CHAPTER 2 : KEMAJUAN?

61 7 0
                                    


"Pah... Papa kapan pulang sih? Nara bosen sendirian," keluh gadis itu pada Sang papa yang kini sedang menelpon nya setelah sehari semalam tidak bertukar kabar, sehingga membuat anak itu kesal dan sempat ngambek pada Papa nya. Tapi pria itu tau kelemahan Nara, dia menjanjikan coklat yang banyak untuk sang anak hingga anak itu luluh dan mau berbicara lagi.

"Papa pulang nya seminggu lagi sayang, Maaf ya? Tapi kan ada Mas Agash yang jagain Nara. Nara gak sendirian kok," kata Tuan Marvin.

Nara berdecak kesal dan itu di tangkap jelas oleh Marvin. Dia tau anaknya tidak pernah menyukai kehadiran Agash, tapi Marvin tetap bersikeras mengikat sepasang insan itu agar selalu bersama dalam setiap situasi, untuk menumbuhkan perasaan yang sama pada hati Nara, seperti yang di miliki Agash.

"Nara gak mau sama Pak Pol, Papa.... berapa kali sih Nara harus bilang? Nara gak suka Pak Pol, Nara gak mau deket-deket dia."

Terdengar tarikan nafas panjang dari Marvin di seberang sana, "Kenapa sih, nak? Kan Mas Agash itu baik sama kamu, Sayang sama kamu dan selalu jagain kamu."

"Pokoknya Nara gak suka Pak Pol, Nara sukanya...."

"Sukanya sama Pak Hakim, hmmm? Hakim Yohan, iya?" sahut Sang Papa yang paham betul isi hati Nara.

Anaknya itu ketara dalam menuangkan isi hati, jika dia menyukai seseorang maka akan terlihat jelas dari ekspresi wajah serta binar mata nya. Begitu pula jika dia tidak menyukai seseorang.

Marvin sering mendapati wajah berseri Sang anak setiap memandang ke rumah yang berada di ujung komplek, rumah milik Hakim Yohan. Kala melihat pria itu pulang atau berangkat kerja, bahkan hanya melihat punggungnya saja pipi Nara sudah merah merona.

Lihatlah, bahkan sekarang gadis itu tersenyum malu di balik ponselnya.

"Iya," sahut Nara dengan santai.

Papanya menarik nafas panjang. "Yohan bahkan ga merespon sedikitpun perasaan kamu, Nara."

"Ga papa sih, Pa. Yang Penting Nara bisa liat dan bisa ngobrol sama Yohan aja, Nara udah bahagia. Seenggaknya sebelum Yohan punya pacar, Masih ada harapan buat Nara jadi pacar nya Yohan."

Papanya tertawa mendengar ocehan percaya diri dari Sang anak, dia menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Anak ini benar-benar di mabuk pesona Hakim Yohan. "Terserah kamu, Nara. Sebahagia kamu aja, Papa udah angkat tangan masalah percintaan kamu dan Yohan."

Nara pun terkekeh kecil, menyadari betapa gilanya dia dalam mengagumi Yohan sampai Sang papa menyerah. "Papa baru pulang rapat ya? Pasti capek, mending sekarang Papa istirahat ya? Besok kan harus kerja lagi."

"Iyaa sayang, ini papa baru sampai hotel. Ya sudah Papa istirahat dulu ya, Nak? Nara baik-baik di rumah, nurut sama Mas Agash. Besok Papa telpon lagi," kata Marvin.

"Oke Pa, Bye bye.... Love you," ucap Nara dengan riang.

"Love you more, Naraku."

Panggilan pun berakhir, Nara meletakkan ponsel lipat nya ke atas meja rias. Kemudian gadis itu keluar dari kamarnya. Dia mengayunkan langkah menuju balkon tengah, walaupun di kamarnya juga ada balkon. Tapi dari balkon kamar di tidak bisa melihat rumah Yohan, hanya dari balkon tengah ini dia bisa melihat dan mencapai ruang kerja Hakim Yohan melalui jarak pandang yang cukup jauh.

Hanya sekedar melihat bayangan tubuh kekar Yohan saja, sudah bisa membuat senyuman di bibir Nara terbit dengan sempurna. Matanya menatap dalam seolah tatapan itu mampu menembus dinding kaca yang melapisi ruangan yang sedang Yohan tempati, seolah dengan tatapan itu dia mampu meraih raga pria tersebut dan merengkuhnya.

Namun kenyataan tak berkata demikian. Jarak tetap membentang merintangi mereka, walaupun tak seberapa namun rasanya raga Yohan jauh sekali dari Nara. Sebab sikap dan perilaku pria itu yang terlampau dingin dan kaku, membuat mereka tak bisa sedekat bulan dan bintang di atas sana.

Bagaimanapun kerasnya usaha Nara mendekati Yohan, pria itu selalu membentang jarak di antara mereka melalui sikap nya sendiri yang jelas-jelas tidak mengharapkan kehadiran Nara.

Nara pernah merasa jenuh dan lelah mengejar Yohan, namun setiap kali dia ingin berhenti. Selalu saja ada yang menariknya kembali menaruh damba pada pria dingin itu. Setiap Nara hendak berpaling, Yohan selalu melakukan terobosan-terobosan baru.

Menghukum penjahat-penjahat kelas kakap dengan gayanya yang keren, sehingga wibawa dan kharisma nya kembali mengikat Nara dalam pesona pria itu. Hal itu membuat Nara tidak bisa apa-apa selain pasrah dan menenggelamkan diri dalam lautan damba pada Sang Hakim.

Tirai Ruang kerja itu terbuka, sehingga cahaya rembulan masuk ke dalam sana. Mata teduh yang berkilau bak permata itu mengedar ke sekitar, menyaksikan suasana malam yang kelam namun tenang.

Hingga akhirnya dia menemukan sepasang mata yang menyorot ke arahnya. Netra mereka bertemu, namun kedua raga itu sama-sama membeku di tempat mendalami manik mata satu sama lain.

Tiba-tiba pria di seberang sana mengukir senyuman manis, sadar atau tidak Yohan melambaikan tangannya pada Nara. Membuat gadis itu melebarkan tak menyangka. Nara mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan penglihatan Namun yang dia lihat tetap sama, Yohan yang melambai ke arahnya.

Nara mengernyit dalam, Sementara Yohan masih tersenyum dan melambaikan tangannya antusias. Bahkan pria itu sampai menggerakkan badannya saking antusiasnya. Nara sendiri masih heran, gadis itu menoleh ke belakang dan ke sekeliling memastikan bahwa Yohan benar-benar melambai pada dirinya.

Tapi dia tidak menemukan siapapun selain mereka berdua, lalu perlahan Nara mengangkat jemarinya menunjuk dirinya sendiri. Yohan yang melihat itu pun mengangguk sebagai kode bahwa yang dia lambai memang Naraya.

Nara pun tersenyum senang, dia melompat sambil menepuk kedua tangannya dengan riang. Membuat Yohan ikut tersenyum dan tertawa. Entah ada angin apa, pria dingin yang kaku itu tiba-tiba mendadak ingin merespon gadis manis tersebut dengan tingkah lucu nya.

Tapi sedetik kemudian Nara malah berbalik dan pergi dari balkon, meninggalkan Yohan yang masih memandang ke arah rumah dewan tersebut sambil mengernyit dalam. Namun sedetik kemudian pria itu terkekeh kecil, kala melihat bayangan Nara yang berlari ke kamar nya sendiri dan melompat ke atas kasur.

Pasti gadis itu sedang kegirangan dan salah tingkah sekarang, karena Yohan merespon dirinya dengan sangat manis. Yohan hanya bisa geleng-geleng kepala sambil tertawa melihat tingkah polos Nara, gadis itu cukup menghibur kekalutannya malam ini.

Sementara Nara menenggelamkan wajahnya di atas bedcover, menyembunyikan rona merah yang menjalar di wajahnya membuat dia seperti kepiting rebus sekarang. Semua itu karena Yohan, karena tingkah Yohan dan karena senyuman Yohan.

"AAAAA PAPA.... NARA DI NOTICE YOHAN, OMAYGAD!!!" seru gadis itu dengan heboh sambil menghentak hentakan kaki nya di atas kasur.

Bisa di pastikan Nara pasti akan terbawa mimpi akan kejadian langka malam ini, oh ya. dia juga akan menceritakannya pada sang papa besok. Kejadian langka, pertama kalinya Yohan Adelardo menyapa Naraya Arunika.

****

MARVIN TOYIB INI MAH, BUKAN MARVIN TYLANDER

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

MARVIN TOYIB INI MAH, BUKAN MARVIN TYLANDER. SOALNYA JARANG PULANG, KAYAK BANG TOYIB.

ETERNAL LOVE {HISTORY OF EPHEMERAL PRINCESS} ✓Where stories live. Discover now