24. Duapuluh empat

6.6K 575 8
                                    

Dua hari yang lalu....

Kepulan asap yang berasal dari nikotin yang di hisap oleh seorang pemuda kini tampak mengudara di sebuah ruangan luas namun terkesan hampa. Ruangan yang diisi empat orang itu terlihat begitu tentram dan sunyi. Meja panjang yang berada di hadapan mereka nampak di penuhi berkas berkas dan juga tablet yang yang kini nampak menyala dengan sebuah berita di dalam nya.

Imanuel, pria yang tadi menghisap nikotin di bilah bibir nya. Kini menumpang kaki kanannya di atas kaki kiri. Netra legam yang senada dengan surai legam pemuda itu kini nampak fokus pada berita yang ada di layar tablet. Tak lain adalah berita di mana keluarga Naradipta tak lain adalah keluarga Zaidan yang membuat masalah dengan bungsu nya James hari itu, keluarga itu sedang dalam puncak kejayaan yang naik daun. Itu karena mereka telah menjalin kerja sama dengan perusahaan keluarga Andromedes yang kini perusahaan itu berada di bawah kendali Imanuel sepenuhnya. Bahkan keluarga Naradipta tak tau jika pemilik perusahaan yang sebenarnya itu adalah Imanuel sendiri. Namun pemuda itu memilih merahasiakan semuanya, dan mengatakan pada publik jika perusahaan itu adalah milik Trex, pengawal pribadinya. Tangan nya terulur meraih tablet itu lalu membanting nya ke lantai hingga hancur. Tak ada raut lain di wajah itu, hanya ada datar tanpa minat.

"Tunggu apa lagi, hancurkan mereka." Suara Alpha terdengar penuh penekanan. Pemuda itu menatap lurus ke arah kakak keduanya, lalu beralih pada berkas berkas di atas meja. Dirinya menyeringai setan melihat dokumen kerja sama antar perusahaan dan lagi. Perusahaan asing itu nampak terlihat jelas jika membutuhkan saham dari perusahaan keluarga Andromedes.

James dan Enigma hanya diam dengan situasi saat ini. Mereka memang merasa geram. Namun untuk saat ini sudah waktunya, putra kedua James itu turun tangan sendiri. Bukan karena Imanuel tak mampu, namun mereka hanya ingin. Sosok pemberontakan dari Imanuel keluar dari permukaan, setelah sekian lama terpendam.

Imanuel menyatukan jari nya, netra nya bergulir menatap sang ayah dan kedua saudara nya. Pemuda itu menjatuhkan nikotin yang sedari tadi diapit di sela sela jari nya. Lalu menginjak benda berasap itu hingga hancur. Imanuel tetap membiarkan tatapan James dan Enigma teralih pada nya. Lalu penuturan Alpha yang masih mengudara karena belum mendapatkan jawabannya. Pemuda itu memilih menatap ponsel nya yang kini menampilkan suasana kamar si bungsu yang nampak begitu damai dan memenangkan. Pikiran nya hanya tertuju pada si bungsu, netra legam nya terus menerus menatap dalam wajah damai Marvel. Membuat kilasan pikiran nya kembali tertuju pada pembalasan dendam.

"Mereka yang menyakitimu, akan hancur saat itu juga," Intuisi dari Imanuel membuat James tersenyum angkuh. Pria itu berdiri dari duduk nya lalu berjalan angkuh menghampiri Imanuel. Di tepuk nya pundak sang anak tengah. Membuat Imanuel kontan menoleh sekilas ke arah sang Ayah lalu kembali fokus pada layar ponsel nya. Prinsipnya 'yang menyakiti kesayangan nya. Harus binasa saat itu juga'

"Pastikan, Marvel tak menemui ku satu hari ke depan," Imanuel kembali berujar. Bisa ia lihat Netra legam kedua saudara nya menyetujui ucapan nya. Enigma memutar badan nya di kursi yang ia duduki. Netra nya nampak menatap lekat ke arah kaca ruangan yang kini menampilkan suasana malam yang memukau.

****

Marvel menyandarkan kepalanya di bahu lebar James. Entah mengapa pagi ini badan nya terasa lemas dan malas. Bahkan Mood nya kembali rusak sejak tadi terbangun saat subuh tadi dan sampai pagi dirinya tak bisa tidur lagi. James menempelkan punggung tangannya ke dahi si bungsu, namun pria itu tak merasakan panas pada si bungsu dan lagi wajah bungsu nya itu akan memerah saat sakit. Namun saat ini tidak. Di angkat nya badan si bungsu ke pangkuannya. "Hey, ada apa dengan mu, hm?" James menunduk lalu menempelkan keningnya di dahi si bungsu. Pria itu juga mengecup singkat bibir si bungsu.

MARVELO ANDROMEDESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang