Bagian 18

15.6K 1.2K 121
                                    

🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 🦋

Sepulang dari ndalem sembari membawa paper bag yang Zaman berikan. Mahika nampak lebih ceria. Dia berjalan mengayunkan paper bagnya menuju kamar asramanya.

Namun, ketika hendak menaiki tangga. Mahika tidak sengaja mendengar obrolan anak asrama lantai bawah. Mahika diam menguping pembicaraan itu.

"Kayaknya Mahika itu lagi berusaha deketin Gus Zaman. Mentang-mentang dia keluarganya Gus Zaman jadi seenaknya masuk ke ndalem. Padahal mah kalau santri di pesantren ya santri aja. Nggak usah sok jadi keluarga inti."

"Nah iya. Kyai juga jadi kebawa negatif. Buktinya waktu itu Mahika dibela. Dia nggak jadi dihukum padahal udah jelas-jelas dia surat-suratan sama Dewan."

"Pasti Mahika yang caper ke keluarga ndalem. Ngemis perhatian tuh anak," sahut yang lainnya.

"Geli banget ngeliatnya. Cantik kagak tapi gatelnya kemana-mana. Mungkin dia pikir kalau Gus Zaman bakal suka sama dia."

Terdengar mereka tertawa terbahak-bahak.

"Yang sehat akal pasti bisa nebak kalau Gus Zaman nggak akan mungkin suka. Nilainya selalu jelek, bandel, keluarganya nggak jelas dalam artian nggak baik. Iyalah kalau cantik. Boro-boro, cantikan juga aku."

Mahika menghentakkan kakinya dan berjalan menuju teras bawah. Mahika langsung menarik hijab gadis yang bicara terakhir. Mereka kontan terkejut. Ada empat orang yang tadi menggosipinya.

"Ngomong apa tadi, ha? Bicara depan mukaku, monyet!"

"Lepasin hijabku, Mahika. Aku aduin ke ustadzah kalau kamu nggak mau lepasin hijabku!"

Alih-alih menurut. Mahika justru semakin menarik keras hijab anak itu sampai penitinya lepas. Baru Mahika melepas tangannya.

"Kurang ajar mulutnya. Udah pernah pake lipstik cabe belum? Mau aku masukin seratus cabe rawit ke mulutmu, ha?!"

Salah satu dari mereka mendorong bahu Mahika.

"Sok jago banget. Nggak sopan narik jilbab orang. Kita masih satu angkatan, nggak usah sok jago," katanya.

Mahika balas mendorong bahu anak itu.

"Yang mulutnya bau nggak diajak. Jauh-jauh sana. Mau ditarik juga jilbabnya, ha?" tantang Mahika.

Terlanjur kesal. Orang pertama yang Mahika tarik jilbabnya tadi seketika berdiri dan balas menarik jilbab Mahika.

Mahika emosi. Dia kembali menarik jilbab anak itu. Anak asrama lain justru sibuk menonton ketika Mahika dan anak itu tarik-tarikan jilbab. Bahkan anggota yang menggosip tadi ikut diam menonton.

Teman-teman Mahika dari lantai dua seketika turun ketika mendengar anak-anak heboh mengatakan Mahika bertengkar dengan anak kamar bawah.

Zihan yang melihatnya langsung melerai keduanya. Tapi tidak bisa.

"Lepasin, Mahika. Kamu nggak ada sopan-sopannya. Lepasin hijabku! Mahika lepasin!"

"Nggak akan. Ngapain kamu ngomong kayak tadi, ha?! Sopan gitu bilang kalau aku caper? Sampai jelek-jelekin keluargaku. Maksudnya apa, ha?!"

"Kamu emang caper. Keluargamu juga nggak jelas. Aku nggak salah ngom---- ARGHK."

Anak itu berteriak histeris ketika mukanya tiba-tiba dicakar oleh Mahika. Zihan dan anak asrama yang berada di sana menutup mulut ketika melihat muka santriwati yang bertengkar dengan Mahika, berdarah karena cakarannya.

Zaman Omair (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now