Bagian 11

17.8K 1K 236
                                    

🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ  🦋

"Gus nuduh Mahika mesum? Maksudnya Mahika genit gitu? Berarti maksudnya Gus nuduh Mahika tega gitu ngerusak cowok? Astagfirullah."

Zaman langsung menepikan mobil. Lalu berhenti. Dia menghadap ke arah Mahika.

"Nggak gitu, sayang. Aku nggak ngomong kalau Mahika genit. Kan cuma bercanda," kata Zaman sembari mengusap tangan Mahika.

Gadis itu memutar bola mata malas. Dia memasang ekspresi marah.

"Kita mau jalan-jalan kan. Masa mukanya seperti itu."

"Salah Gus sendiri ngomong kayak tadi," jawab Mahika.

"Ya sudah, aku minta maaf ya Mahika yang baik. Lain kali nggak akan bilang seperti itu lagi." Zaman mencium punggung tangan Mahika. "Maaf ya, istrinya Zaman. Maaf ya."

Mahika menatap sinis pada Zaman.

"Sudah dimaafin kan?" tanyanya.

"Cium lima kali baru dimaafin sama Mahika."

Zaman terkekeh.

Dia beralih mencium pipi Mahika.

"Sepuluh kali saja ya," kata Zaman.

Mahika tertawa geli saat Zaman menggigit pipinya.

Mereka kembali melanjutkan perjalanan. Hingga mobil menepi dan memarkir tepat di sebuah restoran yang tidak terlalu ramai. Mahika turun lebih dulu. Dia melompat ke kanan ke kiri saking riangnya sebab ini pertama kali ia pergi berdua dengan Zaman.

Ketika Zaman hendak menyusul. Ia terkejut melihat baju Mahika.

"Kita balik. Nanti saja ke restorannya." Zaman memegang kedua bahu Mahika.

"Kok nggak jadi? Kenapa? Ih lepasin. Ngapain putar balik, Gus."

Mahika tidak mau bergerak dia menggeleng.

"Kita harus tetap ke sana. Mahika lapar, Gus Zaman!"

"Iya nanti kita akan ke sana. Tapi sekarang kita cari kamar mandi umum dulu. Kamu tembus, Mahika. Sedang mens kan? Darahnya tembus ke baju kamu."

Mahika terkejut. Dia berusaha memeriksa baju belakangnya. Dan benar saja. Baju berwarna cream itu sudah menjadi merah di area pantat. Mahika memang banyak bicara. Tapi kalau sudah seperti ini dia juga malu kepada Zaman.

"Ayo masuk. Kita cari kamar mandi dan toko baju, sekalian ke Indomaret terdekat," kata Zaman yang langsung membuka pintu mobil.

Mahika masuk. Dia benar-benar malu kepada Zaman. Pertama, mereka mampir ke Indomaret terdekat. Zaman turun dan masuk untuk membeli pembalut.

Dan saat ia bertanya kepada karyawan toko soal pembalut yang pas. Karyawan justru senyum-senyum dan balik bertanya.

"Adek beli pembalut buat siapa?"

Zaman diam tidak menjawab. Dia hanya menerima pembalut yang diberikan oleh karyawan tadi. Dia buru-buru ke kasir, dan keluar dari sana lalu berlari masuk ke dalam mobil.

"Ada nggak?" tanya Mahika.

Zaman mengangguk.

"Kenapa mukanya gitu? Nggak ikhlas beli pembalut buat Mahika?" tanya gadis itu.

Zaman kembali menggeleng.

"Bukan nggak ikhlas, Mahika. Tapi aku malu. Tadi karyawannya nanya ini pembalut buat siapa."

Zaman Omair (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now