CHAPTER 27 : IBLIS BERTOPENG MANUSIA

34 5 0
                                    


Helaan nafas panjang keluar dari bibir Yohan, dia melempar berkas yang baru saja dia terima pagi ini.

Lagi-lagi penolakan yang datang, membuat Yohan cukup frustrasi. Tapi dia tidak menyerah, dia akan terus mengajukan permohonan untuk melanjutkan perkara pidana pabrik exafarm yang sudah di tutup bertahun-tahun yang lalu.

Sebuah kasus rumit yang sebenarnya tidak serumit itu, hanya pemerintah yang memperumit keadaan membuat tanda tanya besar dalam kepala masyarakat. Kasus besar yang di torehkan oleh industri obat-obatan, yang seharusnya mengeluarkan penyembuh tapi malah menyebarkan wabah berbahaya.

Tapi anehnya pemerintah malah menyembunyikan itu dan bersikap seolah tak terjadi apa-apa, padahal Keluarga korban baik dari pihak masyarakat maupun pihak buruh pabrik, yang sekedar menjalankan tugas pun terkena imbas.

Seperti dalam perkara Agash kemarin. Ipda Dewata adalah putra dari seorang buruh pabrik, yang kedua orang tuanya di rajam dan di paksa mengaku bahwa mereka ikut andil meracuni rakyat. Padahal nyatanya kedua orang tua Dewata hanya bekerja sebagai buruh kasar, yang jelas tidak tahu-menahu perkara internal perusahaan.

Hal itulah yang memupuk dendam pada Dewata sehingga tega melakukan hal keji demikian, bahkan sampai menyeret atasannya sendiri. Motivasi Yohan untuk mengulik kasus ini, karena ingin memecahkan kejanggalan, serta membersihkan nama baik Agash.

Walaupun tak mampu menyelamatkan pria itu dari hukuman, tapi setidaknya Yohan berusaha membersihkan namanya, setidaknya sebelum dia pergi. Masyarakat harus mengenal Agash sebagai seorang pria yang baik budi dan pengabdi setia pada negeri.

Tapi sialnya, perkara yang Yohan ajukan di tolak lagi untuk kesekian kali.

Pintu ruangan Yohan tiba-tiba terbuka, menampilkan seorang pria dewasa dengan balutan jas abu-abu tua berjalan tanpa beban masuk ke ruangannya.

Dia adalah Menteri hukum dan peradilan, negara Dirgeland. Tuan Mahendra Aksara.

"Apa lagi yang akan kau lakukan, Yohan? Apa kau akan melakukan terobosan baru di tengah kekacauan negeri ini?" tanyanya seraya berjalan menghampiri Yohan.

Sang hakim agung menatap pria itu dengan tenang. Mahendra Aksara, dialah yang menolak pengajuan perkara Yohan barusan. Sekarang dia sendiri yang datang menghampiri Yohan, pelik sekali bukan?

"Seperti yang anda tau, Tuan. Saya hanya ingin menegakkan apa yang seharusnya saya tegakan," jawab Yohan.

Mahendra tertawa, lantas mendudukkan dirinya di kursi yang berada di depan meja Yohan. "Kau hanya akan menegakkan benang basah, bukan keadilan."

Yohan memicing menatap pria angkuh di hadapannya, dengan seribu pertanyaan mengekal dalam sukma. "Itu perkara besar, Tuan. Bahkan masyarakat masih mempertanyakan nya hingga sekarang, Apa anda tidak tergerak untuk memecahkan kasus itu?"

"Bahkan penyidik saja sudah berhenti menyelidiki kasus itu, yang mulia. Kenapa malah kau yang repot-repot membuka kasus itu lagi?" protes Sang menteri.

"Karena kasus itu sudah memperumit keadaan negeri ini. Anda tau? Kekacauan yang sekarang terjadi, di instansi kepolisian, bahkan pemerintahan. Berasal dari korban dan pihak yang bersangkutan dengan kasus pabrik itu," terang Yohan dengan penuh keyakinan.

"Aku tau, Yohan. Aku tau," sambut Mahendra tak kalah tegas. Dia memajukan tubuhnya pada Yohan, lalu menatap pria itu dalam. "Aku tau semua itu berasal dari kasus yang lalu. Tapi yang kau tak tau, Kasus ini melibatkan banyak pihak kementerian kesehatan bahkan kepresidenan."

Mahendra memelankan nada suaranya dan menekankan setiap kalimat yang dia ucapkan, agar tertanam sempurna dalam kepala Sang lawan bicara.

"Pengajuan perkara Pabrik Exafarm aku tolak, karena kasus ini terlalu banyak yang terlibat. Bahkan Menteri kesehatan pun ikut andil dalam kasus ini, untuk menyelamatkan image kenegaraan serta menjaga kepercayaan masyarakat. Maka kami menutupi kasus ini," jelas Mahendra pula membuat Yohan melebarkan matanya sempurna, tak menyangka bahwa pemerintah yang selama ini dia bela, sangat lah durjana.

ETERNAL LOVE {HISTORY OF EPHEMERAL PRINCESS} ✓Where stories live. Discover now