11.🦋

11.8K 1.1K 33
                                    

Ada yang kangen Agus?

🦋

Dari sini saja sudah terlihat jika Prince sangat sayang kepada Deluna dan Lucas. Jadi, kenapa dulu Deluna sempat meragukannya? Bukankah Deluna dulu sangat bodoh? Bisa-bisanya ia meragukan rasa cinta Prince kepadanya hanya karena Prince lebih sibuk dengan perusahaannya dan juga dengan Lucas. Tentu saja Prince lebih fokus kepada perusahan dan Lucas karena ada alasannya.

Dan Deluna malah tutup mata akan itu semua. Seakan-akan dirinya yang merasa tersakiti di sini. Ah, sudahlah. Tidak akan ada habisnya membicarakan kebodohan seorang Deluna Gabriela. Mungkin kalian akan sangat muak dengan itu semua.

"Kau sedang apa?" tanya suara yang begitu dekat dengan telinganya. Tangan kekar melingkar di perutnya dengan erat.

Tiba-tiba saja Deluna ingin menangis ketika mendengar suara Prince. Tapi, sebisa mungkin ia menahannya. "Aku sedang melihat foto kita. Aku baru sadar jika di ruangan mu ada pigura sebesar ini," jawab Deluna dengan suara serak.

"Ya, tentu saja. Aku memasang ini sehari setelah foto ini diambil. Kau tidak menyadarinya karena kau tidak pernah datang ke sini lagi," ujar Prince sembari tersenyum tipis. Ia membalikkan tubuh Deluna menghadapnya.

"Maafkan aku," kata Deluna. "Ah, aku membawa bekal untukmu, aku tahu jika kau belum sarapan," sambung Deluna sembari memperlihatkan kotak bekalnya dihadapan Prince.

"Ayo," ajak Deluna sembari menggenggam tangan Prince untuk duduk di sofa yang ada di ruangan ini.

"Aku akan melakukan apapun agar kau tidak berpaling dariku lagi," bisik lirih Prince.

Deluna menoleh ke arah Prince, keningnya mengerut samar. "Apa? Kau mengatakan sesuatu barusan?" tanya Deluna dengan senyum canggungnya.

"Tidak." Prince menggeleng kepala sembari membantu Deluna menata makanannya.

"Taraaa!!! Capcay kesukaanmu dan juga udang asam manis kesukaanmu juga," antusias Deluna sembari menunjuk-nunjuk satu persatu makanannya.

"Makanlah, dan ingat jangan terlalu memaksakan dirimu. Kau bisa sakit lagi,"  ujar Deluna.

" Hm, aku ingin disuapi," jawab Prince dengan nada manjanya.

Deluna yang mendengar itu berdecak sebal, "manja sekali," cibirnya tapi tak urung ia menyuapi Prince.

"Setelah ini aku akan pulang dan sekalian menjemput Lucas. Aku harap kau jangan terlalu memaksakan kerja, aku tahu jika perusahaan mu sedang tidak baik-baik saja. Tapi, jangan lupa juga dengan kesehatanmu," pesan Deluna dengan tangan masih fokus menyuapi Prince. Ia melirik Prince lewat ekor matanya.

"Kenapa cepat sekali?" keluh Prince. "Aku baru saja selesai rapat, dan langsung ke sini ketika salah satu karyawan memberitahuku jika kau datang ke sini."

Deluna menghela napas jengah, "sudah kubilang jika aku akan menjemput Lucas ketika dia pulang sekolah. Aku sudah berjanji padanya, dan juga aku akan langsung beristirahat di rumah," ucap Deluna dengan mengelus lembut pipi Prince.

"Ya, baiklah," pasrah Prince dengan wajah sedikit cemberut.

"Aku pergi." Deluna bangkit dari duduknya setelah membereskan wadah yang tadi ia bawa. "Jangan terlalu kecapean," kata Deluna.

🦋🦋🦋🦋🦋

"Kenapa laki-laki brengsek itu ada di sana?" tanya Deluna pada dirinya sendiri. Ia sedang duduk di dalam mobilnya. Karena ketika ia datang sekolah Lucas sudah bubar dan Deluna berencana untuk langsung menghampiri Lucas.

Tapi, kenapa Agus ada di sana? Mencoba mendekati Lucas, anaknya?

"Sial, dia bertingkah sangat menjijikkan," gumam Deluan ketika melihat Agus yang tengah berusaha mendekati anaknya.

"Aku tak tahan," geramnya lalu langsung keluar dari dalam mobil sembari memakai kacamata hitamnya.

Berjalan ke arah Lucas dengan anggun, Deluan menyorot tajam Agus dibalik kacamatanya. "Lucas?" panggil Deluna ketika dirinya sudah sampai di hadapan mereka berdua, Agus dan Lucas.

Lucas yang mendengar suara sang Ibu pun menoleh ke asal suara. Matanya berbinar senang ketika melihat sosok Ibunya. Ia berlari ke arah Deluna lalu memeluk kaki Deluna dengan erat.

"Ibu! Kenapa Ibu lama sekali? Lucas lelah menunggu Ibu di sini, apalagi ada om-om yang ganggu Lucas," ujar Lucas sembari menggantungkan badannya di kaki Deluna.

Deluna yang melihat kelakuan anaknya itu pun menggeleng heran. Ia membawa tubuh Lucas ke gendongannya dan menatap Agus yang juga tengah menatap dirinya. Alis Deluna naik ketika melihat tatapan Agus yang begitu sinis kepadanya.

"Ah, kenapa kau ada di sini? Apa kau sedang menjemput anak atau keponakanmu?" tanya Deluna sembari menurunkan sedikit kacamatanya.

"Cih, aku ke sini untuk menjemput calon anakku," sinis Agus. Tatapannya begitu tajam menatap Deluna.

"Oh, apakah wanita mu dan calon anakmu ada di sini? Dan di mana mereka?" tanya Deluna lagi sembari mengedarkan pandangannya ke segala sisi.

"Tentu saja Lucas, siapa lagi?" jawabnya benar-benar sinis.

Deluna menutup mulutnya dengan satu tangannya yang bebas menggendong Lucas. "A-apa? Hei, hei, ingat ini aku sudah menikah. Mana mungkin aku berpacaran denganmu?" katanya berpura-pura. Deluna tahu betul siapa yang Agus maksud, tapi dirinya ingin sedikit bermain dengan si brengsek itu.

"Sialan," desisnya. "Kau begitu percaya diri Nona, tentu saja bukan dirimu, tapi Prince," ujarnya dengan begitu lantang.

Tatapan Deluna begitu tajam dibalik kacamatanya, "jangan pernah kau mendekati suamiku! Sadar dirilah sedikit, kau itu siapa dan Prince itu siapa," tegasnya.

"Aku tak peduli, aku akan tetap mendekatinya dengan cara apapun," elaknya. Agus benar-benar sudah bertekad dengan keputusannya itu. Ya, katakan saja Agus tidak tahu malu, tapi dirinya tak peduli.

"Apa kau gila?" desis Deluna sedikit terpancing emosi.

"Ya, kenapa? Aku gila karena aku mencintai Prince," ujarnya dengan tersenyum hangat ketika menyebut nama Prince.

"Haha, kau benar-benar gila! Apa kau pikir di dunia ini hanya ada Prince seorang? Apa di dunia ini tidak ada makhluk yang bernama wanita?" muak Deluna dan langsung pergi dari sana sebelum Agus menjawab kembali kata-katanya.

Deluna berjalan menuju mobilnya dengan menahan emosi. Cara apa yang harus dirinya lakukan untuk menyingkirkan hama seperti Agus? Agus harus cepat-cepat dirinya musnahkan sebelum semakin menjadi-jadi.

"Ibu, kau kenapa?" tanya Lucas ketika mereka sudah berada di dalam mobil. Sebenarnya Lucas tahu siapa om-om tadi, dan kenapa bisa Deluna semarah itu. Tapi, tentu saja Lucas harus berpura-pura tidak tahu kan?

Deluna menoleh sembari tersenyum manis. Ia mengelus kepala Lucas dengan sayang. "Ibu tidak apa-apa, sayang. Nanti jika kau bertemu dengan om-om tadi menghindar lah, atau tidak jangan tanggapi dia, oke?"

Lucas mengangguk setuju, "baik Ibu," jawabnya dengan patuh.

"Bagus," ujar Deluna dengan mengecup kening Lucas lama. Lalu setelahnya ia menyalakan mesin mobil dan meninggalkan kawasan sekolah Lucas. Tapi, sebelum itu dirinya sedikit melirik ke tempat di mana Agus berada. Laki-laki itu tengah menatap ke arah mobilnya dengan kesal dan benci.

"Dasar gila," gumam lirih Deluna.

Diperjalanan diisi dengan segala pertanyaan random dari Lucas, cerita-cerita Lucas. Dan masih banyak lagi. Deluna menanggapinya dengan tenang. Dulu ketika dirinya mulai mengenal Agus, jangankan mendengarkan cerita Lucas, bermain bersama Lucas saja dirinya tidak pernah  lagi. Bahkan ketika dirinya tahu jika Lucas memiliki depresi dirinya hanya tak acuh.







TBC






This Our Destiny (Repost)Where stories live. Discover now