Bagian 05

17.1K 1.2K 260
                                    

🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ  🦋

Sore hari ketika semua santriwati sibuk dengan aktivitas masing-masing. Mahika justru duduk melamun di bawah pohon belimbing samping asrama. Dia menopang dagunya dan mendengus beberapa kali.

Mahika bingung harus apa. Neneknya sama sekali tidak bisa dihubungi, sedangkan uang sakunya sudah menipis. Mahika mendengus lagi. Kemudian dia menatap ke atas di mana Riri menjatuhkan belimbing kecil dari atas hingga mengenai kepala Mahika.

"Kepalaku, Riri! Jangan ngajak adu jotos ya. Aku lagi pusing nih!"

Riri buru-buru turun karena dari atas, dia bisa melihat ustadzah asrama yang hendak berjalan menuju asrama. Riri melompat dan segera jongkok di hadapan Mahika.

"Uang jajanku bulan ini, bulan depan, dan bulan depannya udah dikirim sama Mama. Katanya takut kalau Riri kekurangan jajan. Kamu pake aja uangku. Nanti kalau nenek udah kirim, baru deh ganti."

Wajah Riri nampak mengerut saat menggigit belimbing yang ia gigit.

"Masalahnya bukan itu, Ri. Nenek biasanya nggak telat ngirim uang. Kenapa sekarang malah telat. Nggak ada kabar pula."

Mahika mendengus. Dia berdiri dari tempat duduknya.

"Aku ke ndalem dulu. Mau nanya nyai apa ada telfon dari nenek."

"Ikut dong. Mau lihat kondisi Gus Zaman."

Kening Mahika mengernyit.

"Gus Zaman nggak kenapa-kenapa. Ngapain pake periksa segala?" Nada bicara Mahika sudah mulai terdengar ketus.

Riri menyengir. Kemudian dia menjawab.

"Soalnya kemarin Kak Fatimah kan sakit. Jadi, Gus Zaman pasti khawatir. Mana tahu Gus Zaman mau nanya soal kak Fatimah ke aku."

Mahika membuang napas kasar. Dia memutar bola mata malas. Ingin marah dan memukul kepala Riri, tapi tadi Riri sudah baik hati menawarkan uang jajan padanya. Niatnya urung.

"Jangan ikut! Aku pergi sendiri!" Mahika segera pergi dari berlari. Riri tidak mengejar.

Begitu sampai di ndalem. Mahika terkejut saat pintu rumah dibuka oleh Zaman. Dan saat itu Zaman menarik tangannya hingga Mahika masuk.

"Sore-sore ngapain ke ndalem?" tanya Zaman langsung.

Mahika menghela napas. Dia menjatuhkan pantatnya ke atas sofa empuk itu. Kemudian Mahika memijat pelipisnya.

"Kenapa? Pusing? Saya ambilkan obat ya."

Mahika menggeleng kepala.

"Mau minum?" tanya Zaman lagi.

Mahika menggeleng kepala.

"Mau dicium lagi?"

Mahika kontan menatap Zaman. Dia mendengus dan menyodorkan pipinya.

"Bukan itu sih. Tapi boleh deh."

Zaman tertawa melihat ekspresi Mahika. Dia mencium pipi gadis itu dan kembali bertanya kepada Mahika.

"Mau apa lagi? Makan?"

Mahika menggeleng.

Zaman buntu. Dia tidak tahu apa yang gadis ini inginkan. Kemudian, Zaman bertanya untuk terakhir kalinya.

"Mau dibantu ngerjain tugas? Atau mau uang?"

"Nah itu dia." Mahika tersenyum lebar.

"Bantu ngerjain tugas?" tanya Zaman.

Zaman Omair (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now