Bagian 04

17.6K 1K 248
                                    

🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ  🦋

Suara Zihan membuat Zaman dan Mahika menoleh serempak. Mata Mahika membulat pun dengan Zaman yang sudah panik. Alih-alih bicara dan bertanya kenapa Zaman berada di sana. Zihan justru menghampiri Mahika.

"Kedapatan lagi? Ampun dah. Siap-siap nanti dihukum Gus Zaman!"

Akhirnya Mahika menghela napas lega. Ia pikir Zihan akan curiga.

"Zihan, kenapa masih diam? Bel sudah berbunyi, kan?"

Zihan mengangguk. Dia menarik tangan Mahika dan lari dari hadapan Zaman.

"Siap-siap dihukum Gus Zaman lagi. Belum soal yang di pondok, kamu ngelawan ucapan Gus Zaman. Jadi, hukuman mu ada 2. Rasain!"

Mahika menoleh pada Zihan yang terus menarik tangannya.

"Curiga dong sama hubungan ku dan Gus Zaman. Ayo curiga!"

Langkah Zihan lantas terhenti. Keningnya mengernyit. Kemudian dia meludah ke sebelah kiri.

"Curiga apaan? Gus Zaman suka sama kamu?" Zihan tertawa, "Tau sih kalau kamu suka sama Gus Zaman. Tapi ya kira-kira Mahika. Gus Zaman itu anak yang punya pesantren ini. Istri mereka juga harus dari kalangan seperti mereka. Mending kamu terima noh cintanya si Om Burhan. Lebih berguna."

Setelah mengatakan itu, Zihan kembali menarik tangan Mahika untuk segera masuk ke dalam kelas.

Teman-temannya benar-benar tidak percaya. Sebenarnya bagus juga mereka tidak curiga. Tapi apakah Mahika tidak sepantas itu untuk Zaman, sampai-sampai teman-temannya lebih memilih Zaman dengan Fatimah. Ya, walaupun pemikiran teman-temannya logis. Mana ada Gus nikah sama Santriwati bandel. Tapi kan itu bukan mustahil. Misalnya Mahika dan Zaman.

Saat keduanya berjalan buru-buru di koridor. Tiba-tiba saja salah satu santri lewat. Zihan langsung mendengus saat laki-laki itu memanggil namanya.

"Zihan, besok usahakan dihukum lagi ya. Biar kita ketemu lagi di pondok."

"DEWAN DOG! berani lo ledekin gue. Gue laporin ke ustadzah!"

"Nggak takut. Hahaha. Mukanya jelek banget kalau marah."

"Dia emang jelek, Dewan. Soalnya setiap hari kerjaannya marah. Makanya jelek terus," imbuh Mahika.

"Lo pergi nggak! Gue bunuh lo kalau masih ngejekin gue!" Ancam Zihan.

"Bunuh dong. Gantung aku di pohon cabe, gadis darah tinggi. Ayo gantung," ledek Dewan.

Zihan langsung melepas sandalnya dan mengambilnya lalu bersiap-siap melempar sandal itu ke Dewan. Beruntung Dewan langsung kabur hingga sandal Zihan tidak sampai padanya.

"DEWAN DOG! AMBIL SANDAL GU----"

"HEH!" tegur seorang santriwati senior.

Zihan memutar bola mata malas. Dia berlari mengambil sandalnya. Lalu menarik tangan Mahika untuk segera pergi dari sana.

***

Malam Jum'at biasanya pesantren mengadakan acara tabligh. Dimulai setelah habis isya. Akan ada banyak kegiatan di sana. Dan biasanya, acara seperti ini menjadi modus untuk beberapa santri yang diam-diam berhubungan dengan santri lain.

Sudah banyak sekali yang kedapatan santri mengirim surat kepada Santriwati. Jika sampai kedapatan, hukumannya benar-benar memalukan.

Bayangkan jika kamu kedapatan berpacaran, maka ustadz dan ustadzah asrama akan mengambil tindakan di mana kedua orang ini akan disuruh keliling pesantren menggunakan Sorong. Lalu, semua santri akan menonton dan menyoraki. Malunya sampai punya anak ini mah. Hahaha.

Zaman Omair (SUDAH TERBIT)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu