24. 🦋

4.3K 334 14
                                    

Beberapa bulan lamanya merenung, akhirnya Agus sadar jika dirinya salah dan merasa sangat bersalah. Ia ingin meminta maaf langsung pada Deluna karena sudah menjadi benalu pada kehidupan wanita itu. Tapi, rasanya ia malu untuk menampakkan dirinya dihadapan wanita itu.

Agus menatap wanita cantik sekaligus imut di sampingnya. Dan beberapa bulan itu juga Agus menemukan seseorang yang benar-benar mencintainya. Ia juga melupakan tentang satu hal, yaitu tentang bukan hanya Prince dan Inggrit saja yang menolongnya.

Tapi, ada satu gadis cantik dan imut yang selalu menolongnya jika tidak ada Prince maupun Inggrit yang menolongnya. Gadis itu, gadis yang selalu menjadi incaran siswa-siswa di sekolahnya, kecuali Prince tentunya. Gadis yang dengan senyuman cerahnya selalu membantu Agus.

Agus kembali menatap wanita yang ada di sampingnya dengan senyuman tulus yang pertama kalinya ia munculkan kembali. Ia menggenggam tangan wanita itu dengan sangat erat dan tak mau untuk melepaskannya.

"Kau kenapa?" tanya wanita itu dengan lembut. Ersya namanya.

"Gak papa, sayang. Aku hanya tidak menyangka jika masih ada seseorang yang mau menerimaku, padahal aku tidak normal," jawab Agus sembari menundukkan kepalanya. Ia sedih jika mengingat kelakuannya dulu.

Ersya tersenyum lembut ke arah Agus. Ia mengangkat kepala Agus agar menatapnya, dielusnya pipi Agus menggunakan jari jempol miliknya. "Kau normal sayang, hanya saja kau tidak tahu mengungkapkan rasa berterima kasihmu itu pada Prince," ujar Ersya dengan suara lembutnya.

"Terimakasih karena sudah mau menerima segala kekuranganku." Agus menatap wajah Ersya dengan mata berkaca-kaca.

"Sudahlah, jangan menangis. Ayo cepat bergegas ke rumah Prince," katanya dan melepaskan kedua tangannya di wajah Agus.

Agus mengangguk mengiyakan. "Iya," gumamnya lalu menyalakan mesin mobilnya untuk masuk ke pekarangan rumah Deluna.

"Rileks oke? Jangan takut, ada aku." Ersya memegang tangan Agus menenangkan calon tunangannya itu.

Agus mengangguk, ia melepaskan tautan tangannya dan Ersya lalu turun dari mobil. Ia kembali berjalan menuju Ersya dan memegang tangannya dengan erat. Ersya hanya tersenyum memaklumi.

"Ayo, jangan takut," ajak Ersya dan memimpin jalan ke depan pintu rumah Deluna dengan masih tangan Agus memegangnya.

Ersya memencet bel rumah Deluna. Ia menunggu beberapa detik, dan pintu pun terbuka. Itu Deluna, ia menatap Agus dan wanita disebelah Agus dengan pandangan bertanya.

Tentu saja Deluna sudah tahu apa yang terjadi antara Agus dan Prince beberapa bulan yang lalu. Ia juga merasa lega jika Prince sudah berbicara dengan tegas pada Agus. Dan Deluna berharap Agus menjadi sadar.

"Hai, aku ke sini ingin mengantar Agus untuk bertemu dengan kalian," kata Ersya melemparkan senyuman manisnya ke arah Deluna.

Melihat senyuman manis di depannya Deluna juga membalas senyuman manis itu. Ia membuka semakin lebar pintu rumahnya dan mempersilahkan mereka berdua untuk masuk. Deluna menggiring Agus dan Ersya untuk ke ruang tamu.

"Silahkan duduk, aku akan pergi sebentar untuk membuat minuman dan memanggil Prince," kata Deluna menyuruh mereka untuk duduk.

"Iya, terima kasih," jawab Agus dengan suara kecil.

Deluna tersenyum, ia berjalan meninggalkan mereka berdua untuk mencari bibi Yuan atau bibi Jang agar membantunya membuatkan minuman untuk para tamunya.

"Bibi Jang, tolong buatkan minuman untuk para tamuku," ujar Deluna ketika bertemu dengan bibi Jang dijalan.

Bibi Jang menoleh dan menatap sang Nyonya. "Baik Nyonya, berapa minuman yang harus dibuat?" tanya Bibi Jang tersenyum polos.

"Dua untuk tamu dan dua untukku dan Prince," jawab Deluna tersenyum geli melihat wajah polos Bibi Jang.

"Baik Nyonya, saya akan langsung membuatnya," semangat Bibi Jang.

"Ya, dan aku akan pergi ke kamar untuk memanggil Prince dulu." Deluna pergi dari sana meninggalkan Bibi Jang yang bersiap untuk membuatkan minuman dan sekalian untuk membawakan cemilan.

Deluna membuka pintu kamarnya dan melihat Prince yang tidur berpelukan dengan Lucas. Ia berjalan secara perlahan dan menggoyangkan tubuh Prince dengan perlahan.

Perlahan mata Prince terbuka dan melihat ke arah Deluna yang membangunkannya. Wanita itu tersenyum bersalah menatap suami tampannya itu.

"Sayang, ada yang ingin bertemu dengan kita," bisik Deluna di telinga Prince.

Prince merinding mendengarnya, ia menatap Deluna dengan bingung. "Siapa?" tanya Prince dengan suara pelan.

"Kau akan tahu sendiri," jawab Deluna dan menyuruh Prince untuk pergi cuci muka.

Beberapa menit kemudian, laki-laki itu sudah keluar kamar mandi dengan wajah segar. Deluna masih berada di kamar menjaga Lucas yang masih tertidur. Ia menyimpan dua guling disisi kanan kiri Lucas agar anak itu tidak jatuh.

"Ayo," ajak Deluna dan membuka pintu kamarnya dan Prince mengekornya di belakang.

"Sayang," tahan Prince ketika sudah di dekat ruang tamu dan melihat ada Agus di sana.

"Tenang saja, dia ke sini ingin mengatakan sesuatu pada kita." Deluna menatap Prince meyakinkan.

Akhirnya mereka kembali berjalan dan sampailah mereka di ruang tamu dan langsung duduk di sopa sebrang pasangan itu.

"Silahkan kalian minum terlebih dahulu," ujar Deluna agar tidak terlihat tegang.

"Ya, terima kasih," jawab Ersya.

"Wow, Prince. Kau masih terlihat dingin ketika melihatku," kata Ersya setelah menyimpan kembali gelasnya.

Kening Deluna mengerut, ia lupa siapa wanita di depannya ini. Ersya yang mengetahui kebingungan dari Deluna hanya bisa terkekeh pelan. Pastinya wanita yang menjadi istri Prince itu lupa padanya.

"Ya, kau pasti lupa padaku. Aku adalah Ersya, teman sekolah kalian dulu," perkenalan Ersya.

Mata Deluna terbelalak mendengar itu, "ya ampun. Maafkan aku karena melupakanmu, karena penampilanmu sungguh berbeda," jawab Deluna.

Tentu saja berbeda, karena dulu Ersya sangat amat feminim dan juga sangat anggun. Tapi, sekarang wanita itu tidak terlihat feminim, tapi masih terlihat sangat anggun. Hanya cara berpakaian saja yang berbeda, dulu wanita itu selalu memakai dress tapi sekarang tidak ada dress yang selalu wanita itu pakai.

"Tak apa." Ersya tertawa. "Kau masih marah padaku Prince?"

"Tidak," jawab Prince dengan singkat.

"Memangnya ada apa?" tanya Deluna sangat penasaran.

"Haha, dulu aku selalu menerornya dengan pesan yang ku kirim padanya dan selalu mengikutinya jika ada kesempatan hanya untuk menanyakan tentang Agus. Padahal aku tahu Prince tidak tahu siapa itu Agus."

"Jujur saja, aku selalu ingin tahu semua tentang Agus. Jadi, aku meminta Prince untuk memberitahuku atau mencaritahu tentang Agus. Tapi, tetap saja Prince tidak mau jadi aku menyerah dan lebih memilih mencari tahunya sendiri," jelas Ersya mengakhiri ceritanya.

Deluna mengangguk-angguk.

"Oh ya, ada yang ingin dibicarakan Agus pada kalian," ujar Ersya.

"Bicaralah, tidak akan terjadi apa-apa," bisik Ersya lagi di telinga Agus.

"Deluna, aku minta maaf padamu karena selalu mengganggumu, terutama Prince," mulai Agus sembari menatap Deluna penuh penyesalan.

"Dan Prince, aku juga ingin mengucapkan maaf dan terima kasih. Maaf karena sudah bertingkah menjijikkan dan selalu menggoda mu, dan berniat untuk menghancurkan keluargamu. Dan terima kasih untuk semua kebaikanmu dimasa lalu karena sudah mau menolongku dari pembullyan yang aku dapatkan," jelas Agus dengan mengingat-ingat dulu.

"Sekali lagi, maaf dan terima kasih," tutup Agus dan melemparkan senyuman termanisnya pada mereka berdua.

Akhirnya, akhirnya Agus dapat bernapas lega setelah meminta maaf pada Deluna dan Prince, dan berterima kasih pada Prince dengan pikiran terbuka.

TBC

Party gak sih Agus nya udh tobat

This Our Destiny (Repost)Where stories live. Discover now