CHAPTER 36 : KUTUKAN DAN JEBAKAN

25 4 0
                                    

Suara tangisan bayi menggema, menggelar hingga keluar kamar. Membuat seorang pria yang sedang duduk seorang diri di ruang tengah, sembari menonton televisi tercekat. Lantas berdiri dan berjalan menuju sumber suara, yang tak lain adalah kamar nya sendiri.

Tangisan itu adalah milik putri nya, Nayanika Arendaratu. Yohan sangat mengenalinya, tapi pria itu sudah biasa. Dia berjalan ke arah pintu kamar dan membukanya perlahan-lahan, hingga suara tangis Naya semakin jelas memasuki indera pendengaran Yohan.

Terlihat Naya kecil sudah terbangun di tengah malam, di dalam box nya. Bayi itu menggeliat sembari menangis terputus-putus, tetapi suaranya begitu melengking di setiap jeritnya. Terlihat pula Sang bunda yang tengah lelap, memejamkan mata tanpa mendengar tangisan anaknya.

Raut lelah begitu ketara di wajah Nara, membuat Yohan jadi iba hingga tak tega membangunkan istrinya. Wanita itu pasti kelelahan, setelah seharian mengurus Naya, mengontrol cafe dan menyiapkan makanan untuk keluarga.

Tanpa berlama-lama, Yohan segera melangkah menuju box bayi Naya dan meraih tubuh mungil putrinya untuk dia bawa ke dalam dekapan. "Syuuut.... Nangisnya jangan kencang-kencang Princess, nanti bunda bangun."

Yohan mengusap-usap punggung Naya perlahan, untuk menenangkan tangisan sang anak. "Biarkan bunda tidur dulu ya? Naya main sama ayah saja, kasian bunda kelelahan."

Benar saja, setelah di timang timang oleh ayahnya. Tangisan Naya berhenti seketika dan sekarang dia sedang memeluk leher Yohan, sembari menyandarkan kepalanya di pundak kokoh Sang ayah.

Yohan tersenyum mendengar deru nafas anak nya di samping telinga, seolah melalui deru nafas itu Naya berbicara padanya.

"Ayah? Ayah tidak lelah, sayang. Kalau untuk bunda dan anak ayah ini, ayah tidak pernah lelah." Pria itu lalu berjalan ke arah ranjang dan memangku anaknya disana.

Yohan mengubah posisi Naya menjadi menghadap ke arahnya, "Ayo, mau main apa? main boneka, oke princess." Dia meraih boneka-boneka milik Naya, lalu menyusunnya di hadapan anak itu.

Memainkannya di hadapan Naya, sambil sesekali menggoda di bayi kecil. Sehingga membuat anak itu tertawa gemas, sampai-sampai mengulum kepalan tangannya sendiri.

Yohan pun tertawa pelan, dia sengaja menahan suaranya agar tidak membangunkan Nara. Biarlah wanita itu beristirahat dengan tenang, malam ini giliran Yohan yang menjaga putri mereka. Lagi pula, tidak biasanya Naya terbangun di tengah malam dalam waktu yang lama.

Sang ayah sedikit heran, namun akhirnya dia terlena dan asik menikmati waktu bermain dengan Sang anak yang jarang dia lakukan akhir-akhir ini. Mungkin Naya sengaja mencuri perhatian ayah nya di malam ini, agar bisa bermain bersama. Ah, anak ini pintar sekali.

Sekarang terlihat Naya asik bermain dengan bonekanya, sementara Yohan sudah memindahkan posisi anak itu sejajar dengan bantal di kepala mereka. Lalu dia merebahkan dirinya sendiri, dengan selesa sembari mengawasi Naya bermain dengan senyuman ceria.

Sesekali Yohan mengulurkan tangannya membelai lembut wajah cantik Naya, sembari memuja pahatan wajah sempurna perpaduan antara dirinya dan Nara. Mata dan hidung Naya mirip dengan Bunda nya. Sedangkan alis dan bibirnya, mirip dengan Sang ayah, sehingga terciptalah pahatan yang indah.

Tak lupa Yohan selalu memanjatkan doa untuk kesejahteraan hidup anaknya, untuk kesehatan dan memohon perlindungan pada tuhan atas segala marabahaya dan derita. Namun seketika, sekelebat ingatan masalalu terlintas di kepala Yohan. Tentang kutukan penuh angara murka yang pernah di lontarkan, dari istri seorang terdakwa pada dirinya.

Tidak, itu tidak serta-merta untuk dirinya. Tapi untuk keturunan nya, yang tak lain adalah Naya.

"TIDAKKAH KAU BERFIKIR BETAPA SAKITNYA MENJADI ORANG TUA YANG KEHILANGAN PERMATA HATI, BELAHAN JIWA MEREKA? TIDAKKAH KAU IBA PADA SEPASANG SUAMI-ISTRI YANG DIZOLIMI, HINGGA MENDERITA ATAS KEPERGIAN SANG ANAK, DENGAN BERJUTA RASA SAKIT?"

ETERNAL LOVE {HISTORY OF EPHEMERAL PRINCESS} ✓Where stories live. Discover now