yang tampak menutup mata walaupun anak itu belum tertidur.

"Mengapa belum tidur? Ini sudah larut malam, besok juga harus sekolah kan," James menutup laptopnya lalu beralih pada bungsu nya sepenuhnya. Bisa dirinya tangkap saat netra ice blue itu terbuka sedikit namun kembali tertutup saat anak itu tau jika sang Ayah tengah memperhatikan nya.

"Daddy tuh gak tau, ish. Aku itu mau minum susu dulu sebelum tidur," Si bungsu akhirnya membuka matanya dengan menatap garang sang Ayah. Namun James justru memberi nya seribu kecupan karena terlampau gemas dengan si bungsu nya. Entah mengapa bungsu nya ini sangat mewariskan bentuk fitur wajah dan kelembutan seperti mendiang sang istri. Bahkan sedikit demi sedikit ia tau jika si bungsu nya mewarisi hampir tujuh puluh persen sifatnya. Lalu sisanya semua nya adalah sifat mendiang sang istri yang menurun pada putra keempatnya itu.

Tangan kekarnya menangkup wajah si bungsu, hingga wajah mereka berdua berdekatan. Si bungsu nampak menatap nya polos sedangkan James menatap sang anak cukup dalam apalagi kelereng legam milik James nampak menyorot sosok kesayangan nya yang tepat di depan matanya. Hembusan nafas hangat dari James membuat kelopak mata itu semakin mengerjap polos. "Minum susu daddy saja. Dad, juga memiliki buah dada namun rata, tak masalah bukan--"

"Daddy!! Gajelas!" Pekik si bungsu yang langsung memukul perut James kuat namun yang terdengar hanyalah sebuah tawa berat James yang mengudara. Membuat bibir preach itu bertambah mencebik kesal. Ia kira James akan kesakitan namun pria itu justru tertawa lepas.

MARVELO ANDROMEDESWhere stories live. Discover now