CHAPTER 6 : OLAHRAGA ATAU OLAHKATA?

43 8 0
                                    


Nara menggeliat saat merasakan sinar mentari pagi mengenai wajah ayu nya dan menelusup ke dalam kelopak mata. Perlahan kelopak mata indah itu terbuka, menampilkan permata berkilau yang kini tengah sayu karena masih mengumpulkan nyawa.

Tapi bukan itu yang membuat Nara terbangun, melainkan suara ketukan beruntun di pintu kamarnya yang tak berhenti sejak satu menit. Seolah tak membiarkan Nara untuk tidur lebih lama.

Alhasil, gadis itu pun beringsut di atas kasur, kemudian meregangkan otot-otot tubuh nya yang kaku.

TOK TOK TOK TOK TOK TOK TOK TOK TOK

"Ck, iyaaa sebentar ah!" Nara berdecak kesal karena tau betul siapa sosok di balik pintu itu, yang berani-beraninya menganggu sabtu pagi yang indah yang seharusnya Nara gunakan untuk tidur seharian.

Nara berjalan dengan langkah gontai menuju pintu, kemudian membuka pintu kamarnya. Sehingga menampilkan sosok pria tampan dengan balutan kaos putih dan celana training hitam serta handuk kecil di lehernya, pria itu tersenyum hangat pada Sang gadis.

"Selamat pagi cantik, Apa hari ini kamu sudah mencintai saya?" sapa Agash dengan senyuman tanpa dosa, setelah menganggu tidur nyenyak Nara.

"Pagi Pak Pol," balas Nara dengan nada malas dan tak berminat merespon pertanyaan basic Agash.

Tapi Agash masih tetap mempertahankan senyuman nya, sambil memuja di dalam hati. Bagaimana bisa gadis ini terlihat lebih cantik setelah bangun tidur? Benar-benar kecantikan yang surgawi, tak lekang oleh apapun.

"Ayo bangun. Kita joging," ajak Agash dengan semangat empat lima.

"Heemmmh...." Nara menyandarkan kepalanya di pintu sambil memejamkan mata. "Rajin banget sih, Pak Pol? Ini tuh weekend, harinya males malesan. Kenapa malah olahraga?"

"Justru karena weekend, ambil kesempatan buat olahraga. Karena seminggu ini kita sibuk berkegiatan dan makan-makan, jadi di hari libur harus di pakai buat jaga kesehatan." Agash dengan sabar memberikan penjelasan pada Nara.

Sementara Nara masih memejamkan matanya dengan wajah memelas dia berkata, "Bentar ya? lima menit, ngumpulin nyawa dulu," tawar gadis itu.

Agash tersenyum melihat tingkah laku Nara yang lucu. Lalu dia mengulurkan tangan kanannya, mengusap rambut Nara lembut. Memperhatikan wajah dengan pahatan surgawi itu. Mulai dari alis mata nya yang tebal, bulu mata yang lentik, kelopak mata indah bak mawar yang baru mekar, hidung mancung, serta bibir tipis yang jika tersenyum membuat hati sejuta orang menghangat.

Agash merasa bersyukur di pertemukan dengan bidadari kecil di hadapannya ini. Dia tidak tau sejak kapan rasa aneh ini muncul, yang jelas semakin hari rasa sayang itu tumbuh kian besar seiring menghabiskan waktu bersama gadis cantik ini.

Perlahan Agash mendorong pintu yang menjadi sandaran Nara, hingga menyebabkan tubuh gadis yang tengah bertumpu pada pintu itu oleng dan hampir terjerembab ke depan. Tapi Agash tidak akan membiarkan itu, dia dengan sigap menahan tubuh Nara dengan tubuhnya sendiri. Hingga sekarang, tubuh ramping Naraya berada di antara kedua lengan Sang Perwira.

"Hey time of, let's wake up!" bisik Agash seraya mengusap punggung sempit Naraya Arunika.

Gadis itu menarik nafas panjang lalu menghembuskan nya. Perlahan dia membuka matanya yang masih berat. Apalagi udara pagi ini dingin sekali, membuat nya ingin menghabiskan waktu lebih lama di tempat tidur.

"Ayooo Naraya...." tambah Agash pula.

"He'em," gumam Nara sambil menegakkan tubuhnya agar tidak bertumpu pada Agash lagi.

Agash pikir, Nara akan berbalik dan bersiap. Tapi ternyata gadis itu malah berdiri lalu menyandarkan dagunya di pundak Agash, "Dingin banget, Pak Pol," keluh nya masih setengah sadar.

ETERNAL LOVE {HISTORY OF EPHEMERAL PRINCESS} ✓Where stories live. Discover now