45. Empat lima

2.6K 302 13
                                    

Senyum cerah yang begitu menawan sedari tadi pagi terus terpajang jelas di wajah manis bungsunya James. Seluruh keluarga nya tampak mengernyit bingung melihat senyum itu, bukan karena mereka tak suka melihat senyum anak itu, namun mereka hanya bingung yang menjadi alasan anak itu tersenyum lebar karena apa.

"Ada apa honey? Kau terlihat bahagia sekali hari ini." Enigma yang memang sudah tak tahan untuk bertanya kini membuka suaranya sekaligus mewakili mereka semua dengan otak yang penuh pertanyaan. Marvel melemparkan senyum ke arah si sulung, dengan manja anak itu duduk di pangkuan si sulung membuat kakaknya itu tersenyum kecil. Lengan kekar itu melingkar apik di pinggang ramping si bungsu lalu bibir tebal mempesona itu mencuri kecupan singkat di bibir pink alami si bungsu.

Hingga lirikan tajam dari James dan kedua saudara nya di layangkan tepat di ke arah si sulung yang tampak hanya acuh tak acuh. Tangan besar Alpha tampak menyuapi salad buah ke mulut si bungsu yang di terima lahab oleh si bungsu. Sarapan pagi nampak tenang pagi ini.

"Apa yang membuatmu bahagia pagi ini?" James memeluk erat si bungsu saat anak itu akan bergerak turun dari pangkuannya, sarapan pagi tadi baru saja selesai dan kini mereka semua berkumpul di ruang tengah. James yang geram sendiri karena bungsunya selalu mengelak darinya bahkan Marvel selalu menempeli kakak-kakaknya sedangkan dirinya hanya tak di acuhkan oleh anaknya itu.

Plak!

"Daddy ngeselin! Awas, aku mau Jalan-jalan sama Kak Lodan," Pekik si bungsu setelah dengan santai tadi menampar wajah sang ayah. James menghela nafas kasar dengan reaksi yang bungsunya tunjukkan pada nya. Bahkan baru kali ini wajahnya di tampar, tangan besarnya menekan punggung si bungsu hingga wajah mereka berdua berdekatan. Nafas hangat James mengenai leher Marvel membuat anak itu refleks memejamkan matanya hingga beberapa kecupan mengenai kedua pipi berisi nya dan dahi nya. Perlahan kelopak mata kembar itu terbuka menampilkan netra sejernih ice yang bertubrukan tepat di netra legam dan tegas milik James.

"Maaf... Kau marah dengan Daddy karena hal apa? Katakan. Jadi kau mengatakannya maka aku akan memperbaiki nya," Intonasi tegas namun lembut itu mengalun di telinganya. Marvel melipat keduanya tangannya di depan dada, netra nya melengos menatap ke arah lain.

James menumpukan kepala nya di bahu si bungsu, pria itu memejamkan matanya sejenak sembari menghirup aroma menyegarkan mint dan Lavender dari si bungsu, jari jempol nya mengelus lembut pipi berisi si bungsu membuat perhatian sang anak meluruh pada nya. Senyum tipis ia tampilkan ke arah sang anak.

"Bungsuku yang manis ini marah pada ku, entah karena apa." James berbisik di telinga Marvel lalu pria itu mencuri kecupan di pipi Marvel. Hingga pipi berisi itu bersemu merah.

James mengerutkan dahi nya melihat pipi sang anak yang memerah itu."Wajah mu merah, kenapa?" James menyatukan dahi mereka namun dirinya tak merasakan hangat.

Marvel menggeleng pelan, anak itu mengecup pipi James. "Daddy aku mau jalan-jalan sama kak Lodan boleh," James mengangguk pria itu menyisir surai legam sang anak ke belakang.

"Pergilah, jangan terlalu lama." Marvel mengangguk.

"Ayo," Imanuel yang sudah siap dengan setelan kemeja nya kini mengandeng tangan yang lebih kecil. "Dad kami pergi," James mengangguk hingga pria itu memilih kembali masuk ke Mansion saat mobil yang di kendarai putra keduanya menghilang dari pekarangan Mansion. Masih banyak urusan yang harus ia urus saat ini. Apalagi masalah kantor yang menumpuk dan tidak bisa di tinggalkan.

****

Dua keturunan Andromedes saat ini tengah berada di akuarium besar yang ada di kota seberang. Si bungsu sendiri tampak sudah terhanyut melihat akuarium besar di depan mereka saat ini. Dimana beberapa biota laut dengan air kebiruan tampak menyatu di dalam kaca tebal nan besar itu. Ada banyak pengunjung lain juga yang berada di sana. Imanuel memeluk badan sang adik dari belakang lalu menumpu dagu nya di bahu sempit anak itu. Rasa rindu dengan sang adik kini tercipta jelas di dalam diri pemuda dua puluh tiga tahun itu. Sejak semalam mereka memang tidak bertemu karena pekerjaannya dan baru pagi ini dia bisa kembali dekat dengan sang adik.

MARVELO ANDROMEDESWhere stories live. Discover now