04 : protagonist dan protagonist

941 92 5
                                    

Tidak menunggu pejabat yang lain menyela dengan alasan pahlawan tidak berhak ikut campur masalah politik Rei dengan cepat menanggapi,"kalau boleh tahu, apa itu Kepala sekolah Nezu?"

Nezu dan beberapa pahlawan mulai terlihat lega,"begini nak Rei, UA baru memasuki semester baru dan murid murid yang mendaftar sangat melebihi perkiraan tahun ini, jadi--" dia melihat ke arah Atsushi dkk,"jika kalian tidak keberatan kalian bisa mengajar di sekolah kami, sebagai ganti pemerintah tidak akan mengganggu kota Yokohama lagi kedepannya, bagaimana?"

Para pejabat,"!!!?"

"Maaf pak kepala sekolah" Rei berbicara,"bahkan jika itu terjadi, apakah anda yakin jika mereka bisa membimbing anak anak murid sampai mereka betul betul siap untuk menjadi pahlawan?"

Nezu tersenyum,"itu tergantung apakah pemerintah mempercayai mereka atau tidak"

"Doushita Dazai-san?" Atsushi bertanya pada Senpainya,"Kunikida-san?" Dia memanggil.

"Hmmmm" Dazai bersandar di kursinya dan berpikir,"kupikir itu tidak masalah, asal mereka tidak ikut campur lagi masalah Yokohama--tapi tentu saja kita perlu izin ketua Tanteisha dan juga Mori"

Rei paham,"kami akan menelepon mereka" dia kemudian mengetik keyboard hologram berwarna kebiruan dan seketika muncul-lah wajah Fukuzawa dan Mori--boss port mafia.

Seluruh orang yang berada di sana secara reflek menundukkan kepala sebagai rasa hormat.

"Ketua Fukuzawa, Mori-sama, ini Rei dari pemerintahan jepang berbicara kepada anda" Rei menyapa dengan hormat.

Ketua Tanteisha itu mengangguk kecil sebagai balasan,"apa ada masalah?"

Rei menggeleng,"masalahnya sudah terpecahkan, yang kami perlukan hanyalah persetujuan anda berdua mengenai satu hal"

Mori menopang wajahnya dan menyeringai,"aku membayangkan apa itu" ujarnya.

"Begini" Rei membetulkan posisi kacamatanya,"kami mencapai sebuah solusi jika anda sekalian tidak ingin Yokohama diganggu oleh jepang ... Maka membiarkan ke5 orang yang anda berdua kirimkan menjadi guru di salah satu sekolah pahlawan di sini adalah solusi yang tepat"

"Oh? Dan bagaimana itu bisa menjadi solusi yang tepat?" Mori tidak ingin begitu saja mempercayakan kedua anak nya berada di bawah pemerintahan bejat.

"Begini Mori-sama, pemerintah jepang terlalu khawatir bahwa generasi penerus setelah pahlawan nomro 1 pensiun tidak akan siap bertarung melawan pahlawan yang akan menyerang kapan saja" dia menjeda kalimatnya setelah melirik beberapa pejabat yang seperti ingin menggigitnya luar ke dalam,"jadi Nezu-san, kepala sekolah UA mendapat solusi jika ke5 utusan anda sekalian bisa mengajar di UA, agar para murid siap dan Yokohama tidak akan diganggu sebagai syaratnya"

"Uum? Timbal balik, begitukah yang kau coba katakan?" Mori tertawa.

Rei menjawab,"ha'i, Jepang mendapatkan kekuatan dan Yokohama mendapatkan kotanya kembali dan juga sejumlah ganti rugi, tidakkah itu bagus?"

"Hmmmm~ aku setuju saja, bagaimana? Ketua Fukuzawa?" Dia melirik ke arah rival(?) Musuh(?) Gtw.

Fukuzawa melihat ke arah anak anaknya dan berbicara,"jika kalian tidak masalah maka begitu juga aku, setiap keputusan ada ditangan kalian, karena kalianlah yang akan berada di sana"

Atsushi tentu saja tidak masalah akan hal itu, asalkan jepang tidak memmperebutkan kota itu lagi dan para warga bisa hidup dengan damai maka tidak masalah. Tentu saja itu berlaku di pikiran Kunikida maupun Dazai.

"Kami tidak masalah, Ketua" mereka menjawab seraya menaruh tangan kanan mereka ke arah dada dan membungkuk kecil ke arah ketua mereka.

Fukuzawa mengangguk puas,"begitulah, kami berdua setuju, tolong ... Jangan biarkan kepercayaanku pada kalian hancur untuk kedua kalinya"

There's no black or white [BNHA X BSD FANFICTION CROSSOVER]Where stories live. Discover now