Bagian 02

18.6K 1K 89
                                    

🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ  🦋




"Titipan Nenek mana?" tanya Mahika saat sampai di ndalem.

"Ada di kamar saya."

Mahika langsung lari menuju kamar zaman. Dia masuk, dan menatap ke seluruh penjuru kamar. Namun tidak ada di sana. Sampai tiba-tiba Zaman menutup pintu kamar. Mahika panik karena posisinya hanya mereka ber dua di dalam kamar itu.

"Gus Zaman kenapa nutup pintu? Mau minta hak ke aku? Kalau iya, berarti Gus Zaman ngelanggar aturan nih. Katanya sebelum lulus nggak boleh skidipakpak. Tapi kalau Gus Zaman mau sih hayuu aja. Aku manut, Beb."

Zaman menghela napas kecil. Dia duduk di kursi belajarnya.

"Baru tadi malam saya nikahin kamu, Mahika. Baru tadi malam juga saya bilang, jangan bandel, Mahika. Nurut Karo suami, Mahika. Dan pagi ini kamu buat ulah lagi."

"Kan Gus Zaman yang laporin soal maling rambutan itu ke depel putri. Kenapa malah salahin Mahika coba?"

Mahika duduk di atas ranjang Zaman.

"Kalau aja Gus nggak lapor, istri kamu yang cantik membahana ini nggak akan rusak namanya di depan para depel sok jago itu!"

"Nama kamu udah rusak dari dulu. Setiap hari, Neng. Setiap hari dari dulu sampai sekarang, nama Mahika selalu ada di daftar hitam depel putri. Setiap depel rapat. Mahika selalu ada. Mahika di mana-mana. Nama kamu tersebar di pondok putra. Dulu saya mah bodo amat. Terserah mau kamu dihukum jungkir balik di depan pondok putra juga bukan urusan saya, tapi sekarang kamu itu istri Mas, Neng. Nurut apa kata suami. Kalau suami bilang jangan bandel, nurut. Susah, iya?"

Mahika diam tapi bibirnya bergerak-gerak ingin melawan ucapan Zaman. Tapi tidak bisa luas.

"Ini terakhir kalinya saya lihat kamu dihukum, ya? Besok-besok kalau kamu kena hukum lagi, awas!"

Mahika justru tersenyum.

"Mau diapain emang kalau Mahika dihukum lagi. Mau hukum Mahika juga, hum? Hukumannya apa sih, kasi tahu dong. Mau siap-siap kalau dihukum suami."

Zaman menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia pikir Mahika akan takut padanya setelah hari ini. Harusnya Zaman tahu jika Mahika menganut prinsip masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Istilah orang tua tuh kayak, dapat Alif tinggal Ba, dapat Ba tinggal Alif.

"Udah makan?" Zaman tiba-tiba bertanya.

"Belum. Tadi habis mandi langsung dipanggil depel. Jadi belum ke kantin buat makan."

"Mau dimasakin?"

"Ha? Dimasakin? Sama siapa? Nyai? Kalau iya, nggak usah. Sungkan."

Zaman menggeleng kepala.

"Umi sama Abi sedang pergi ke kota. Ada yang ingin dibeli. Saya yang masakin."

"Bisa?" Tanya Mahika, dia turun dari tempat tidur.

"Kamu nanya ke anak pondok apa bisa masak?" Zaman melotot.

Mahika langsung mengusap wajah zaman.

"Biasa aja, Gus. Nggak usah melotot gitu. Matanya nanti keluar kan nggak lucu."

Zaman memutar bola mata malas. Dia membuka pintu kamar dan mereka berdua keluar dari sana.

"Ini beneran nggak akan ada yang tahu kalau kita berduaan di sini, Gus?"

Zaman Omair (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang